Sabtu, 16 Disember 2017

AYAT 26-45


  • TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK 
TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
  • JILIK-6 
  • Tafsir Ar Rahman Ayat 26-45
  • Ayat 26-45: 
  • Keadaan pada hari Kiamat, 
  • hisab, dan azab bagi orang-orang yang berdosa di neraka Jahanam.

  • (BISMILLAHI-RAHMAN-NIR-RAHIM)
  • Kullu man 'alaihaa faan(in)
  • Wayabqaa wajhu rabbika dzuul jalaali wal-ikraam(i)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Yas-aluhuu man fiis-samaawaati wal ardhi kulla yaumin huwa fii sya'n(in)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Sanafrughu lakum ayyuhaats-tsaqalaan(i)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Yaa ma'syaral jinni wal-insi iniistatha'tum an tanfudzuu min aqthaaris-samaawaati wal ardhi faanfudzuu laa tanfudzuuna illaa bisulthaan(in)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Yursalu 'alaikumaa syuwaazhun min naarin wa nuhaasun falaa tantashiraan(i)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Fa-idzaaan-syaqqatis-samaa-u fakaanat wardatan kaddihaan(i
  • Fabiayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Fayauma-idzil laa yusalu 'an dzanbihi insun wa laa jaann(un)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)

  1. كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ (٢٦) وَيَبْقَى وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلالِ وَالإكْرَامِ (٢٧)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٨) يَسْأَلُهُ مَنْ فِي السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ كُلَّ يَوْمٍ هُوَ فِي شَأْنٍ (٢٩)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٠) سَنَفْرُغُ لَكُمْ أَيُّهَا الثَّقَلانِ (٣١) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٢) يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ فَانْفُذُوا لا تَنْفُذُونَ إِلا بِسُلْطَانٍ (٣٣) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٤) يُرْسَلُ عَلَيْكُمَا شُوَاظٌ مِنْ نَارٍ وَنُحَاسٌ فَلا تَنْتَصِرَانِ (٣٥) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٦) فَإِذَا انْشَقَّتِ السَّمَاءُ فَكَانَتْ وَرْدَةً كَالدِّهَانِ (٣٧) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٣٨) فَيَوْمَئِذٍ لا يُسْأَلُ عَنْ ذَنْبِهِ إِنْسٌ وَلا جَانٌّ (٣٩) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٠) يُعْرَفُ الْمُجْرِمُونَ بِسِيمَاهُمْ فَيُؤْخَذُ بِالنَّوَاصِي وَالأقْدَامِ (٤١)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٢)هَذِهِ جَهَنَّمُ الَّتِي يُكَذِّبُ بِهَا الْمُجْرِمُونَ (٤٣) يَطُوفُونَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ حَمِيمٍ آنٍ (٤٤)فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٤٥)

Terjemah Ayat 26-45
  • 26. Semua yang ada di bumi itu[1] akan binasa.
  • 27. Tetapi zat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran[2] dan kemuliaan[3] tetap kekal.
  • 28. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 29. Apa yang di langit dan di bumi selalu meminta kepada-Nya[4]. Setiap waktu Dia dalam kesibukan[5].
  • 30. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 31. Kami akan memperhatikan sepenuhnya kepadamu[6] wahai (golongan) manusia dan jin.
  • 32. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 33. [7]Wahai golongan jin dan manusia! Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka tembuslah. Kamu tidak akan mampu menembusnya kecuali dengan kekuatan[8].
  • 34. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? 
  • 35. [9]Kepada kamu (jin dan manusia), akan dikirim nyala api dan cairan tembaga (panas)[10] sehingga kamu tidak dapat menyelamatkan diri (darinya)[11].
  • 36. [12]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 37. [13]Maka apabila langit telah terbelah[14] dan menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak[15].
  • 38. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 39. Maka pada hari itu manusia dan jin tidak ditanya tentang dosanya[16].
  • 40. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 41. Orang-orang yang berdosa itu diketahui dengan tanda-tandanya[17], lalu direnggut ubun-ubun dan kakinya[18].
  • 42. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 43. Inilah neraka Jahanam yang didustakan oleh orang-orang yang berdosa.
  • 44. Mereka berkeliling di sana dan di antara air yang mendidih[19].
  • 45. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?

