TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
SURAH AL-BAQARAH AYAT 58-61
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ ﴿البقرة:٥٨﴾فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ ﴿البقرة:٥٩﴾وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ ﴿البقرة:٦۰﴾وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نَصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ ﴿البقرة:٦١﴾ {58}
Dan (kenangkanlah) ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke bandar ini, kemudian makanlah dari benda-benda Yang ada di dalamnya Dengan sepuas-puasnya, apa sahaja Yang kamu sukai. dan masuklah kamu melalui pintunya Dengan tunduk (merendah diri); dan (mintalah ampun dengan) berkata: ' Ya Allah ampunilah dosa Kami '; supaya Kami ampunkan kesalahan-kesalahan kamu, dan Kami akan tambah pula pahala orang-orang Yang berbuat baik". {59} kemudian orang-orang Yang zalim (penderhaka) itu mengubah perkataan (perintah kami) Yang dikatakan kepada mereka Dengan melakukan sebaliknya; maka Kami turunkan ke atas orang-orang Yang zalim itu bala bencana dari langit, Dengan sebab mereka sentiasa berlaku fasik (menderhaka). {60} dan (ingatlah) ketika Nabi Musa memohon supaya diberi air untuk kaumnya, maka Kami berfirman: "Pukulah batu itu Dengan tongkatmu", (ia pun memukulnya), folalu terpancutlah dari batu itu dua belas mata air; Sesungguhnya tiap-tiap satu puak (di antara mereka) telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. (dan Kami berfirman): "Makanlah dan minumlah kamu dari rezeki Allah itu, dan janganlah kamu merebakkan bencana kerosakan di muka bumi". {61} dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: "Wahai Musa, Kami tidak sabar (sudah jemu) Dengan makanan Yang semacam sahaja; maka pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya dikeluarkan bagi Kami sebahagian dari apa Yang tumbuh di bumi; dari sayur-sayurannya, dan mentimunnya, dan bawang putihnya, dan adas (kacang dalnya), serta bawang merahnya". Nabi Musa menjawab: "Adakah kamu mahu menukar sesuatu Yang kurang baik Dengan meninggalkan Yang lebih baik? Turunlah kamu ke bandar kerana di sana kamu boleh dapati apa Yang kamu minta itu". dan mereka ditimpakan Dengan kehinaan dan kepapaan, dan sudah sepatutnya mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka kufur (mengingkari) ayat-ayat Allah (perintah-perintah dan mukjizat-mukjizat Yang membuktikan kebesaranNya); dan mereka pula membunuh Nabi-nabi Dengan tidak ada alasan Yang benar. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka menderhaka dan mereka pula sentiasa menceroboh.
Menurut ulama tafsir lainnya, tanah suci tersebut adalah Ariha. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Abdur Rahman ibnu Zaid, tetapi jauh dari kebenaran, mengingat Ariha bukan tujuan perjalanan mereka, melainkan yang mereka tuju adalah Baitul Maqdis. Pendapat lain yang lebih jauh lagi dari kebenaran adalah yang mengatakan bahwa negeri tersebut adalah negeri Mesir, seperti yang diriwayatkan oleh Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya. Pendapat yang benar adalah pendapat pertama tadi, yaitu yang mengatakan Baitul Maqdis. Hal ini terjadi ketika mereka keluar dari Padang Sahara sesudah tersesat selama empat puluh tahun bersama Yusya' ibnu Nun a.s. Kemudian Allah memberikan kemenangan kepada mereka atas Baitul Maqdis pada sore hari Jumat. Pada hari itu perjalanan matahari ditahan (oleh Allah) selama sesaat hingga mereka beroleh kemenangan.Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka diperintahkan bersujud pada wajah mereka ketika memasukinya. Akan tetapi, pendapat ini dinilai jauh dari kebenaran oleh Ar-Razi. Telah diriwayatkan dari sebagian mereka bahwa makna yang dimaksud dengan bersujud dalam ayat ini ialah tunduk, mengingat sulit untuk diartikan menurut hakikatnya. Khasif meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa pintu tersebut letaknya berhadapan dengan arah kiblat. Ibnu Abbas, Mujahid, As-Saddi, Qatadah, dan Ad-pahhak mengatakan bahwa Babul Hittah adalah salah satu pintu gerbang masuk ke kota Eliya Baitul Maqdis. Ar-Razi meriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa yang dimaksud dengan pintu tersebut ialah salah satu dari arah