Rabu, 4 April 2018
AYAT 160-164
TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK;
SURAH ALI-IMRAN JUZ-4' BISS-MIL-LAA-HIR-RAHMAN-NIR-RAHIM'''
, Ayat 160 Iy yansurkumulla_hu fala_ ga_liba lakum, wa iy yakhzulkum fa man zallazi yansurukum mim ba'dih(i), wa 'alalla_hi falyatawakkalil mu'minu_n(a). 3:161 Ayat 161 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 161 Wa ma_ ka_na li nabiyyin ay yagull(a), wa may yaglul ya'ti bima_ galla yaumal qiya_mah(ti), summa tuwaffa_ kullu nafsim ma_ kasabat wa hum la_ yuzlamu_n(a). 3:162 Ayat 162 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 162 Afamanittaba'a ridwa_nalla_hi kamam ba_'a bi sakhatim minalla_hi wa ma'wa_hu jahannam(u), wa bi'sal masir(u). 3:163 Ayat 163 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 163 Hum daraja_tun 'indalla_h(i), walla_hu basirum bima_ ya'malu_n(a). 3:164 Ayat 164 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 164 Laqad mannalla_hu 'alal mu'minina iz ba'asa fihim rasu_lam min anfusihim yatlu_'alaihi a_ya_tihi wa yuzakkihim wa yu'allimuhumul kita_ba wal hikmah(ta), wa in ka_nu_ min qablu lafi dala_lim mubin(in)
. إِنْ يَنْصُرْكُمُ اللَّهُ فَلا غالِبَ لَكُمْ وَإِنْ يَخْذُلْكُمْ فَمَنْ ذَا الَّذِي يَنْصُرُكُمْ مِنْ بَعْدِهِ وَعَلَى اللَّهِ فَلْيَتَوَكَّلِ الْمُؤْمِنُونَ (160) وَما كانَ لِنَبِيٍّ أَنْ يَغُلَّ وَمَنْ يَغْلُلْ يَأْتِ بِما غَلَّ يَوْمَ الْقِيامَةِ ثُمَّ تُوَفَّى كُلُّ نَفْسٍ مَا كَسَبَتْ وَهُمْ لَا يُظْلَمُونَ (161) أَفَمَنِ اتَّبَعَ رِضْوانَ اللَّهِ كَمَنْ باءَ بِسَخَطٍ مِنَ اللَّهِ وَمَأْواهُ جَهَنَّمُ وَبِئْسَ الْمَصِيرُ (162) هُمْ دَرَجاتٌ عِنْدَ اللَّهِ وَاللَّهُ بَصِيرٌ بِما يَعْمَلُونَ (163) لَقَدْ مَنَّ اللَّهُ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ إِذْ بَعَثَ فِيهِمْ رَسُولاً مِنْ أَنْفُسِهِمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آياتِهِ وَيُزَكِّيهِمْ وَيُعَلِّمُهُمُ الْكِتابَ وَالْحِكْمَةَ وَإِنْ كانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلالٍ مُبِينٍ (164)
Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkan kamu; dan jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakkal. (QS. Ali ‘Imraan: 160) Tidak mungkin seorang Nabi berkhianat (dalam urusan harta rampasan perang). Barangsiapa yang berkhianat (dalam urusan rampasan perang itu), maka pada hari Kiamat ia akan datang membawa apa yang dikhianatkannya itu; kemudian tiap-tiap diri akan diberi pembalasan tentang apa yang ia kerjakan dengan (pembalasan) setimpal, sedang mereka tidak dianiaya. (QS. Ali ‘Imraan: 161) Apakah orang yang mengikuti keridhaan Allah sama dengan orang yang kembali membawa kemurkaan (yang besar) dari Allah dan tempatnya adalah Jahannam? Dan itulah seburuk-buruk tempat kembali (QS. Ali ‘Imraan: 162) (Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Mahamelihat apa yang mereka kerjakan. (QS. Ali ‘Imraan: 163) Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dari golongan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka, dan mengajarkan kepada mereka al-Kitab dan al-Hikmah. Dan sesungguhnya sebelum (kedatangan Nabi) itu, mereka adalah benar-benar dalam kesesatan yang nyata.” (QS. Ali ‘Imraan: 164)