  Huraian makna ayat;
  • [1] Baik manusia, jin, hewan dan makhluk-makhluk lainnya.
  • [2] Yakni yang mempunyai keagungan dan kebesaran; yang diagungkan dan dibesarkan.
  • [3] Ikraam artinya yang luas karunia dan kemurahan-Nya, serta yang menghendaki untuk memuliakan para wali dan makhluk pilihan-Nya dengan berbagai bentuk pemuliaan, dimana Dia dimuliakan, diagungkan, dicintai dan diibadahi oleh para wali-Nya.
  • [4] Baik dengan lisaanul maqaal (lisan) maupun lisaanul haal (keadaan).
  • Allah Subhaanahu wa Ta'aala Mahakaya zat-Nya tidak membutuhkan semua makhluk-Nya dan Mahaluas kemurahan-Nya. Semua makhluk butuh kepada-Nya meminta dipenuhi kebutuhannya dan mereka tidak pernah cukup terhadapnya sekejap mata pun atau kurang dari itu.
  • [5] Dia mengayakan yang miskin, menutupi hati yang sedih, memberi kepada suatu kaum dan menghalangi yang lain, menciptakan, menghidupkan dan mematikan, memuliakan dan menghinakan, meninggikan dan merendahkan, memelihara, memberi rezki, mengabulkan doa dan lain lain. Dia tidak pernah lelah terhadapnya dan tidak pernah bosan terhadap permintaan makhluk-Nya yang begitu banyak dan terus menerus. Dia senantiasa menampilkan apa yang telah ditetapkan-Nya di zaman azali (yang tidak ada awalnya) pada waktu-waktunya yang sesuai hikmah-Nya, baik ketetapan agama yang berupa perintah dan larangan, ketetapan qadari terhadap hamba-hamba-Nya selama mereka tinggal di dunia, sehingga ketika telah sempurna makhluk itu dan Allah telah membinasakan mereka, Dia menampilkan ketetapan jaza’i(pembalasan)-Nya dan memperlihatkan kepada mereka keadilan, karunia dan ihsan-Nya yang banyak, dimana dengannya mereka dapat mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya. Dia memindahkan manusia dari tempat ujian (dunia) menuju kepada kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (Al ‘Ankabut: 64)
  • Maka Mahasuci Allah Tuhan Yang Maha Pemberi yang pemberian-Nya merata kepada penduduk langit dan bumi, dan kelembutan-Nya mengena kepada semua makhluk di setiap waktu dan setiap saat.
  • [6] Untuk menghisab dan memberikan balasan terhadap amal yang kamu kerjakan selama di dunia.
  • [7] Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan mereka di mauqif (tempat perhentian seperti di padang mahsyar) pada hari Kiamat, maka Allah memberitahukan kelemahan mereka, sempurnanya kekuasaan-Nya, berlakunya kehendak dan kekuasaan-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman sebagaimana pada ayat di atas menerangkan kelemahan mereka.
  • [8] Bagaimana mereka memilikinya sedangkan mereka tidak berkuasa memberikan manfaat kepada diri mereka dan menghindarkan madharrat dari diri mereka, tidak bisa menghidupkan dan tidak bisa mematikan serta tidak bisa membangkitkan?! Pada tempat itu (padang mahsyar) tidak ada seorang pun yang berani bicara kecuali dengan izin-Nya dan tidak terdengar selain suara bisik-bisik. Di tempat itu, semua manusia sama, baik raja maupun rakyatnya, pemimpin maupun yang dipimpin, orang kaya maupun orang miskin.
  • [9] Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyebutkan apa yang disiapkan-Nya untuk mereka di tempat itu.
  • [10] Syaikh As Sa’diy menerangkan tentang syuwaazh, yaitu nyala api yang bersih, sedangkan nuhaas, yaitu nyala api yang bercampur asap. Maksudnya kedua ini adalah bahwa keduanya akan dikirimkan untuk mengepung jin dan manusia agar tidak melarikan diri.