kiblat. Para Mufassirin membahas kisah ini secara panjang lebar dalam pembicaraan mereka, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. Disebutkan bahwa di hadapan mereka diletakkan sebuah batu berbentuk empat persegi panjang, lalu Allah memerintahkan Musa a.s. supaya memukul batu itu dengan tongkatnya. Lalu Musa memukulnya dengan tongkatnya, maka memancarlah dua belas mata air; pada tiaptiap sudut batu tersebut memancar tiga buah mata air. Kemudian Musa memberitahukan kepada tiap-tiap suku itu mata airnya masing-ma sing buat minum mereka. Tidak sekali-kali mereka berpindah ke tern-pat yang lain melainkan mereka menjumpai hal tersebut, sama halnya dengan kejadian yang pernah terjadi di tempat yang pertama. Kisah ini merupakan suatu bagian dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim, yaitu hadis mengenai fitnahfitnah yang cukup panjang. Atiyyah Al-Aufi mengatakan, dijadikan buat mereka sebuah batu yang besarnya sama dengan kepala banteng, lalu batu itu dimuat di atas sapi jantan. Apabila mereka turun istirahat, mereka meletakkan batu itu dan Musa memukul batu itu dengan tongkatnya, maka memancarlah dua betas mata air. Apabila mereka berangkat meneruskan perjalanan, mereka mengangkut batu itu ke atas punggung seekor sapi jantan, lalu aimya berhenti dengan sendirinya. Utsman ibnu Ata Al-Khurrasani meriwayatkan dari ayahnya, bahwa kaum Bani Israil mempunyai sebuah batu, dan Nabi Harun yang selalu meletakkannya, sedangkan Nabi Musa yang memukul batu itu dengan tongkatnya. Qatadah mengatakan bahwa batu tersebut berasal dari Bukit Tur, merekalah yang mengambil batu tersebut dan yang memikulnya (ke mana pun mereka pergi). Apabila mereka turun istirahat, Nabi Musa a.s. memukul batu itu dengan tongkatnya (agar keluar air darinya). Az-Zamakhsyari mengatakan, menurut suatu pendapat batu terse-but adalah granit berukuran satu hasta kali satu hasta. Menurut pendapat lain, bentuknya sebesar kepala manusia. Menurut pendapat lainnya lagi batu tersebut berasal dari surga yang tingginya sepuluh hasta, sama dengan tinggi Nabi Musa a.s.; sedangkan batu tersebut mempunyai dua cabang yang kedua-duanya menyala dalam kegelapan, dan selalu dibawa di atas punggung keledai. Menurut pendapat yang lain, batu tersebut dibawa turun oleh Nabi Adam a.s. dari surga, lalu diwarisi secara turun-temurun hingga sampai ke tangan Nabi Syu'aib, lalu Nabi Syu'aib menyerahkan batu itu bersama tongkatnya kepada Musa a.s.
30. Setiap suku dari 12 suku dari Bani Israil, sebagaimana tersebut dalam surat Al-A’rāf (7): 160. Ayat 58 – 61
Masih menjelaskan seputar karakter dan prilaku Bani Israel yang sangat tercela. Di samping kufur nikmat, mereka tidak mau masuk ke Palestina dan tidak mau minta ampun pada Allah. Kalau mereka mau mengikuti perintah Allah tersebut, niscaya Allah akan menambahkan berbagai nikmat-Nya kepada mereka. Mereka mengganti firman Allah dengan kalimat-kalimat yang sesuai dengan keinginan dan syahwat mereka. Sebab itu Allah turunkan siksaan-Nya dari langit sebagai akibat dari kefasikan (kedurhakaan) yang mereka lakukan. Sungguh Bani Israel itu memiliki sifat kekanak-kanakan. Ketika mereka kehabisan air, mereka meminta minuman kepada Musa. Lalu, Musa memintanya kepada Allah. Allah perintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar. Maka batu itu mengeluarkan air sebanyak 12 mata air, sesuai dengan jumlah kelompok mereka, agar setiap kelompok mendapatkan satu mata air. Mereka juga bosan memakan makanan dari surga dan meminta Musa untuk memintakan kepada Allah agar diberikan makanan hasil panen bumi seperti, sayur-sayuran, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah. Musa pun marah dan berkata: Apakah kalian menukar makanan yang terbaik dari surga dengan jenis makanan rendahan hasil bumi? Silahkan kalian pulang ke Mesir, nanti kalian akan mendapatkan apa yang kalian mau. Akibat dosa dan kejumudan tersebut, Allah timpakan kepada mereka kehinaan dan kemiskinan dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Semua itu akibat mereka kafir pada ayat-ayat Allah, tidak mau menjadikannya sebagai petunjuk hidup (hidayah) dan bahkan membunuh para nabi, mendurhakai mereka dan berbuat melampaui batas hukum-hukum Allah.
SURAH AL-BAQARAH AYAT 58-61
وَإِذْ قُلْنَا ادْخُلُوا هَٰذِهِ الْقَرْيَةَ فَكُلُوا مِنْهَا حَيْثُ شِئْتُمْ رَغَدًا وَادْخُلُوا الْبَابَ سُجَّدًا وَقُولُوا حِطَّةٌ نَغْفِرْ لَكُمْ خَطَايَاكُمْ وَسَنَزِيدُ الْمُحْسِنِينَ ﴿البقرة:٥٨﴾فَبَدَّلَ الَّذِينَ ظَلَمُوا قَوْلًا غَيْرَ الَّذِي قِيلَ لَهُمْ فَأَنْزَلْنَا عَلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا رِجْزًا مِنَ السَّمَاءِ بِمَا كَانُوا يَفْسُقُونَ ﴿البقرة:٥٩﴾وَإِذِ اسْتَسْقَىٰ مُوسَىٰ لِقَوْمِهِ فَقُلْنَا اضْرِبْ بِعَصَاكَ الْحَجَرَ فَانْفَجَرَتْ مِنْهُ اثْنَتَا عَشْرَةَ عَيْنًا قَدْ عَلِمَ كُلُّ أُنَاسٍ مَشْرَبَهُمْ كُلُوا وَاشْرَبُوا مِنْ رِزْقِ اللَّهِ وَلَا تَعْثَوْا فِي الْأَرْضِ مُفْسِدِينَ ﴿البقرة:٦۰﴾وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَىٰ لَنْ نَصْبِرَ عَلَىٰ طَعَامٍ وَاحِدٍ فَادْعُ لَنَا رَبَّكَ يُخْرِجْ لَنَا مِمَّا تُنْبِتُ الْأَرْضُ مِنْ بَقْلِهَا وَقِثَّائِهَا وَفُومِهَا وَعَدَسِهَا وَبَصَلِهَا قَالَ أَتَسْتَبْدِلُونَ الَّذِي هُوَ أَدْنَىٰ بِالَّذِي هُوَ خَيْرٌ اهْبِطُوا مِصْرًا فَإِنَّ لَكُمْ مَا سَأَلْتُمْ وَضُرِبَتْ عَلَيْهِمُ الذِّلَّةُ وَالْمَسْكَنَةُ وَبَاءُوا بِغَضَبٍ مِنَ اللَّهِ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ كَانُوا يَكْفُرُونَ بِآيَاتِ اللَّهِ وَيَقْتُلُونَ النَّبِيِّينَ بِغَيْرِ الْحَقِّ ذَٰلِكَ بِمَا عَصَوْا وَكَانُوا يَعْتَدُونَ ﴿البقرة:٦١﴾ {58}
Dan (kenangkanlah) ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke bandar ini, kemudian makanlah dari benda-benda Yang ada di dalamnya Dengan sepuas-puasnya, apa sahaja Yang kamu sukai. dan masuklah kamu melalui pintunya Dengan tunduk (merendah diri); dan (mintalah ampun dengan) berkata: ' Ya Allah ampunilah dosa Kami '; supaya Kami ampunkan kesalahan-kesalahan kamu, dan Kami akan tambah pula pahala orang-orang Yang berbuat baik". {59} kemudian orang-orang Yang zalim (penderhaka) itu mengubah perkataan (perintah kami) Yang dikatakan kepada mereka Dengan melakukan sebaliknya; maka Kami turunkan ke atas orang-orang Yang zalim itu bala bencana dari langit, Dengan sebab mereka sentiasa berlaku fasik (menderhaka). {60} dan (ingatlah) ketika Nabi Musa memohon supaya diberi air untuk kaumnya, maka Kami berfirman: "Pukulah batu itu Dengan tongkatmu", (ia pun memukulnya), folalu terpancutlah dari batu itu dua belas mata air; Sesungguhnya tiap-tiap satu puak (di antara mereka) telah mengetahui tempat minumnya masing-masing. (dan Kami berfirman): "Makanlah dan minumlah kamu dari rezeki Allah itu, dan janganlah kamu merebakkan bencana kerosakan di muka bumi". {61} dan (kenangkanlah) ketika kamu berkata: "Wahai Musa, Kami tidak sabar (sudah jemu) Dengan makanan Yang semacam sahaja; maka pohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, supaya dikeluarkan bagi Kami sebahagian dari apa Yang tumbuh di bumi; dari sayur-sayurannya, dan mentimunnya, dan bawang putihnya, dan adas (kacang dalnya), serta bawang merahnya". Nabi Musa menjawab: "Adakah kamu mahu menukar sesuatu Yang kurang baik Dengan meninggalkan Yang lebih baik? Turunlah kamu ke bandar kerana di sana kamu boleh dapati apa Yang kamu minta itu". dan mereka ditimpakan Dengan kehinaan dan kepapaan, dan sudah sepatutnya mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka kufur (mengingkari) ayat-ayat Allah (perintah-perintah dan mukjizat-mukjizat Yang membuktikan kebesaranNya); dan mereka pula membunuh Nabi-nabi Dengan tidak ada alasan Yang benar. Yang demikian itu ialah disebabkan mereka menderhaka dan mereka pula sentiasa menceroboh.
Menurut ulama tafsir lainnya, tanah suci tersebut adalah Ariha. Pendapat ini diriwayatkan dari Ibnu Abbas dan Abdur Rahman ibnu Zaid, tetapi jauh dari kebenaran, mengingat Ariha bukan tujuan perjalanan mereka, melainkan yang mereka tuju adalah Baitul Maqdis. Pendapat lain yang lebih jauh lagi dari kebenaran adalah yang mengatakan bahwa negeri tersebut adalah negeri Mesir, seperti yang diriwayatkan oleh Ar-Razi di dalam kitab tafsirnya. Pendapat yang benar adalah pendapat pertama tadi, yaitu yang mengatakan Baitul Maqdis. Hal ini terjadi ketika mereka keluar dari Padang Sahara sesudah tersesat selama empat puluh tahun bersama Yusya' ibnu Nun a.s. Kemudian Allah memberikan kemenangan kepada mereka atas Baitul Maqdis pada sore hari Jumat. Pada hari itu perjalanan matahari ditahan (oleh Allah) selama sesaat hingga mereka beroleh kemenangan.Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka diperintahkan bersujud pada wajah mereka ketika memasukinya. Akan tetapi, pendapat ini dinilai jauh dari kebenaran oleh Ar-Razi. Telah diriwayatkan dari sebagian mereka bahwa makna yang dimaksud dengan bersujud dalam ayat ini ialah tunduk, mengingat sulit untuk diartikan menurut hakikatnya. Khasif meriwayatkan dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas, bahwa pintu tersebut letaknya berhadapan dengan arah kiblat. Ibnu Abbas, Mujahid, As-Saddi, Qatadah, dan Ad-pahhak mengatakan bahwa Babul Hittah adalah salah satu pintu gerbang masuk ke kota Eliya Baitul Maqdis. Ar-Razi meriwayatkan dari sebagian ulama, bahwa yang dimaksud dengan pintu tersebut ialah salah satu dari arah kiblat. Para Mufassirin membahas kisah ini secara panjang lebar dalam pembicaraan mereka, seperti yang dikatakan oleh Ibnu Abbas r.a. Disebutkan bahwa di hadapan mereka diletakkan sebuah batu berbentuk empat persegi panjang, lalu Allah memerintahkan Musa a.s. supaya memukul batu itu dengan tongkatnya. Lalu Musa memukulnya dengan tongkatnya, maka memancarlah dua belas mata air; pada tiaptiap sudut batu tersebut memancar tiga buah mata air. Kemudian Musa memberitahukan kepada tiap-tiap suku itu mata airnya masing-ma sing buat minum mereka. Tidak sekali-kali mereka berpindah ke tern-pat yang lain melainkan mereka menjumpai hal tersebut, sama halnya dengan kejadian yang pernah terjadi di tempat yang pertama. Kisah ini merupakan suatu bagian dari hadis yang diriwayatkan oleh Imam Nasai, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim, yaitu hadis mengenai fitnahfitnah yang cukup panjang. Atiyyah Al-Aufi mengatakan, dijadikan buat mereka sebuah batu yang besarnya sama dengan kepala banteng, lalu batu itu dimuat di atas sapi jantan. Apabila mereka turun istirahat, mereka meletakkan batu itu dan Musa memukul batu itu dengan tongkatnya, maka memancarlah dua betas mata air. Apabila mereka berangkat meneruskan perjalanan, mereka mengangkut batu itu ke atas punggung seekor sapi jantan, lalu aimya berhenti dengan sendirinya. Utsman ibnu Ata Al-Khurrasani meriwayatkan dari ayahnya, bahwa kaum Bani Israil mempunyai sebuah batu, dan Nabi Harun yang selalu meletakkannya, sedangkan Nabi Musa yang memukul batu itu dengan tongkatnya. Qatadah mengatakan bahwa batu tersebut berasal dari Bukit Tur, merekalah yang mengambil batu tersebut dan yang memikulnya (ke mana pun mereka pergi). Apabila mereka turun istirahat, Nabi Musa a.s. memukul batu itu dengan tongkatnya (agar keluar air darinya). Az-Zamakhsyari mengatakan, menurut suatu pendapat batu terse-but adalah granit berukuran satu hasta kali satu hasta. Menurut pendapat lain, bentuknya sebesar kepala manusia. Menurut pendapat lainnya lagi batu tersebut berasal dari surga yang tingginya sepuluh hasta, sama dengan tinggi Nabi Musa a.s.; sedangkan batu tersebut mempunyai dua cabang yang kedua-duanya menyala dalam kegelapan, dan selalu dibawa di atas punggung keledai. Menurut pendapat yang lain, batu tersebut dibawa turun oleh Nabi Adam a.s. dari surga, lalu diwarisi secara turun-temurun hingga sampai ke tangan Nabi Syu'aib, lalu Nabi Syu'aib menyerahkan batu itu bersama tongkatnya kepada Musa a.s.
30. Setiap suku dari 12 suku dari Bani Israil, sebagaimana tersebut dalam surat Al-A’rāf (7): 160. Ayat 58 – 61
Masih menjelaskan seputar karakter dan prilaku Bani Israel yang sangat tercela. Di samping kufur nikmat, mereka tidak mau masuk ke Palestina dan tidak mau minta ampun pada Allah. Kalau mereka mau mengikuti perintah Allah tersebut, niscaya Allah akan menambahkan berbagai nikmat-Nya kepada mereka. Mereka mengganti firman Allah dengan kalimat-kalimat yang sesuai dengan keinginan dan syahwat mereka. Sebab itu Allah turunkan siksaan-Nya dari langit sebagai akibat dari kefasikan (kedurhakaan) yang mereka lakukan. Sungguh Bani Israel itu memiliki sifat kekanak-kanakan. Ketika mereka kehabisan air, mereka meminta minuman kepada Musa. Lalu, Musa memintanya kepada Allah. Allah perintahkan Musa untuk memukulkan tongkatnya ke sebuah batu besar. Maka batu itu mengeluarkan air sebanyak 12 mata air, sesuai dengan jumlah kelompok mereka, agar setiap kelompok mendapatkan satu mata air. Mereka juga bosan memakan makanan dari surga dan meminta Musa untuk memintakan kepada Allah agar diberikan makanan hasil panen bumi seperti, sayur-sayuran, mentimun, bawang putih, kacang adas dan bawang merah. Musa pun marah dan berkata: Apakah kalian menukar makanan yang terbaik dari surga dengan jenis makanan rendahan hasil bumi? Silahkan kalian pulang ke Mesir, nanti kalian akan mendapatkan apa yang kalian mau. Akibat dosa dan kejumudan tersebut, Allah timpakan kepada mereka kehinaan dan kemiskinan dan mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Semua itu akibat mereka kafir pada ayat-ayat Allah, tidak mau menjadikannya sebagai petunjuk hidup (hidayah) dan bahkan membunuh para nabi, mendurhakai mereka dan berbuat melampaui batas hukum-hukum Allah.