TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK ;
SURAH MUHAMAD 20,
BIS-MILLAHIR-RAHMANIR-RAHIM'
20. wayaquulu alladziina aamanuu lawlaa nuzzilat suuratun fa-idzaa unzilat suuratun muhkamatun wadzukira fiihaa alqitaalu ra-ayta alladziina fii quluubihim maradhun yanzhuruuna ilayka nazhara almaghsyiyyi ‘alayhi mina almawti fa-awlaa lahum
وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُورَةٌ ۖ فَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مُحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيهَا الْقِتَالُ ۙ رَأَيْتَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ ۖ فَأَوْلَىٰ لَهُمْ
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.
Ayat 20-29 menjelaskan karakter kaum munafik, yakni orang yang di dalam hati mereka terdapat berbagai penyakit seperti ragu terhadap janji Allah, Rasul-Nya dan bagaimana nasib mereka saat menghadapi kematian dan kenapa Allah melaknat mereka.
Diantara karakter kaum munafik ialah ketika turun ayat yang mewajibkan berperang di jalan Allah, mereka memandang dengan sinis kepada Rasul saw. Wajah mereka pucat pasi seakan menghadapi sakratul maut. Kalau mereka mentaati perintah Allah tersebut dan mengeluarkan kata-kata yang baik, niscaya kebaikannya akan kembali kepada mereka sendiri. Sebenarnya mereka tidak memiliki tekad kuat, kejujuran dan memendam niat yang tidak baik. Kalau mereka berkuasa, mereka pasti melakukan kerusakan di atas muka bumi dan memutus tali persaudaraan. Allah melaknat kaum munafik, menjadikan telinga mereka tuli dan mata mereka buta dan tidak bisa memahami (tadabbur) Al-Qur’an karena hati mereka sudah dikunci mati. Orang yang meninggalkan ajaran Al-Qur’an setelah nyata bagi mereka kebenarannya, maka setan menguasai mereka dan memanjangkan angan-angan mereka. Mereka mentaati kaum Yahudi yang membenci Al-Qur’an itu.
Padahal Allah Maha Mengetahui rahasia mereka. Mereka akan menghadapi kematian yang tragis. Ketika malaikat maut mencabut nyawa mereka, maka para malaikat akan memukul muka dan punggung mereka. Hal tersebut disebabkan mereka melakukan apa-apa yang dimurkai Allah dan membenci apa yang diridhai-Nya. Maka Allah menghapus semua amal kebaikan mereka. Kaum munafik itu mengira Allah tidak akan membongkar kedengkian dan niat jahat yang tersembunyi dalam hati mereka sehingga mereka leluasa bertingkah seenaknya saja. Meminta perkara yang berat dengan terburu-buru. Yang dimaksud dengan surat di sini ialah surat yang berisi perintah untuk memerangi orang-orang kafir. Mereka ini adalah kaum munafik.Dalam tafsir Ibnu Katsir, dia menjelaskan bahwa istilah ‘penyakit’ dalam ayat ini berarti ‘keraguan’. Selanjutnya, kita selalu melihat mereka yang mempunyai tanda-tanda munafik, sering ragu terhadap ulama, Allah SWT dan Mujahidin dan sebagainya. Keraguan mereka terdapat dalam banyak aspek dien, seperti hidup setelah mati, surga dan hari pengadilan; selanjutnya mereka melangkah terlalu jauh dengan meninggalkan ikatan Islam.
Ayat ini seperti firman-Nya di ayat yang lain, âTidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat! Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu takutnya. mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.â (Terj. An Nisaaâ: 77)
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari oleh Ibnu Abi Mulaikah, yang berkata, “Aku bertemu tiga puluh Shahabat Nabi SAW dan masing-masing dari mereka takut menjadi orang munafik, dan tidak ada dari mereka yang berkata bahwa dia sekuat Jibril atau Mika’il.” Dan Hasan (Al Basri) berkata: ‘Hanya orang yang beriman yang takut dari kemunafikan, dan hanya orang munafik yang merasa aman darinya (kemunafikan).’ (Shahih Al Bukhari Kitabul Iman Bab 36) Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyarankan sikap yang terbaik.Ayat 20: Kita sekarang sudah masuk ke dalam bahagian kedua surah Muhammad ini, iaitu menceritakan hal keadaan orang-orang munafik pula. Mereka ini pada zahirnya nampak seperti orang Islam kerana mereka duduk bersama orang Islam dan ada juga yang pergi mengerjakan ibadat solat di masjid dan sebagainya. Mereka bersama dengan orang-orang mukmin yang lain, sampaikan para sahabat pun tidak kenal siapakah di antara mereka yang munafik. Orang munafik ini menyembunyikan kekafiran mereka yang berada di dalam hati.