  • [11] Mujahid berkata, “Tembaga adalah kuningan yang dilebur lalu dituangkan di atas kepala mereka.” Maksudnya, Kalau kamu (wahai jin dan manusia) pergi melarikan diri pada hari Kiamat, tentu para malaikat dan malaikat Zabaniyah akan mengembalikan kamu dengan mengirimkan nyala api dan tembaga yang dileburkan yang akan ditimpakan kepada kamu agar kamu kembali (ke padang mahsyar).
  • [12] Oleh karena penakutan-Nya kepada hamba-hamba-Nya merupakan nikmat-Nya kepada mereka sekaligus sebagai cemeti untuk menggiring mereka ke tempat yang tinggi dan untuk memperoleh pemberian yang paling baik yang diberikan-Nya kepada mereka, maka Dia berfirman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
  • [13] Pada hari Kiamat karena dahsyatnya keadaan ketika itu, banyaknya kegelisahan, rasa takut tidak kunjung henti, matahari dan bulan diredupkan dan bintang-bintang berjatuhan maka langit menjadi merah mawar seperti (kilauan) minyak, yakni seperti cairan logam dan timah yang mencair.
  • [14] Menjadi pintu-pintu untuk turunnya malaikat.
  • [15] Jika demikian, maka sungguh dahsyat dan mengerikan kejadian ketika itu.[16] Tetapi pada waktu yang lain. Atau maksudnya, bahwa pada hari itu manusia dan jin tidak dimintai informasi tentang apa yang terjadi karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui yang gaib dan yang tampak, yang lalu dan yang akan datang. Dia ingin memberikan balasan kepada hamba sesuai yang diketahui-Nya terhadap keadaan mereka, dan Dia telah mengadakan tanda pada hari Kiamat untuk orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk yang dengannya mereka dapat dikenali sebagaimana firman-Nya di ayat lain, “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. (Terj. Ali Imran: 106)
  • [17] Yaitu dengan hitam wajahnya dan biru matanya sebagaimana yang dikatakan Qatadah dan Al Hasan.
  • [18] Maksudnya, ubun-ubun orang yang berdosa dan kakinya direnggut lalu dilempar ke dalam neraka dan mereka diseret di sana. Allah Subhaanahu wa Ta'aala jika bertanya kepada mereka, maka maksudnya pertanyaan untuk menghinakan dan agar mereka mengakuinya karena Dia lebih mengetahui dari mereka, akan tetapi Dia ingin menunjukkan kepada makhluk hujjah-Nya yang kuat dan hikmah-Nya yang dalam.
  • [19] Mereka akan meminumnya ketika meminta pertolongan dari panasnya api neraka.
Tafsir ayat ;
  • Baik dengan lisaanul maqaal (lisan) maupun lisaanul haal (keadaan).
  • Dia mengayakan yang miskin, menutupi hati yang sedih, memberi kepada suatu kaum dan menghalangi yang lain, menciptakan, menghidupkan dan mematikan, memuliakan dan menghinakan, meninggikan dan merendahkan, memelihara, memberi rezki, mengabulkan doa dan lain lain. Dia tidak pernah lelah terhadapnya dan tidak pernah bosan terhadap permintaan makhluk-Nya yang begitu banyak dan terus menerus. Dia senantiasa menampilkan apa yang telah ditetapkan-Nya di zaman azali (yang tidak ada awalnya) pada waktu-waktunya yang sesuai hikmah-Nya, baik ketetapan agama yang berupa perintah dan larangan, ketetapan qadari terhadap hamba-hamba-Nya selama mereka tinggal di dunia, sehingga ketika telah sempurna makhluk itu dan Allah telah membinasakan mereka, Dia menampilkan ketetapan jaza’i(pembalasan)-Nya dan memperlihatkan kepada mereka keadilan, karunia dan ihsan-Nya yang banyak, dimana dengannya mereka dapat mengenal-Nya dan mentauhidkan-Nya. Dia memindahkan manusia dari tempat ujian (dunia) menuju kepada kehidupan yang sesungguhnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Tidaklah kehidupan dunia ini melainkan senda gurau dan main-main. Dan sesungguhnya akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, kalau mereka mengetahui.” (Al ‘Ankabut: 64)