Dari ayat di atas jelas di huraian mengikut hadis riwayat ; Ibnu Abbas, Mujahid, Al-Hasan, dan lain-lainnya yang bukan hanya seorang telah mengatakan bahwa tidak layak bagi seorang nabi berbuat khianat. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Al-Musayyab ibnu Wadih, telah menceritakan kepada kami Abi Ishaq Al-Fazzari, dari Sufyan ibnu Khasif, dari Ikrimah, dari Ibnu Abbas yang mengatakan bahwa mereka kehilangan sebuah qatifah (permadani) dalam Perang Badar, lalu mereka berkata, "Barangkali Rasulullah Saw. telah mengambilnya." Maka Allah Swt. menurunkan firman-Nya: Tidak mungkin seorang nabi berkhianat dalam urusan harta rampasan perang. Al-Hasan al-Bashri, Thawus, Mujahid, dan adh-Dhahhak membaca: wa maa kaana li nabiyyin ay yughall; dengan memberikan dhammah di atas huruf “ya” yang berarti “yukhaan” (dikhianati). Sedangkan Qatadah dan ar-Rabi’ bin Anas berkata: “Ayat ini turun pada waktu perang Badar, di mana sebagian dari Sahabat Rasulullah berkhianat.” Ibnu Jarir meriwayatkannya dari Qatadah dan ar-Rabi’ bin Anas. Kemudian ia menceritakan dari sebagian ulama bahwa bacaan ini ditafsirkan dengan makna, “dituduh berkhianat. Dan Sunnah Nabawiyyah sendiri telah melarang hal itu, yang dijelaskan dalam beberapa hadits. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Malik al-Asyja’i dari Nabi, beliau bersabda: “Pengkianatan yang paling besar di sisi Allah adalah pengkhianatan terhadap sejengkal tanah. Kalian dapati dua orang yang tanahnya atau rumahnya berdekatan (berbatasan), kemudian salah seorang dari keduanya mengambil sejengkal dari tanah milik saudaranya itu. Jika ia mengambilnya, maka akan dikalungkan kepadanya tujuh lapis bumi pada hari Kiamat kelak.” (HR. Ahmad). Imam Ahmad meriwayatkan dari Ibnu Hubairah dan al-Harits bin Yazid dari ‘Abdurrahman bin Jubair, ia berkata, aku pernah mendengar al-Mustaurid bin Syaddad berkata, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Barangsiapa mengurusi suatu urusan bagi kami sedang ia tidak mempunyai rumah, maka hendaklah ia membangun rumah, atau tidak mempunyai isteri, maka hendaklah ia menikah, atau tidak mempunyai pelayan, maka hendaklah ia mengambil pelayan, atau tidak mempunyai binatang tunggangan maka hendaklah ia mengambilnya. Barangsiapa mengambil sesuatu melebihi itu, ia telah berkhianat.” Hadits di atas juga diriwayatkan Imam Abu Dawud dengan sanad dan redaksi yang berbeda. Imam Ahmad meriwayatkan pula Sufyan telah menceritakan kepada kami dari az-Zuhri, ia mendengar ‘Urwah berkata, Abu Hamid as-Sa’idi telah menceritakan kepada kami, ia berkata, Rasulullah pernah mempekerjakan seseorang dari kabilah al-Azad yang bernama Ibnu al-Lutbiyyah untuk mengurus zakat. Setelah bekerja ia datang seraya berkata, “Ini untuk anda dan ini yang dihadiahkan untukku.” Maka Rasulullah berdiri di atas mimbar seraya bersabda: “Bagaimanakah keadaan orang yang kami tugaskan untuk mengurus sebuah pekerjaan, lalu ia berkata, ‘Ini untuk anda dan ini yang dihadiahkan untukku.’ Mengapa ia tidak duduk-duduk saja di rumah bapak dan ibunya sambil menunggu apakah hadiah itu diberikan kepadanya atau tidak? Demi Rabb yang jiwaku berada ditangan-Nya, tidaklah salah seorang di antara kalian mengambilnya, melainkan akan datang dengan membawanya pada hari Kiamat kelak di atas pundaknya. Jika yang diambil itu berupa unta, maka unta itu akan mengeluarkan suaranya, atau sapi, maka sapi itu akan melenguh ataupun kambing, maka kambing itupun akan mengembik.” Kemudian beliau mengangkat kedua tangannya hingga terlihat putih kedua ketiak beliau dan kemudian bersabda, “Ya Allah, bukankah aku telah menyampaikan risalah.” Sebanyak tiga kali. Hisyam bin ‘Urwah menambahkan, lalu Abu Hamid berkata, “Kedua mataku menyaksikannya, kedua telingaku mendengarkannya. Tanyakanlah kepada Zaid bin Tsabit.” Dikeluarkan dari hadits Sufyan bin ‘Uyainah dan pada riwayat al-Bukhari: “Tanyakanlah kepada Zaid bin Tsabit.” Dan dalam bab ini juga diriwayatkan dari ‘Adi bin ‘Umairah, Buraidah, al-Mustaurid bin Syaddad, Abu Humaid dan Ibnu ‘Umar.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra. ia berkata, Rasulullah pernah berdiri di tengah-tengah kami lalu beliau mengingatkan masalah pengkhianatan. Beliau menganggapnya sebagai masalah yang besar dan penting, lalu beliau bersabda: “Sungguh aku akan menjumpai salah seorang di antara kalian yang datang pada hari Kiamat kelak dengan unta yang menderum di atas pundaknya seraya berkata, “Ya Rasulullah, tolonglah aku.” Maka kujawab, “Tidak, aku tidak mempunyai wewenang sedikit pun dari Allah untuk menolongmu. Aku dulu sudah pernah menyampaikan risalah kepadamu.” Dan aku akan menjumpai salah seorang di antara kalian yang datang pada hari Kiamat kelak sedang diatas pundaknya terdapat kuda yang meringkik seraya berkata, “Ya Rasulullah, tolonglah aku.” Maka kujawab, “Aku tidak mempunyai wewenang sedikitpun dari Allah untuk menolongmu. Aku dulu sudah menyampaikan risalah kepadamu.” Dan aku akan menjumpai salah seorang diantara kamu yang datang pada hari Kiamat dengan emas dan Perak, seraya berkata: “Ya Rasulullah, tolonglah aku.” Maka kujawab, “Aku tidak mempunyai wewenang sedikitpun dari Allah untuk menolongmu. Aku dulu sudah menyampaikan kepadamu.” Dikeluarkan oleh Imam al-Bukhari dan Muslim dari hadits Abi Hayyan. Imam Ahmad juga meriwayatkan dari ‘Adi bin ‘Umairah al-Kindi, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Wahai sekalian manusia, barangsiapa di antara kalian bekerja untuk kami, lalu menyembunyikan dari kami sebatang jarum atau yang lebih kecil darinya, maka hal itu adalah pengkhianatan dan ia akan datang membawanya pada hari Kiamat.” Kemudian salah seorang dari kaum Anshar yang berkulit hitam berdiri yang menurut Mujahid dia adalah Sa’ad bin ‘Ubadah, seolah-olah aku pernah melihatnya seraya berkata, “Ya Rasulullah, terimalah dariku tugasmu ini.” Beliau bertanya, “Tugas apa itu?” la menjawab, “Aku pernah mendengar engkau mengatakan ini dan itu. Beliau pun berkata, “Dan aku katakan hal itu sekarang. Barangsiapa yang pernah kami pekerjakan untuk mengerjakan sesuatu, maka hendaklah ia datang dengan membawanya, sedikit atau banyak. Apa yang diberikannya, maka hendaklah ia mengambilnya, dan apa yang tidak diberikannya, maka hendaklah ia menahan diri.” (Demikian juga yang diriwayatkan Imam Muslim dan Imam Abu Dawud). Imam Ahmad meriwayatkan, telah menceritakan kepadaku Samakal-Hanafi Abu Zamil, telah menceritakan kepadaku ‘Abdullah bin ‘Abbas, telah menceritakan kepadaku ‘Umar bin al-Khaththab, ia berkata, ketika perang Khaibar berlangsung ada beberapa orang Sahabat yang datang menemui Rasulullah seraya berkata, “Si fulan mati syahid, si fulan mati syahid.” Hingga mereka mengatakan, “Si fulan mati syahid.” Lalu Rasulullah bersabda, “Tidak, aku melihatnya berada di Neraka di dalam selimut atau mantel yang digelapkannya.” Lebih lanjut beliau bersabda, “Pergi dan serukan kepada semua orang bahwasanya tidak akan masuk Surga kecuali orang-orang yang beriman.” Maka aku pun keluar dan menyerukan bahwasanya tidak akan masuk Surga kecuali orang-orang yang beriman.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Salim bin ‘Abdullah, bahwa ia bersama Maslamah bin ‘Abdul Malik berada di kawasan Romawi, lalu ia mendapati dalam harta kekayaan seseorang terdapat harta pengkhianatan. Kemudian ia menanyakan kepada Salim bin ‘Abdullah, maka ia menjawab, Abu ‘Abdullah telah menceritakan kepadaku dari ‘Umar bin al-Khaththab ra, bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Barangsiapa di antara kalian yang mendapatkan dalam harta kekayaannya terdapat harta pengkhianatan, maka bakarlah, atau ia mengatakan, tahanlah, atau mengatakan dan binasakanlah.” Lalu ia mengeluarkan kekayaannya itu di pasar dan kemudian ia menemukan mushaf al-Qur’an dan ia tanyakan kepada Salim bin ‘Abdullah, maka Salim pun menjawab, “Jual dan sedekahkan hasil penjualannya.” Demikianlah yang diriwayatkan ‘Ali bin al-Madini, Abu Dawud danat-Tirmidzi. ‘Ali bin al-Madini, Imam al-Bukhari dan lain-lainnya mengatakan bahwa hadits tersebut mungkar dari riwayat Abu Waqid. Sedangkan ad-Daruquthni mengatakan, yang benar bahwa hal itu hanya fatwa dari Salim semata. Imam Ahmad dan para pengikutnya berpendapat seperti hadits diatas, sedangkan Abu Hanifah, Malik, dan asy-Syafi’i, serta jumhur ulama menentangnya seraya mengatakan, bahwa kekayaan orang yang berkhianat itu tidak dibakar melainkan cukup hanya dengan mendera pemiliknya dengan deraan yang setimpal. Imam al-Bukhari mengatakan, Rasulullah tidak mau menyalatkan orang yang berkhianat dan beliau tidak membakar kekayaannya. Wallahu a’lam. Ini adalah karunia yang paling besar, dimana Rasul yang diutus kepada mereka itu adalah dari jenis mereka sendiri, sehingga dengan demikian mereka bisa berkomunikasi dan menjadikannya sebagai tempat rujukan dalam memahami firman-firman-Nya. Oleh karena itu Allah berfirman: yatluu ‘alaiHim aayaatiHi (“Yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah.”) yakni al-Qur’an. Wa yuzakkiiHim (“membersihkan jiwa mereka.”) yakni memerintahkan mereka mengerjakan kebajikan dan mencegah mereka dari melakukan kemunkaran, agar dengan demikian mereka bisa menyucikan diri dari kotoran dan najis yang menyelimuti mereka, ketika mereka masih dalam keadaan jahiliyyah yang diselimuti dengan kemusyrikan.
Langgan:
Catatan (Atom)
JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN
JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN
-
JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN
-
TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK, Quran, Surah Maryam, Ayat 85 Yauma nahsyurul mut taqina ilar rahma_ni wafda_ Surah Maryam, Ayat 86...
-
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH:259* TAFSIR QURAN DAN HADIS TABBARAK 17.08.25;jumaah . 8pagi,., ----------------------------------------------...