Dan ciri utama mereka adalah mereka ini hanya mementingkan dunia sahaja kalau dibandingkan dengan akhirat. Mereka tidak ada keyakinan kepada akhirat. Salah satu daripada hikmah diwajibkan jihad ini adalah kerana dapat menapis siapakah di antara orang-orang Islam itu yang munafik dan mukmin. Kerana orang munafik ini tidak suka untuk menggadai nyawa mereka untuk berjihad dan juga mereka tidak suka untuk mengeluarkan infaq untuk menanggung proses jihad. Kerana mereka amat sayang kepada nyawa mereka dan harta mereka. Kita kena belajar ayat-ayat penerangan tentang munafik ini kerana apabila dia berada di dalam Qur’an, ia menunjukkan bahawa ianya akan tetap ada sampai ke hari kiamat nanti. Kerana itu ahli-ahli tafsir yang menafsirkan ayat-ayat sebegini merujuk kepada orang munafik; atau ada juga yang merujuk kepada golongan Muslim yang lemah iman. Kerana mereka mengatakan ayat-ayat ini adalah ciri-ciri yang ada pada orang orang Islam yang memang beriman tetapi iman mereka itu lemah. Maka, kalau kena kepada diri kita, maka tahulah kita yang iman kita lemah, maka kita kena ubahlah sifat dan perangai kita.
SURAH MUHAMAD 20,
BIS-MILLAHIR-RAHMANIR-RAHIM'
20. wayaquulu alladziina aamanuu lawlaa nuzzilat suuratun fa-idzaa unzilat suuratun muhkamatun wadzukira fiihaa alqitaalu ra-ayta alladziina fii quluubihim maradhun yanzhuruuna ilayka nazhara almaghsyiyyi ‘alayhi mina almawti fa-awlaa lahum
وَيَقُولُ الَّذِينَ آمَنُوا لَوْلَا نُزِّلَتْ سُورَةٌ ۖ فَإِذَا أُنْزِلَتْ سُورَةٌ مُحْكَمَةٌ وَذُكِرَ فِيهَا الْقِتَالُ ۙ رَأَيْتَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ يَنْظُرُونَ إِلَيْكَ نَظَرَ الْمَغْشِيِّ عَلَيْهِ مِنَ الْمَوْتِ ۖ فَأَوْلَىٰ لَهُمْ
Dan orang-orang yang beriman berkata: "Mengapa tiada diturunkan suatu surat?" Maka apabila diturunkan suatu surat yang jelas maksudnya dan disebutkan di dalamnya (perintah) perang, kamu lihat orang-orang yang ada penyakit di dalam hatinya memandang kepadamu seperti pandangan orang yang pingsan karena takut mati, dan kecelakaanlah bagi mereka.
Ayat 20-29 menjelaskan karakter kaum munafik, yakni orang yang di dalam hati mereka terdapat berbagai penyakit seperti ragu terhadap janji Allah, Rasul-Nya dan bagaimana nasib mereka saat menghadapi kematian dan kenapa Allah melaknat mereka.
Diantara karakter kaum munafik ialah ketika turun ayat yang mewajibkan berperang di jalan Allah, mereka memandang dengan sinis kepada Rasul saw. Wajah mereka pucat pasi seakan menghadapi sakratul maut. Kalau mereka mentaati perintah Allah tersebut dan mengeluarkan kata-kata yang baik, niscaya kebaikannya akan kembali kepada mereka sendiri. Sebenarnya mereka tidak memiliki tekad kuat, kejujuran dan memendam niat yang tidak baik. Kalau mereka berkuasa, mereka pasti melakukan kerusakan di atas muka bumi dan memutus tali persaudaraan. Allah melaknat kaum munafik, menjadikan telinga mereka tuli dan mata mereka buta dan tidak bisa memahami (tadabbur) Al-Qur’an karena hati mereka sudah dikunci mati. Orang yang meninggalkan ajaran Al-Qur’an setelah nyata bagi mereka kebenarannya, maka setan menguasai mereka dan memanjangkan angan-angan mereka. Mereka mentaati kaum Yahudi yang membenci Al-Qur’an itu.
Padahal Allah Maha Mengetahui rahasia mereka. Mereka akan menghadapi kematian yang tragis. Ketika malaikat maut mencabut nyawa mereka, maka para malaikat akan memukul muka dan punggung mereka. Hal tersebut disebabkan mereka melakukan apa-apa yang dimurkai Allah dan membenci apa yang diridhai-Nya. Maka Allah menghapus semua amal kebaikan mereka. Kaum munafik itu mengira Allah tidak akan membongkar kedengkian dan niat jahat yang tersembunyi dalam hati mereka sehingga mereka leluasa bertingkah seenaknya saja. Meminta perkara yang berat dengan terburu-buru. Yang dimaksud dengan surat di sini ialah surat yang berisi perintah untuk memerangi orang-orang kafir. Mereka ini adalah kaum munafik.Dalam tafsir Ibnu Katsir, dia menjelaskan bahwa istilah ‘penyakit’ dalam ayat ini berarti ‘keraguan’. Selanjutnya, kita selalu melihat mereka yang mempunyai tanda-tanda munafik, sering ragu terhadap ulama, Allah SWT dan Mujahidin dan sebagainya. Keraguan mereka terdapat dalam banyak aspek dien, seperti hidup setelah mati, surga dan hari pengadilan; selanjutnya mereka melangkah terlalu jauh dengan meninggalkan ikatan Islam.
Ayat ini seperti firman-Nya di ayat yang lain, âTidakkah kamu perhatikan orang-orang yang dikatakan kepada mereka, "Tahanlah tanganmu (dari berperang), dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat! Setelah diwajibkan kepada mereka berperang, tiba-tiba sebagian dari mereka (golongan munafik) takut kepada manusia (musuh), seperti takutnya kepada Allah, bahkan lebih dari itu takutnya. mereka berkata, "Ya Tuhan kami, mengapa Engkau wajibkan berperang kepada kami? Mengapa tidak Engkau tangguhkan (kewajiban berperang) kepada Kami sampai kepada beberapa waktu lagi?" Katakanlah, "Kesenangan di dunia ini hanya sebentar dan akhirat itu lebih baik untuk orang-orang yang bertakwa, dan kamu tidak akan dianiaya sedikitpun.â (Terj. An Nisaaâ: 77)
Diriwayatkan dalam Shahih Bukhari oleh Ibnu Abi Mulaikah, yang berkata, “Aku bertemu tiga puluh Shahabat Nabi SAW dan masing-masing dari mereka takut menjadi orang munafik, dan tidak ada dari mereka yang berkata bahwa dia sekuat Jibril atau Mika’il.” Dan Hasan (Al Basri) berkata: ‘Hanya orang yang beriman yang takut dari kemunafikan, dan hanya orang munafik yang merasa aman darinya (kemunafikan).’ (Shahih Al Bukhari Kitabul Iman Bab 36) Selanjutnya Allah Subhaanahu wa Ta'aala menyarankan sikap yang terbaik.Ayat 20: Kita sekarang sudah masuk ke dalam bahagian kedua surah Muhammad ini, iaitu menceritakan hal keadaan orang-orang munafik pula. Mereka ini pada zahirnya nampak seperti orang Islam kerana mereka duduk bersama orang Islam dan ada juga yang pergi mengerjakan ibadat solat di masjid dan sebagainya. Mereka bersama dengan orang-orang mukmin yang lain, sampaikan para sahabat pun tidak kenal siapakah di antara mereka yang munafik. Orang munafik ini menyembunyikan kekafiran mereka yang berada di dalam hati.
Dan ciri utama mereka adalah mereka ini hanya mementingkan dunia sahaja kalau dibandingkan dengan akhirat. Mereka tidak ada keyakinan kepada akhirat. Salah satu daripada hikmah diwajibkan jihad ini adalah kerana dapat menapis siapakah di antara orang-orang Islam itu yang munafik dan mukmin. Kerana orang munafik ini tidak suka untuk menggadai nyawa mereka untuk berjihad dan juga mereka tidak suka untuk mengeluarkan infaq untuk menanggung proses jihad. Kerana mereka amat sayang kepada nyawa mereka dan harta mereka. Kita kena belajar ayat-ayat penerangan tentang munafik ini kerana apabila dia berada di dalam Qur’an, ia menunjukkan bahawa ianya akan tetap ada sampai ke hari kiamat nanti. Kerana itu ahli-ahli tafsir yang menafsirkan ayat-ayat sebegini merujuk kepada orang munafik; atau ada juga yang merujuk kepada golongan Muslim yang lemah iman. Kerana mereka mengatakan ayat-ayat ini adalah ciri-ciri yang ada pada orang orang Islam yang memang beriman tetapi iman mereka itu lemah. Maka, kalau kena kepada diri kita, maka tahulah kita yang iman kita lemah, maka kita kena ubahlah sifat dan perangai kita.