  • Mahsyar (Arab: محشر) dalam Islam adalah tanah berpasir putih yang sangat luas dan datar, dimana tidak terlihat dataran rendah maupun tinggi di akhirat.. Mahsyar adalah dataran raksasa yang tidak bertepi, tidak ada lembah, sungai maupun laut.
  • Di Mahsyar inilah semua makhluk Allah yang berada di tujuh lapis langit dan bumi termasuk malaikat, jin, manusia, binatang berkumpul dan berdesak-desakan. Setiap manusia pada hari pengadilan akan hadir di mahsyar, diiringi oleh dua malaikat, yang satu sebagai pengiringnya dan yang satu lagi sebagai saksi atas segala perbuatannya di dunia.
  • Menurut ajaran Islam, manusia yang pertama kali dibangkitkan oleh Allah adalah Muhammad.[HR Utsman bin Affan bin Dahaak bin Muzahim daripada Abbas ra]. 

  • Apabila Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengumpulkan mereka di mauqif (tempat perhentian seperti di padang mahsyar) pada hari Kiamat, maka Allah memberitahukan kelemahan mereka, sempurnanya kekuasaan-Nya, berlakunya kehendak dan kekuasaan-Nya, maka Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman sebagaimana pada ayat di atas menerangkan kelemahan mereka.Dalam Hadits riwayat Ibnu Umar ra .dijelaskan bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala menggulung semua langit dan bumi dengan Tangan-Nya. Kemudian Dia berkata : Aku adalah Raja. Aku adalah Maha Perkasa. Aku adalah Yang Sombong. Mana raja-raja di atas bumi? Mana mereka yang perkasa? Mana mereka yang sombong itu?
  • Tak ada satupun dari mantan raja dan penguasa di atas bumi yang menjawab. Tak ada seorangpun dari pejabat tinggi negara di atas bumi yang mampu merespon. Tak satupun dari konglomerat, kepala suku, kepala geng, mafia dan preman yang berani bersuara. Tak satupun dari para jendral berbintang empat atau lima yang berkutik.Tak satupun dari manusia-manusia yang pernah hidup di atas bumi yang berani berkata. Semuanya tertunduk sambil menggigil ketakutan. Dalam pikiran mereka tergambar semua kejahatan, kedurhakaan dan kezaliman yang dulu pernah mereka lakukan.
  • Setiap orang memikirkan nasibnya sendiri. Saking dahsyatnya suasana, mereka tidak bisa berbicara, apalagi berargumentasi. Suasananya sangat mencekam. Semua hamba tunduk, diam seribu bahasa.
  • Pada hari itu, manusia tidak sempat lagi memikirkan harta, anak, pangkat, kedudukan dan semua fasilitas hidup yang diperoleh ketika mereka melewati fase kehidupan di dunia. Mereka terfokus memikirkan diri sendiri, tanpa peduli dengan orang-orang yang ketika hidup di dunia menjadi teman dekat atau karib kerabat. Pada hari itu, wajah manusia hanya terbagi dua, yang berseri-seri mukanya dan yang bermuka masam, pucat pasi dan hina. 

  • Bagaimana mereka memilikinya sedangkan mereka tidak berkuasa memberikan manfaat kepada diri mereka dan menghindarkan madharrat dari diri mereka, tidak bisa menghidupkan dan tidak bisa mematikan serta tidak bisa membangkitkan?! Pada tempat itu (padang mahsyar) tidak ada seorang pun yang berani bicara kecuali dengan izin-Nya dan tidak terdengar selain suara bisik-bisik. Di tempat itu, semua manusia sama, baik raja maupun rakyatnya, pemimpin maupun yang dipimpin, orang kaya maupun orang miskin.‘Dari Abu Hurairah r.a, dari Nabi Saw ia berkata : “Ada tujuh golongan yang Allah beri naungan dengan naungan-Nya, pada hari tiada lagi naungan kecuali naungan-Nya. Pemimpin yang adil, pemuda yang tumbuh dan berkembang dalam ketaatan pada Allah, seseorang yang hatinya terpaut pada masjid, dua orang yang saling mencintai di jalan Allah dan karena Allah, mereka berkumpul dan berpisah di atas dasar itu, seorang lelaki yang digoda wanita yang memiliki jabatan dan kecantikan, lalu dia (menolaknya) sambil berkata : aku takut pada Allah, seseorang yang bersedekah maka ia sembunyikan sehingga apa yang disedekahkan oleh tangan kanannya tidak diketahui oleh tangan kirinya, dan seseorang yang berzikir (mengingat) kepada Allah di tempat yang sunyi sepi, maka ia bergelimang air mata”. (Hadits Riwayat Al-Bukhari dan Muslim)
  • Adapun orang-orang-orang yang menolak dan melupakan dengan sengaja petunjuk Tuhan Pencipta dalam menjalankan misi dan visi hidup ketika hidup di dunia, mereka dikumpulkan dalam keadaan buta. Lengkaplah penderitaan yang mereka rasakan. 

  • Syaikh As Sa’diy menerangkan tentang syuwaazh, yaitu nyala api yang bersih, sedangkan nuhaas, yaitu nyala api yang bercampur asap. Maksudnya kedua ini adalah bahwa keduanya akan dikirimkan untuk mengepung jin dan manusia agar tidak melarikan diri.

  • Mujahid berkata, “Tembaga adalah kuningan yang dilebur lalu dituangkan di atas kepala mereka.” Maksudnya, Kalau kamu (wahai jin dan manusia) pergi melarikan diri pada hari Kiamat, tentu para malaikat dan malaikat Zabaniyah akan mengembalikan kamu dengan mengirimkan nyala api dan tembaga yang dileburkan yang akan ditimpakan kepada kamu agar kamu kembali (ke padang mahsyar).

  • Tetapi pada waktu yang lain. Atau maksudnya, bahwa pada hari itu manusia dan jin tidak dimintai informasi tentang apa yang terjadi karena Allah Subhaanahu wa Ta'aala mengetahui yang gaib dan yang tampak, yang lalu dan yang akan datang. Dia ingin memberikan balasan kepada hamba sesuai yang diketahui-Nya terhadap keadaan mereka, dan Dia telah mengadakan tanda pada hari Kiamat untuk orang-orang yang baik dan orang-orang yang buruk yang dengannya mereka dapat dikenali sebagaimana firman-Nya di ayat lain, “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. (Terj. Ali Imran: 106)

AYAT 16-25


  • TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
  • JILIK-6 SURAH AR-RAHMAN AYAT 16-25

  • Ayat 16-25: Penciptaan jin dan manusia dan asal penciptaannya, dan beberapa nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang dapat dirasakan di dunia.
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Rabbul masyriqaini wa rabbul maghribain(i)
  • Fab-iayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Marajal bahraini yaltaqiyaan(i)
  • Bainahumaa barzakhul laa yabghiyaan(i)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Yakhruju minhumaallu'lu'u wal marjaan(u)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)
  • Wa lahul jawaaril munsyaaatu fiil bahri kal a'laam(i)
  • Fabi-ayyi aalaa-i rabbikumaa tukadz-dzibaan(i)

  • فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٦) رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ (١٧) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (١٨) مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ (١٩) بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لا يَبْغِيَانِ (٢٠) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢١) يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ (٢٢) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٣) وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ فِي الْبَحْرِ كَالأعْلامِ (٢٤) فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ (٢٥)

  • Terjemah Surat Ar Rahman Ayat 16-25
  • 16. [24]Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 17. Tuhan (yang memelihara) dua timur dan Tuhan (yang memelihara) dua barat[25].
  • 18. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 19. Dia membiarkan dua laut mengalir yang (kemudian) keduanya bertemu,
  • 20. di antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing[26].
  • 21. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 22. Dari keduanya keluar mutiara dan marjan.
  • 23. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?
  • 24. Milik-Nyalah kapal-kapal yang berlayar di lautan bagaikan gunung-gunung[27].
  • 25. Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?


  • [24] Setelah Allah Subhaanahu wa Ta'aala menerangkan penciptaan manusia dan jin serta bahan bakunya, dimana hal itu merupakan nikmat Allah Subhaanahu wa Ta'aala kepada mereka, Allah Subhaanahu wa Ta'aala berfirman, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan?”
  • [25] Maksudnya tempat terbit dan terbenam matahari di musim panas dan di musim dingin.
  • [26] Sehingga tidak bercampur. Di antara ahli tafsir ada yang berpendapat bahwa la yabghiyan maksudnya masing-masingnya tidak menghendaki. Dengan demikian maksud ayat 19-20 ialah bahwa ada dua laut yang keduanya terpisah karena dibatasi oleh tanah genting, tetapi tanah genting itu tidaklah dikehendaki (tidak diperlukan), maka pada akhirnya, tanah genting itu dibuang (digali untuk keperluan lalu lintas), maka bertemulah dua lautan itu, seperti terusan Suez dan terusan Panama.
  • Menurut Syaikh As Sa’diy, maksud dua buah laut adalah; laut yang terasa tawar dan laut yang terasa asin, keduanya bertemu bersama, sehingga laut yang berair tawar mengena kepada laut yang berair asin sehingga keduanya bercampur. Akan tetapi, Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan di antara keduanya ada batas pemisah dari daratan sehingga yang satu tidak dapat dilampaui oleh masing-masing, namun tercapai manfaat dari keduanya. Dari air yang tawar dapat dimanfaatkan dengan diminum oleh manusia dan hewan serta digunakan menyirami tanaman, sedangkan dari air laut yang asin ada udara menjadi sejuk, ikan, mutiara dan marjan. Demikian pula menjadi tempat berlayar perahu dan kapal-kapal.[27] Allah Subhaanahu wa Ta'aala telah menundukkan kapal-kapal untuk hamba-hamba-Nya sehingga kapal yang dibuat mereka itu dapat membelah lautan dengan izin-Nya. Saking besarnya kapal itu, maka ia bagaikan gunung yang besar, dimana manusia dapat menaikinya, mereka dapat membawa barang-barang mereka ke atasnya serta yang mereka butuhkan lainnya untuk dibawa ke atasnya. Allah Subhaanahu wa Ta'aala yang menjaga lagit dan bumi telah menjaga kapal itu untuk mereka. Ini termasuk di antara nikmat-nikmat Allah yang besar yang diberikan-Nya kepada mereka.

  • Imam Muslim meriwayatkan hadis ini dari Muhammad ibnu Rafi' dan Abdu ibnu Humaid, keduanya dari Abdur Razzaq dengan sanad yang sama.
  • Firman Allah Swt.:
  • {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
  • Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 16)
  • Tafsirnya sama dengan yang sebelumnya.
  • {رَبُّ الْمَشْرِقَيْنِ وَرَبُّ الْمَغْرِبَيْنِ}
  • Tuhan yang memelihara kedua tempat terbit matahari dan Tuhan yang memelihara kedua tempat terbenamnya. (Ar-Rahman: 17)
  • Yakni kedua tempat terbitnya matahari di musim panas dan musim dingin, kedua tempat terbenamnya matahari di musim panas dan musim dingin. Dan dalam ayat yang lain disebutkan oleh firman-Nya:
  • {فَلا أُقْسِمُ بِرَبِّ الْمَشَارِقِ وَالْمَغَارِبِ}
  • Maka Aku bersumpah dengan Tuhan Yang Mengatur tempat terbit dan terbenamnya matahari. (Al-Ma'arij: 40)
  • Demikian itu karena berbeda-bedanya tempat terbit mentari dan perpindahannya di setiap hari, di saat-saat kemunculannya kepada manusia. Dan dalam ayat yang lain disebutkan:
  • {رَبُّ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ لَا إِلَهَ إِلا هُوَ فَاتَّخِذْهُ وَكِيلا}
  • (Dialah) Tuhan masyriq dan magrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai pelindung. (Al-Muzzammil: 9)
  • Inilah makna yang dimaksud, yaitu berbagai derajat arah masyriq dan berbagai derajat arah magrib. Dan mengingat adanya perbedaan yang terjadi pada masyriq dan magrib ini mengandung kemaslahatan bagi makhluk, baik jin maupun manusianya, maka dalam firman selanjutnya disebutkan:
  • {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
  • Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 18)
  • *****************
  • Adapun firman Allah Swt.:
  • {مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ يَلْتَقِيَانِ}
  • Dia membiarkan dua lautan mengalir yang kemudian keduanya bertemu. (Ar-Rahman: 19)
  • Ibnu Abbas r.a. mengatakan bahwa makna waltaqiyani ialah membiarkan keduanya mengalir.
  • Menurut Ibnu Zaid, Allah Swt. telah mencegah keduanya membaur dengan menjadikan pemisah yang menghalangi kedua air (asin dan tawar) membaur menjadi satu. Dan yang dimaksud dengan dua lautan ialah air asin dan air tawar. Air tawar adalah air yang terdapat di sungai-sungai yang ada di antara manusia. Pembahasan mengenainya telah kami sebutkan di dalam tafsir surat Al-Furqan, yaitu pada firman Allah Swt.:
  • {وَهُوَ الَّذِي مَرَجَ الْبَحْرَيْنِ هَذَا عَذْبٌ فُرَاتٌ وَهَذَا مِلْحٌ أُجَاجٌ وَجَعَلَ بَيْنَهُمَا بَرْزَخًا وَحِجْرًا مَحْجُورًا}
  • Dan Dialah yang membiarkan dua laut mengalir (berdampingan); yang ini tawar lagi segar, dan yang lain asin lagi pahit; dan Dia jadikan antara keduanya dinding dan batas yang menghalangi. (Al-Furqan: 53)
  • Ibnu Jarir dalam hal ini memilih pendapat yang mengatakan bahwa yang dimaksud dengan bahrain ialah lautan yang ada di langit dan lautan yang ada di bumi. Pendapat ini diriwayatkan dari Mujahid, Sa'id ibnu Jubair, Atiyyah, dan Ibnu Abza.
  • Ibnu Jarir mengatakan pula bahwa dikatakan demikian karena mutiara itu terjadi berkat pertemuan antara laut yang ada di langit dan laut yang ada di bumi.
  • Jika memang demikian, sudah barang tentu pengertian ini tidak di dukung oleh teks ayat yang menyebutkan:
  • {بَيْنَهُمَا بَرْزَخٌ لَا يَبْغِيَانِ}
  • antara keduanya ada batas yang tidak dilampaui oleh masing-masing. (Ar-Rahman: 20)
  • Yakni Allah telah menjadikan di antara keduanya dinding pembatas yang menghalangi keduanya dapat membaur, agar yang ini tidak mencemari yang itu, dan sebaliknya yang itu tidak mencemari yang ini sehingga dapat melenyapkan spesifikasi masing-masing yang diciptakan oleh Allah Swt. justru untuk tujuan tersebut. Dan jika dikatakan seperti itu, berarti tidak ada lagi dinding penghalang yang mencegah air langit dan air bumi untuk terpisah.
  • *****************
  • Firman Allah Swt.:
  • {يَخْرُجُ مِنْهُمَا اللُّؤْلُؤُ وَالْمَرْجَانُ}
  • Dari keduanya keluar mutiara dan marjan. (Ar-Rahman: 22)
  • Yaitu kelompok masing-masing dari keduanya. Maka apabila hal tersebut dapat dijumpai pada salah satunya, itu sudah cukup. Seperti pengertian yang terkandung di dalam firman-Nya:
  • {يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالإنْسِ أَلَمْ يَأْتِكُمْ رُسُلٌ مِنْكُمْ}
  • Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri. (Al-An'am: 130)
  • Sedangkan rasul-rasul itu hanyalah pada kalangan manusia secara khusus, bukan dari kalangan jin; dan ungkapan seperti ini dianggap sah secara mutlak.
  • Lu-lu- sudah dikenal, yaitu mutiara. Sedangkan marjan, menurut suatu pendapat adalah mutiara yang kecil-kecil, menurut Mujahid, Qatadah, Abu Razin, dan Ad-Dahhak. Dan menurut riwayat yang bersumber dari Ali, marjan adalah mutiara yang besar-besar lagi yang terbaik. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari sebagian ulama saleh oleh Ibnu Jarir. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan pendapat ini dari Ar-Rabi' ibnu Anas, dan As-Saddi telah meriwayatkannya dari seseorang yang menceritakan kepadanya dari Ibnu Abbas. Hal yang semisal telah diriwayatkan dari Ali, Mujahid, dan Murrah Al-Hamdani.
  • Menurut pendapat yang lain, marjan adalah sejenis permata yang berwarna merah. As-Saddi telah meriwayatkan dari Abu Malik, dari Masruq, dari Abdullah yang mengatakan bahwa marjan adalah permata yang berwarna merah. As-Saddi mengatakan bahwa marjan itu adalah permata dengan bahasa Persia. Adapun mengenai firman-Nya:
  • {وَمِنْ كُلٍّ تَأْكُلُونَ لَحْمًا طَرِيًّا وَتَسْتَخْرِجُونَ حِلْيَةً تَلْبَسُونَهَا}
  • Dan dari masing-masing laut itu kamu dapat memakan daging yang segar dan kamu dapat mengeluarkan perhiasan yang kamu dapat memakainya. (Fathir: 12)
  • Yakni protein hewani dari kedua air tersebut, yaitu air asin dan air tawar. Sedangkan perhiasan itu hanyalah didapat dari air asin saja, tidak didapat pada air tawar.
  • Ibnu Abbas mengatakan bahwa tidak sekali-kali setetes air yang jatuh dari langit ke dalam laut, lalu mengenai kerang dan masuk ke dalamnya melainkan terjadilah mutiara karenanya. Hal yang sama dikatakan oleh Ikrimah, tetapi ditambahkan bahwa 'jika tidak terjatuh di dalam kerang, maka air dari langit itu akan menumbuhkan anbarah'. Telah diriwayatkan pula hal yang semisal melalui berbagai jalur dari Ibnu Abbas.
  • Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, telah menceritakan kepada kami Sufyan, dari Al-A'masy, dari Abdullah ibnu Abdullah, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa apabila langit menurunkan hujannya dan kerang-kerang yang ada di laut membukakan katupnya, maka tidak sekali-kali ada setetes air hujan yang masuk ke dalamnya melainkan akan menjadi mutiara. Sanad asar ini sahih.
  • Mengingat mutiara dan marjan dapat dijadikan sebagai perhiasan dan merupakan nikmat bagi penduduk bumi, dan itu merupakan karunia dari Allah Swt. untuk mereka, maka disebutkanlah dalam firman berikutnya:
  • {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
  • Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 23)
  • *****************
  • Adapun firman Allah Swt.:
  • {وَلَهُ الْجَوَارِ الْمُنْشَآتُ}
  • Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya. (Ar-Rahman: 24)
  • Yakni kapal-kapal yang berlayar.
  • فِي الْبَحْرِ
  • di lautan lepas. (Ar-Rahman: 24)
  • Mujahid mengatakan bahwa yang dimaksud dengan munsya-at ialah kapal yang mempunyai layar yang tinggi (yakni berbadan besar dan lebar), sedangkan kapal yang tidak demikian keadaannya bukan dinamakan munsya-at. Qatadah mengatakan bahwa munsya-at artinya yang diciptakan, sedangkan selainnya mengatakan perahu tradisional.
  • {كَالْأَعْلَامِ}
  • laksana gunung-gunung. (Ar-Rahman: 24)
  • Yaitu seperti gunung-gunung pemandangannya karena besar dan tingginya, dan karena apa yang dimuatnya berupa barang-barang dagangan dan barang-barang kebutuhan yang diekspor dan diimpor dari suatu kawasan ke kawasan yang lain untuk keperluan manusia. Karena itulah disebutkan dalam firman berikutnya:
  • {فَبِأَيِّ آلاءِ رَبِّكُمَا تُكَذِّبَانِ}
  • Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan? (Ar-Rahman: 25)
  • Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Ismail, telah menceritakan kepada kami Hammad ibnu Salamah, telah menceritakan kepada kami Al-Aizar ibnu Suwaid, dari Umrah ibnu Suwaid yang mengatakan bahwa ia pernah bersama Ali ibnu Abu Talib r.a. di tepi Sungai Furat, tiba-tiba datanglah sebuah perahu yang tinggi layarnya, lalu Ali duduk di atas permadani yang dihamparkan untuknya. Kemudian ia mengatakan bahwa Allah Swt. telah berfirman: Dan kepunyaan-Nyalah bahtera-bahtera yang tinggi layarnya di lautan laksana gunung-gunung. (Ar-Rahman: 24) Tuhan Yang telah menciptakannyalah yang membuatnya dapat berlayar di lautan ciptaan-Nya. Aku tidak membunuh Usman dan tidak pula bersekongkol untuk membunuhnya.

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN