Selasa, 24 Julai 2018

AYAT 262-269


TAFSIR SURAT AL-BAQARAH:262-269*
TAFSIR QURAN DAN HADIS TABBARAK
17.08.28 isnin . 8pagi,., ------------------------------------------------------------------
Syaikh As Sa’diy berkata: “Allah Subhaanahu wa Ta’aala menciptakan hamba-hamba-Nya di atas fitrah beribadah kepada-Nya, mencintai yang baik dan mencari yang hak. Allah mengutus para rasul untuk mengingatkan mereka apa yang sebelumnya terpendam dalam fitrah dan akal mereka serta menerangkan apa saja yang belum mereka ketahui. Ketika itu, manusia terbagi menjadi dua golongan; golongan yang menyambut seruan mereka (para rasul) sehingga mereka ingat terhadap hal yang memberi mereka manfaat, mereka pun mengerjakannya, dan terhadap hal yang memadharatkan mereka, maka mereka tinggalkan.

Mereka inilah orang-orang yang memiliki daya pikir dan akal yang sempurna. Sedangkan golongan yang satu lagi tidak menyambut seruan mereka, bahkan mereka lebih memilih perkara rusak yang datang menghampiri fitrah mereka, mereka pun meninggalkan ketaatan kepada Rabbu manusia, oleh karena itu mereka bukanlah orang-orang yang berakal.”maka ayat 262-269 diturun kan untuk menjalankan hukum bersedekah dan menginfakkan harta dijalan allah saw,.,. sebagai mana allah azawajalla berfirman;

262.‘Al – laziina yunfiquuna ‘am – waalahum fii Sabiilillaahi summa laa yutbi – ‘uuna maaa ‘anfaquu man –nanw wa laaa ‘azal – lahum ‘ajruhun ‘inda Rabbihim, wa laa khaw – fun ‘alayhim wa laa hum yahkzanuun.263.Qawlum – ma' ruufunw maghfiratum khayrum – min – sadaqatiny yatba – ‘uhaaa ‘azaa. Wallaahu Ghaniy – yun Haliim.264.Yaaa –‘ayyu –hallaziina ‘aa – manuu laa tub – tiluu sadaqaatikum – bil – manni wal – ‘azaa kallazii yunfiqu maalahuu ri –‘aaa – ‘annasi wa laa yu' – minu billaahi wal –Yawmil –‘Aakhir. Famasaluhuu kamasali safwaanin ‘alayhi turaabun – fa ‘asaabahuu waabilun – fatarakahuu sal – daa. Laa yaqdiruuna ‘alaa shay –‘im –mimma kasabuu. Wallaahu laa yahdil – qawmal – kaafiriin.265.Wa masalul – laziina yunfiquuna ‘am waalahu – mubtighaaa –‘a mardaatillaahi wa tasbiitam min ‘anfusihim kamasali jannatim bi – rab – watin ‘asaabahaa waabilun – fa –‘aatat ‘ukulahaa di' – fayn. Fa – ‘il lam yusib – haa waabilun fatall. Wallaahu bimaa ta' – mauluuna Basiir.266.‘A –yawaddu ‘a – hadukum ‘an – takuuna lahuu jannatum – min – na – khiil – inw – wa ‘a' – naabin tajrii min tahtihal – ‘anhaaru lahuu fiihaa min kullis –sama –raati wa ‘asaabahul – kibaru wa lahuu zurriy – yatun du –‘afaaa – ‘u fa –‘asaabahaaa ‘i' – saarun fiihi naarun fahtaraqat? Kazaalika yubayyi – nullaahu lakumul – ‘aayaati la – ‘allakum tata – fakkaruun.267.Yaaa –‘ayyu – hallaziina ‘aamanuuu ‘anfiquu min tayyibaai maa kasabtum wa mimmaaa ‘akhrajnaa lakum – minal –‘ard. Wa laa ta – yamma – mul – khabiisa minhu tunfiquuna wa lastum – bi – ‘aakhiziiihi ‘illaaa ‘an tughmiduu fiih. Wa' – lamuuu ‘annallaaha Ghany – yun Hamiid.268.‘Ash –Shay – taanu ya – idukumul – faqra wa ya' – murukum – bil – fashaaa' allaahu ya – ‘idukum maghfiratam minhu wa fadlaa. Wallaahu Waasi – ‘un ‘Aliim.269.Yu' til – Hikmata many – yashaaa': wa many – yu' tal –Hikmata faqad ‘uutiya khayran kasiiraa. Wa maa yaz –zakkaru ‘illaaa ‘ulul – ‘albaab. ---------------------------------------------------------------------------- *

/مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦١) الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ لا يُتْبِعُونَ مَا أَنْفَقُوا مَنًّا وَلا أَذًى لَهُمْ أَجْرُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ وَلا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلا هُمْ يَحْزَنُونَ (٢٦٢) قَوْلٌ مَعْرُوفٌ وَمَغْفِرَةٌ خَيْرٌ مِنْ صَدَقَةٍ يَتْبَعُهَا أَذًى وَاللَّهُ غَنِيٌّ حَلِيمٌ (٢٦٣) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لا تُبْطِلُوا صَدَقَاتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالأذَى كَالَّذِي يُنْفِقُ مَالَهُ رِئَاءَ النَّاسِ وَلا يُؤْمِنُ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الآخِرِ فَمَثَلُهُ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَأَصَابَهُ وَابِلٌ فَتَرَكَهُ صَلْدًا لا يَقْدِرُونَ عَلَى شَيْءٍ مِمَّا كَسَبُوا وَاللَّهُ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكَافِرِينَ (٢٦٤)وَمَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمُ ابْتِغَاءَ مَرْضَاةِ اللَّهِ وَتَثْبِيتًا مِنْ أَنْفُسِهِمْ كَمَثَلِ جَنَّةٍ بِرَبْوَةٍ أَصَابَهَا وَابِلٌ فَآتَتْ أُكُلَهَا ضِعْفَيْنِ فَإِنْ لَمْ يُصِبْهَا وَابِلٌ فَطَلٌّ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرٌ (٢٦٥) أَيَوَدُّ أَحَدُكُمْ أَنْ تَكُونَ لَهُ جَنَّةٌ مِنْ نَخِيلٍ وَأَعْنَابٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الأنْهَارُ لَهُ فِيهَا مِنْ كُلِّ الثَّمَرَاتِ وَأَصَابَهُ الْكِبَرُ وَلَهُ ذُرِّيَّةٌ ضُعَفَاءُ فَأَصَابَهَا إِعْصَارٌ فِيهِ نَارٌ فَاحْتَرَقَتْ كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ (٢٦٦يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَنْفِقُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا كَسَبْتُمْ وَمِمَّا أَخْرَجْنَا لَكُمْ مِنَ الأرْضِ وَلا تَيَمَّمُوا الْخَبِيثَ مِنْهُ تُنْفِقُونَ وَلَسْتُمْ بِآخِذِيهِ إِلا أَنْ تُغْمِضُوا فِيهِ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللَّهَ غَنِيٌّ حَمِيدٌ (٢٦٧) الشَّيْطَانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشَاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلا وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ (٢٦٨) يُؤْتِي الْحِكْمَةَ مَنْ يَشَاءُ وَمَنْ يُؤْتَ الْحِكْمَةَ فَقَدْ أُوتِيَ خَيْرًا كَثِيرًا وَمَا يَذَّكَّرُ إِلا أُولُو الألْبَابِ (٢٦٩ -------------------------------------------------------------- ------------ “

Orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah, kemudian mereka tidak mengiringi apa yang dinafkahkannya itu dengan menyebut-nyebut pemberiannya dan dengan tidak menyakiti (perasaan si penerima), mereka memperoleh pahala di sisi Rabb mereka. Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. Al-Baqarah: 262) Perkataan yang baik dan pemberian ma’af lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima). Allah Mahakaya lagi Mahapenyantun. (QS. Al-Baqarah: 263) Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.” (QS. Al-Baqarah: 264)265. Dan perumpamaan orang yang menginfakkan hartanya untuk mencari keridhaan Allah dan untuk memperteguh jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran Tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu menghasilkan buah-buahan dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai)[16]. Allah Maha melihat apa yang kamu kerjakan.266. Adakah salah seorang di antara kamu yang ingin memiliki kebun kurma dan anggur yang mengalir di bawahnya sungai-sungai[17], di sana dia memiliki segala macam buah-buahan, kemudian datanglah masa tuanya[18] sedangkan dia memiliki keturunan yang masih kecil-kecil[19]. Lalu kebun itu ditiup angin keras yang mengandung api, sehingga terbakar[20]. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepada kamu agar kamu memikirkannya[21].267.[22] Wahai orang-orang yang beriman! infakkanlah (di jalan Allah) sebagian dari hasil usahamu yang baik-baik[23] dan sebagian dari apa yang Kami keluarkan dari bumi untukmu.[24] Janganlah kamu memilih yang buruk untuk kamu keluarkan, padahal kamu sendiri tidak mau mengambilnya melainkan dengan memincingkan mata terhadapnya. Dan ketahuilah, bahwa Allah Mahakaya[25] lagi Maha Terpuji[26].268. Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kamu dengan kemiskinan[27] dan menyuruh kamu berbuat jahat[28], sedangkan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya kepadamu[29]. Dan Allah Mahaluas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui[30].269. Dia memberikan Al Hikmah[31] kepada siapa yang Dia kehendaki. Barang siapa diberi hikmah, sesungguhnya dia telah diberi karunia yang banyak[32]. Dan tidak ada yang dapat mengambil pelajaran selain orang-orang yang berakal[33]. TAFSIR IBNU KATSIR; ------------------------------------------------------------------

Allah memuji orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan-Nya, dan tidak menyertai kebaikan dan sedekah yang diinfakkannya itu dengan mengungkit-ungkitnya di hadapan si penerima dan tidak juga di hadapan orang lain, baik melalui ucapan maupun perbuatan. Dan firman Allah swt: walaa adzaa (“Dan dengan tidak menyakiti.”) Maksudnya, mereka tidak melakukan hal-hal yang tidak disukai oleh si penerima, hingga menghapuskan kebaikan yang mereka lakukan tersebut. Selanjutnya Allah Ta’ala menjanjikan kepada mereka pahala yang berlimpah atas perbuatan tersebut, dengan firman-Nya: laHum ajruHum ‘inda rabbiHim (“Mereka mendapat pahala di sisi Rabb mereka.”) Maksudnya, pahala mereka itu hanya berasal dari Allah semata. Wa laa khaufun ‘alaiHim (“Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka.”) Yaitu terhadap berbagai bencana yang akan mereka hadapi pada hari kiamat kelak. Walaa Hum yahzanuun (“Dan tidak pula mereka bersedih hati.”) Maksudnya, (terhadap) anak-anak yang mereka tinggalkan serta hilangnya kesempatan dari kehidupan dunia dan kegemerlapannya tidak menjadikan mereka kecewa, karena mereka telah mendapatkan sesuatu yang lebih baik bagi mereka dari semuanya itu. Lebih lanjut, Allah swt berfirman: qaulum ma’ruufun (“Perkataan yang baik.”) Yaitu berupa kata-kata yang baik dan doa bagi orang muslim. Wa maghfiratun (“Dan pemberian maaf.”) Yaitu berupa maaf dan ampunan atas suatu kezhaliman, baik berupa ucapan maupun perbuatan. Khairum min shadaqatiy yatba’uHaa adzaa (“Lebih baik daripada sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang menyakitkan [perasaan si penerima].”) wallaaHu ghaniyyun (“Allah Mahakaya,”) dari bantuan makhluk-makhluk-Nya. haliim (“Lagi Mahapenyantun.”) Yakni Dia senantiasa menyantuni, memberikan ampunan, memberikan maaf dan menghapuskan dosa mereka. Ada beberapa hadits yang telah melarang kita mengungkit-ungkit pemberian. Misalnya yang diriwayatkan Imam Muslim dalam kitabnya, Shahih Muslim, dari Abu Dzar, ia menceritakan, Rasulullah bersabda: “Ada tiga orang yang pada hari kiamat kelak Allah tidak mengajak mereka bicara, tidak melihat mereka, tidak menyucikan mereka dan bagi mereka azab yang pedih. Yaitu: orang yang menyebut-nyebut pemberian yang ia telah berikan, orang yang memanjangkan kainnya (di bawah mata kaki), dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah palsu.” Kemudian Ibnu Mardawih, Ibnu Hibban, al-Hakim dalam kitabnya, al-Mustadrak, dan Nasa’i juga meriwayatkan dari Abdullah bin Yasar al-A’raj, dari Salim bin Abdillah bin Umar, dari ayahnya, ia menceritakan, Rasulullah bersabda: “Ada tiga orang yang pada hari kiamat kelak Allah tidak akan melihat mereka, yaitu: orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, peminum khamr, dan orang yang suka menyebut-nyebut apa yang pernah ia berikan.” Allah swt. berfirman: yaa ayyuHal ladziina aamanuu laa tubthiluu shadaqaatikum bil manni wal adzaa (“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti [perasaan si penerima].”) Allah Ta’ala memberitahukan bahwa pahala sedekah itu bisa hilang karena tindakan menyebut-nyebut sedekah itu atau menyakiti si penerima sedekah tersebut. Jadi, pahala sedekah itu akan terhapus karena kesalahan berupa tindakan menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti hati si penerima sedekah. Lebih lanjut Allah A berfirman: kalladzii yunfiqu maalaHuu ri-aa-annaasi (“Seperti orang yang menafkahkan hartanya kerena riya’ kepada manusia.”) Maksudnya, janganlah kalian menghapuskan pahala sedekah kalian dengan menyebut-nyebut pemberian dan menyakiti si penerima sedekah, sebagaimana terhapusnya pahala sedekah yang dikerjakan karena riya’ kepada manusia, di mana ia memperlihatkan kepada orang-orang bahwa ia bersedekah untuk mencari keridhaan Allah Ta’ala, padahal niat yang sebenarnya adalah agar mendapat pujian orang lain serta bermaksud mendapatkan kepopuleran dengan sifat-sifat yang baik sehingga ia akan memperoleh ucapan terima kasih atau mendapat sebutan, “Orang yang dermawan” dan hal-hal duniawi lainnya, dengan memutuskan perhatiannya dari mu’amalah dengan Allah dan dari tujuan meraih keridhaan Allah serta memperoleh limpahan pahala-Nya. Oleh karena itu, Allah Ta’ala berfirman: wa laa yu’minu billaaHi wal yaumil aakhiri (“Dan ia tidak beriman kepada Allah dan hari akhir.”) Kemudian Allah memberikan perumpamaan orang yang berinfak dengan disertai riya’ tersebut. Adh-Dhahhak mengatakan, mengenai orang yang menyertai infaknya dengan tindakan menyebut-nyebut pemberian atau menyakiti si penerima sedekah, Allah Ta’ala berfirman: fa matsaluHuu kamatsali shafwaanin (“Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin.”) “shafwaanun” adalah jamak (plural) dari kata “shafwaanatun”. Di antara ulama ada yang mengatakan, kata “shafwaanun” dapat juga sebagai mufrad (kata tunggal), yang berarti batu yang licin. ‘alaiHi turaabun fa ashaabaHu waabilun (“Yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat.”) fatarakaHuu shaldan (“lalu ia menjadi bersih [tidak bertanah].”) Maksudnya, hujan itu menjadikan batu tersebut licin, tidak ada sesuatu pun di atasnya, karena semua tanah yang ada di atasnya telah hilang. Demikian halnya dengan amal perbuatan orang-orang yang riya’, akan hilang dan lenyap di sisi Allah, meskipun amal perbuatan itu tampak oleh mereka, sebagaimana tanah di atas batu tersebut. Oleh karena itu, Dia berfirman: laa yaqdiruuna ‘alaa syai-im mimmaa kasabuu wallaaHu laa yaHdil qaumal kaafiriin (“Mereka tidak menguasai sesuatu pun dari apa yang mereka usahakan. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir.”) --------------------------------------------------------------
Dia tidak membutuhkan sedekah hamba-hamba-Nya. Allah Subhaanahu wa Ta’aala tidak membutuhkan sama sekali makhluk-Nya, bahkan semua makhluk membutuhkan-Nya di setiap waktu dan keadaan. Oleh karena itu, sedekah, infak dan ketaatan yang dilakukan seorang hamba maslahat dan manfaatnya kembalinya kepada hamba itu sendiri, karena Allah Subhaanahu wa Ta’aala Maha Kaya. [13] Yakni tidak segera memberikan hukuman kepada orang yang bermaksiat kepada-Nya meskipun Dia mampu. Rahmat, ihsan dan sifat santun-Nya menjadikan-Nya tidak segera memberikan hukuman kepada pelaku maksiat, bahkan Dia memberi tangguh mereka dan mengulang-ulang ayat-ayat-Nya agar hamba-hamba-Nya mau kembali kepada-Nya. Jika telah jelas bahwa mereka tidak bisa diharap lagi, ayat-ayat yang datang tidak berguna lagi dan perumpamaan-perumpamaan sudah tidak dihiraukan lagi, maka ketika itulah Allah menurunkan siksa-Nya dan menghalangi mereka mendapatkan ganjaran-Nya besar. [14] Ayat ini menunjukkan batalnya pahala sedekah yang diiringi dengan menyebut-nyebut dan menyakiti hati penerima. Dari ayat ini juga dapat disimpulkan bahwa amalan buruk dapat membatalkan amal shalih. Hal ini sebagaimana firman Allah Ta’ala di surat Al Hujurat ayat 2, berikut (yang artinya): “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu meninggikan suaramu melebihi suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya dengan suara yang keras, sebagaimana kerasnya suara sebagian kamu terhadap sebagian yang lain, supaya tidak hapus (pahala) amalanmu, sedangkan kamu tidak menyadari.” -------------------------------------------------------------------- [22]

 Imam Tirmidzi meriwayatkan dari Al Barra’ ia berkata: Ayat tersebut turun berkenaan dengan kami kaum Anshar, di mana kami adalah para pemilik kebun kurma. Terkadang seseorang datang dari kebunnya dengan membawa kurma tergantung banyak kurma atau sedikitnya. Ada pula seseorang yang datang membawa satu atau dua tangkai (berisi kurma), lalu ia menggantungkannya di masjid. Ketika itu penghuni Shuffah (pelataran masjid) tidak memiliki makanan, salah seorang di antara mereka apabila datang (ke masjid), mendatangi tangkai tersebut, lalu ia pukul dengan tongkatnya, kemudian jatuhlah kurma muda dan kurma kering, lalu ia makan. Ada beberapa orang yang kurang peduli dengan kebaikan datang membawa tangkai kurma berisi kurma yang kurang baik dan yang jelek, serta membawa tangkai yang sudah patah, lalu ia gantungkan di masjid, maka Allah Tabaaraka wa Ta’aala menurunkan ayat, “Yaa ayyuhalladziina aamanuu anfiquu min thayyibaati…dst. illaa an tughmidhuu fiih.” Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Jika salah seorang di antara kamu diberi hadiah sama seperti yang dia berikan, tentu dia tidak akan mengambilnya kecuali dengan memicingkan mata atau malu.” Setelah itu, salah seorang di antara kami datang dengan membawa kurma yang baik yang ada di sisinya. (Hadits ini hasan shahih gharib, Abu Malik di sini adalah Al Ghifariy, ada yang mengatakan bahwa namanya Ghazwan. Hadits ini diriwayatkan pula oleh Ibnu Majah no. 1822, Ibnu Jarir juz 3 hal. 82. Al Haafizh Ibnu Katsir dalam tafsirnya menyandarkan hadits tersebut kepada Ibnu Abi Hatim. Hakim juga meriwayatkan di juz 2 hal. 285 dan berkata, “Shahih sesuai syarat Muslim“, dan hadits tersebut didiamkan oleh Adz Dzahabi). di November 25, 2017

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN