Surah At-Talaq (Arab: سورة الطلاق) ialah surah ke-65 dalam al-Quran. Surah ini tergolong surah Madaniyah dan terdiri atas 12 ayat.
Dinamakan At-Talaq kerana kebanyakan ayat-ayatnya mengenai masalah talak dan yang berhubungan dengan masalah itu. Isi kandungan Hukum-hukum mengenai talak, iddah dan kewajiban masing-masing suami dan isteri dalam masa-masa talak dan iddah, agar tak ada pihak yang dirugikan dan keadilan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perintah kepada orang-orang mukmin supaya bertakwa kepada Allah yang telah mengutus seorang Rasul yang memberikan petunjuk kepada meraka. Orang yang beriman akan dimasukkan ke dalam syurga dan kepada yang ingkar diberikan peringatan bagaimana nasibnya orang-orang ingkar di masa dahulu at-Talaq Eltalak.png At-Talaq.png Informasi Arti Talak Nama lain an-Nisa'us Sugra (an-Nisa' yang kecil)[1] Klasifikasi Madaniyah Surah ke 65 Juz Juz 28 Statistik Jumlah ruku' 2 ruku' Jumlah ayat 12 ayat Surah At-Talaq (Arab: الطّلاق ,"Talak") adalah surah ke-65 dalam al-Qur'an. Surah ini tergolong surah Madaniyah dan terdiri atas 12 ayat. Dinamakan At-Talaq karena kebanyakan ayat-ayatnya mengenai masalah talak dan yang berhubungan dengan masalah itu.
Daftar isi 1 Pokok-Pokok Isi 2 Terjemahan 3 Referensi 4 Pranala luar Pokok-Pokok Isi Hukum-hukum mengenai talak, iddah dan kewajiban masing-masing suami dan istri dalam masa-masa talaq dan iddah, agar tak ada pihak yang dirugikan dan keadilan dapat dilaksanakan dengan sebaik-baiknya. Perintah kepada orang-orang mukmin supaya bertakwa kepada Allah yang telah mengutus seorang Rasul yang memberikan petunjuk kepada meraka. Orang yang beriman akan dimasukkan ke dalam surga dan kepada yang ingkar diberikan peringatan bagaimana nasibnya orang-orang ingkar pada masa dahulu Terjemahan Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang. Wahai Nabi, apabila kamu menceraikan istri-istrimu maka hendaklah kamu ceraikan perempuan-perempuan itu di waktu perempuan-perempuan itu berada pada masa iddah mereka, serta hitunglah lama waktu iddah itu, serta bertakwalah kepada Allah, Tuhan kalian; Janganlah kamu jadikan perempuan-perempuan itu pergi ke luar dari rumah mereka, serta janganlah perempuan-perempuan itu pergi ke luar terkecuali kalau perempuan-perempuan itu mengerjakan perbuatan keji yang jelas; demikianlah batasan-batasan Allah, bahwa barangsiapa yang melanggar batasan-batasan Allah, maka ketahuilah bahwa orang itu telah berbuat lalim terhadap diri sendiri; dirimu tidak mengetahui sekiranya Allah hendak mengadakan sesudah itu suatu hal yang baru; Apabila perempuan-perempuan itu mendekati akhir batas waktu tersebut, maka rujukilah perempuan-perempuan itu secara baik atau lepaskan perempuan-perempuan itu secara baik; serta hadirkan dua orang saksi adil di antara kalian supaya bersaksi, serta hendaklah kalian tegaskan kesaksian kepada Allah, Demikianlah pengajaran diberi kepada orang yang beriman kepada Allah beserta Hari Akhir; barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan jalan keluar untuk orang tersebut, Serta Dia mengaruniakan rezeki melalui keadaan yang tiada diduga-duga; bahwa barangsiapa yang menaruh kepercayaan kepada Allah niscaya cukuplah Dia untuk orang itu; sungguh Allah menyelesaikan urusanNya, sungguh Allah telah mengadakan ketentuan untuk tiap-tiap sesuatu, Sedangkan perempuan-perempuan yang tidak haid lagi di antara perempuan-perempuan kalian apabila kalian meragu, maka iddah perempuan-perempuan itu adalah tiga bulan; demikian pula untuk perempuan-perempuan yang tidak haid, sedangkan perempuan-perempuan hamil, batas waktu iddah perempuan-perempuan itu adalah sampai perempuan-perempuan itu melahirkan kandungan, bahwa barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia menjadikan untuk dirinya kemudahan dalam urusannya; Demikianlah perintah Allah yang Dia sampaikan kepada kalian; sungguh barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahan orang tersebut, serta Dia akan melipatgandakan upah untuk orang tersebut; Tempatkanlah perempuan-perempuan itu di mana kalian bertempat tinggal menurut kemampuan kalian, serta janganlah kalian menyusahkan perempuan-perempuan itu untuk menghalangi mereka, apabila perempuan-perempuan itu sedang hamil, maka berikan kebutuhan perempuan-perempuan itu untuk mereka hingga mereka bersalin, kemudian apabila perempuan-perempuan itu menyusukan anak-anak kalian untuk kalian, maka berikan upah mereka untuk mereka, serta hendaklah kalian musyawarahkan secara baik; apabila kalian menemui halangan maka perempuan lain boleh menyusui anak itu. Hendaklah golongan yang mampu menafkahi sesuai kesanggupannya; sedangkan orang yang dibatasi rezekinya hendaklah orang itu menafkahi harta benda yang dikaruniakan Allah kepada orang itu; Allah tidak memikulkan beban kepada seseorang melampaui sesuatu yang Allah berikan kepadanya, kelak Allah akan mengaruniakan kelapangan sesudah kesukaran.
Bahwa berapa banyak penduduk negeri yang mendurhakai Perintah Tuhan mereka beserta Rasul-RasulNya, sehingga Kami memperhitungkan penduduk negeri-negeri itu dengan perhitungan yang keras kemudian Kami menghukum penduduk negeri-negeri itu melalui Malapetaka yang mengerikan. supaya orang-orang itu merasakan akibat buruk dari perbuatan orang-orang itu, bahwa akibat perbuatan orang-orang itu merupakan kepedihan; Allah telah menyediakan untuk orang-orang itu, malapetaka keras, oleh sebab itu bertakwalah kepada Allah wahai golongan yang berpemahaman baik, yakni orang-orang yang beriman, sungguh Allah telah menyampaikan pengajaran kepada kalian, Seorang Rasul yang membacakan kepada kalian, ayat-ayat Allah yang menerangi supaya Dia mengeluarkan orang-orang yang beriman serta mengerjakan berbagai kebajikan dari kegelapan menuju cahaya; bahwa barangsiapa beriman kepada Allah serta mengerjakan berbagai kebajikan niscaya Allah akan memasukkan orang tersebut ke dalam Surga-Surga yang dialiri sungai-sungai di bawahnya untuk berada disana selamanya; sungguh Allah mengaruniakan rezeki yang baik untuk orang tersebut; Allah adalah Yang menciptakan tujuh langit, demikian halnya bumi; Dia memberlakukan Perintah antara keduanya supaya kalian mengetahui bahwa Allah Maha Kuasa terhadap segala sesuatu, bahwa sungguh Allah benar-benar meliputi segala sesuatu dalam hal Ilmu.
Talak menurut bahasa bermaksud melepaskan ikatan dan menurut syarak pula, talak membawa maksud melepaskan ikatan perkahwinan dengan lafaz talak dan seumpamanya. Talak merupakan suatu jalan penyelesaian yang terakhir sekiranya suami dan isteri tidak dapat hidup bersama dan mencari kata sepakat untuk mecari kebahagian berumahtangga. Talak merupakan perkara yang dibenci Allah s.w.t tetapi dibenarkan. Hukum talak Hukum Penjelasan Wajib a) Jika perbalahan suami isteri tidak dapat didamaikan lagi b) Dua orang wakil daripada pihak suami dan isteri gagal membuat kata sepakat untuk perdamaian rumahtangga mereka c) Apabila pihak kadi berpendapat bahawa talak adalah lebih baik d) Jika tidak diceraikan keadaan sedemikian, maka berdosalah suami Jika kedua belah pihak dari pihak suami & isteri (ibu,bapa,mertua,ipar dll) bersetuju dengan kata sepakat selepas datangNya keyakinan dari Allah swt diantara kedua belah pihak selepas berusaha dalam perbincangan meneguhkan masjid-masjid AllAh swt (nikah kerana AllAh sWt) selepas menjadi wakil pendamai bagi kedua-dua pasangan (selepas solat sunat istikhorah) maka redho seorang suami atau bakal bekas suami harus mempunyai keyakinan untuk lafaskan talakNya kerana Allah SWT dalam keadaan tenang dan waras tAmpA dipengaruhi oleh mana-mana ketidakbaikkan yang berbaur hasutan yg terhasil dari sifat-sifat mazmumah (sifat tercela) atau mengzahirkan kebaikkan sebelum,semasa,selepas tutur lafas dari sifat-sifat mazmudah yakini tampa rasa amarah dengan keputusan atau lafas yang akan dizahirkan dgn pemahaman mengikut hukum syarak (Agama Islam) iaitu dengan rekod kaunseling secara berperingkat dari pejabat agama Islam daerah,negeri atau negara dalam keadaan berpuashati dengan kenyataan berserta keyakinan bahawasaNya jodoh,pertemuan,ajal,maut,rezeki DLL adalah ketentuan AllAh sWt bukan dari makhluk AllAh atau hamba AllAh swt semata. Haram a) Menceraikan isteri ketika sedang haid atau nifas b) Ketika keadaan suci yang telah disetubuhi c) Ketika suami sedang sakit yang bertujuan menghalang isterinya daripada menuntut harta pusakanya d) Menceraikan isterinya dengan talak tiga sekali gus atau talak satu tetapi disebut berulang kali sehingga cukup tiga kali atau lebih Sunat a) Suami tidak mampu menanggung nafkah isterinya b) Isterinya tidak menjaga maruah dirinya Makruh Suami menjatuhkan talak kepada isterinya yang baik, berakhlak mulia dan mempunyai pengetahuan agama Harus Suami yang lemah keinginan nafsunya atau isterinya belum datang haid atau telah putus haidnya Rukun talak Perkara Syarat Suami Berakal Baligh Dengan kerelaan sendiri Isteri Akad nikah sah Belum diceraikan dengan talak tiga oleh suaminya Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan penceraiannya Dengan sengaja dan bukan paksaaan Contoh lafaz talak Talak sarih Lafaz yang jelas dengan bahasa yang berterus-terang seperti “Saya talak awak” atau “Saya ceraikan awak” atau “Saya lepaskan awak daripada menjadi isteri saya” dan sebagainya. Talak kinayah Lafaz yang digunakan secara sindiran oleh suami seperti “Pergilah awak ke rumah mak awak” atau “Pergilah awak dari sini” atau “Saya benci melihat muka awak” dan sebagainya. Namun, lafaz kinayah memerlukan niat suaminya iaitu jika berniat talak, maka jatuhlah talak tetapi jika tidak berniat talak, maka tidak berlaku talak. Jenis talak Talak raj’i Suami melafazkan talak satu atau talak dua kepada isterinya. Suami boleh merujuk kembali isterinya ketika masih dalam idah. Jika tempoh idah telah tamat, maka suami tidak dibenarkan merujuk melainkan dengan akad nikah baru. Talak bain Suami melafazkan talak tiga atau melafazkan talak yang ketiga kepada isterinya. Isterinya tidak boleh dirujuk kembali. Si suami hanya boleh merujuk setelah isterinya berkahwin lelaki lain, suami barunya menyetubuhinya, setelah diceraikan suami barunya dan telah habis idah dengan suami barunya. Talak sunni Suami melafazkan talak kepada isterinya yang masih suci dan tidak disetubuhinya ketika dalam tempoh suci Talak bid’i Suami melafazkan talak kepada isterinya ketika dalam haid atau ketika suci yang disetubuhinya. Talak taklik Talak taklik ialah suami menceraikan isterinya bersyarat dengan sesuatu sebab atau syarat. Apabila syarat atau sebab itu dilakukan atau berlaku, maka terjadilah penceraian atau talak. Contohnya suami berkata kepada isteri, “Jika awak keluar rumah tanpa izin saya, maka jatuhlah talak satu.” Apabila isterinya keluar dari rumah tanpa izin suaminya, maka jatuhlah talak satu secara automatik. Ia juga boleh berlaku selepas akad nikah (ia dipraktikkan di Malaysia dan wajib oleh semua pengantin lelaki untuk melafaznya), berkata, “Jika saya menyeksa isteri saya dengan sengaja, atau saya meninggalkan isteri saya selama empat bulan berterusan dengan sengaja tanpa kerelaannya, dan jika ia mengadu kepada kadi atau naib kadi, apabila disabitkan oleh kadi atau naib kadi maka jatuhlah talak satu ke atas isteri saya.” Menurut Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah-Wilayah Persekutuan) 1984 Malaysia,
Cerai taklik (seksyen 50) Taklik adalah perjanjian yang ditandatangani semasa pernikahan. Ia membenarkan siisteri memohon perceraian sekiranya sisuami melanggar mana-mana syarat yang terdapat dalam taklik tersebut, misalnya, jika dia tidak membayar nafkah, atau sisuami menyebabkan kemudaratan dengan mencederakan isteri. Mahkamah akan membuat siasatan akan kesahihan kenyataan dan sekiranya berpuas hati mahkamah akan mengesahkan dan merekodkan perceraian tersebut. Bukti seperti laporan polis dan laporan hospital boleh membantu dalam hal ini Contoh taklik berlaku dengan cara, “Jika saya menyeksa isteri saya dengan sengaja, atau saya meninggalkannya selama empat bulan berterusan tanpa kerelaannya, dan jika ia mengadu kepada kadi atau naib kadi serta membayar RM 1.00 sebagai tebus talak, apabila disabitkan oleh kadi atau naib kadi maka jatuhlah talak satu ke atas isteri saya dengan nilai tebus talak tersebut.” Fasakh Erti fasakh menurut bahasa ialah rosak atau putus. Manakala menurut syarak pula, pembatalan nikah disebabkan oleh sesuatu sifat yang dibenarkan syarak, misalnya, perkahwinan suami isteri yang difasakhkan oleh kadi disebabkan oleh suaminya tidak mempu memberi nafkah kepada isterinya. Fasakh tidak boleh mengurangkan bilangan talaknya. Fasakh hanya boleh dituntut oleh isteri sekiranya terdapat beberapa sebab atau kecacatan yang terdapat pada pihak suaminya. Mengikut mazhab Shafie, seorang isteri boleh menuntut fasakh melalui kadi atau mahkamah disebabkan oleh kekurangan suaminya seperti gila (berkekalan atau sekejab); penyakit kusta; penyakit sopak; penyakit yang menghalang mereka daripada melakukan persetubuhan; suami tidak mampu memberi nafkah belanja kepada isterinya seperti makan dan minum serta tempat tinggal, pakaian, memberi mahar dengan cara tunai sebelum bersetubuh kerana kepapaan atau muflis atau sebagainya; suami tidak bertanggungjawab dengan meninggalkan isterinya terlalu lama dan tidak memberi khabar berita; suami yang menzalimi dan memudaratkan isterinya; suami yang fasik serta melakukan maksiat terhadap Allah dan tidak menunaikan kewajipan kepada Allah; dan murtad salah seorang (suami atau isteri). Cara melakukan fasakh Jika suami atau isteri mempunyai sebab yang megharuskan fasakh Membuat aduan kepada pihak kadi supaya membatalkan perkahwinan mereka Jika dapat dibuktikan pengaduan yang diberikan adalah betul, pihak kadi boleh mengambil tindakan membatalkannya Pembatalan perkahwinan dengan cara fasakh tidak boleh dirujuk kembali melainkan dengan akad nikah yang baru. DI Malaysia, ia jatuh di bawah Akta Undang-Undang Keluarga Islam (Wilayah-Wilayah Persekutuan) 1984. Cerai fasakh (seksyen 52) Cerai fasakh adalah cara membubarkan perkahwinan berdasarkan sebab-sebab tertentu. Menurut seksyen 52 (1), terdapat 12 sebab membolehkan membuat permohonan fasakh. Antara sebabnya ialah :- tempat suami berada tidak diketahui selama lebih daripada satu tahun; suami tidak mengadakan peruntukan bagi nafkah selama tiga bulan; suami dihukum penjara selama tiga tahun atau lebih; suami tidak menunaikan kewajipan perkahwinannya (nafkah batin) tanpa sebab yang munasabah selama tempoh satu tahun. suami mati pucuk masa berkahwin hingga sekarang dan ini tidak diketahui puan; suami telah gila selama dua tahun atau sedang mengidap penyakit kusta, vitiligo atau penyakit kelamin yang boleh berjangkit; jika perempuan dikahwinkan oleh wali mujbir perempuan sebelum baligh, perempuan masih belum disetubuhi suami dan masih belum mencapai umur 18 tahun, kini menolak perkahwinan itu. Bagaimanapun permohonan cerai fasakh tertakluk oleh mahkamah dan mahkamah berhak menolak sekiranya mendapati bahawa kesahihan alasan tersebut tidak terbukti. Khuluk atau tebus talak Perpisahan antara suami dan isteri melalui tebus talak sama ada dengan menggunakan lafaz talak atau khuluk. Pihak isteri boleh melepaskan dirinya daripada ikatan perkahwinan mereka jika ia tidak berpuas hati atau lain-lain sebab. Pihak isteri hendaklah membayar sejumlah wang atau harta yang dipersetujui bersama dengan suaminya, maka suaminya hendaklah menceraikan isterinya dngan jumlah atau harta yang ditentukan. Hukum khuluk adalah berdasarkan surah al-Baqarah ayat 229 : “Tidak halal bagi kamu mengambil apa-apa yang telah kamu berikan kepada mereka suatu jua pun, kecuali jika takut kedua-duanya tidak akan mengikut peraturan Allah s.w.t.. Jika kamu takut bahawa tidak akan mengikut peraturan Allah maka tiadalah berdosa kedua-duanya tentang barang yang jadi tebus oleh perempuan.” Ia biasanya dilakukan di depan hakim mahkamah syariah. Talak boleh jatuh dengan menyebut “Saya menceraikan kamu dengan bayaran RM 10,000,” dan isterinya menjawab, “Saya menerimanya.” Apabila suami melafazkan demikian, dan isterinya menyahut tawaran itu, dengan serta-merta jatuhlah talak dengan khuluk dan isterinya wajiblah beridah. Suami isteri hanya boleh merujuk dengan akad nikah baru sahaja.[1] Tujuan khuluk Memelihara hak wanita Menolak bahaya kemudaratan yang menimpanya Memberi keadilan kepada wanita yang cukup umurnya melalui keputusan mahkamah. Rujuk Menurut bahasa rujuk boleh didefinisikan sebagai kembali. Manakala menurut syarak, ia membawa maksud suami kembali semula kepada isterinya yang diceraikan dengan ikatan pernikahan asal (dalam masa idah) dengan lafaz rujuk. Hukum rujuk Hukum Penjelasan Wajib Bagi suami yang menceraikan isterinya yang belum menyempurnakan gilirannya dari isteri-isterinya yang lain Haram Suami merujuk isterinya dengan tujuan untuk menyakiti atau memudaratkan isterinya itu Makruh Apabila penceraian lebih baik antara suami dan isteri Harus Sekirannya rujuk boleh membawa kebaikan bersama Rukun rujuk Perkara Syarat Suami Berakal Baligh Dengan kerelaan sendiri Isteri Telah disetubuhi Berkeadaan talak raj’i Bukan dengan talak tiga Bukan cerai secara khuluk Masih dalam idah Lafaz Ucapan yang jelas menyatakan rujuk Tiada disyaratkan dengan khiar atau pilihan Disegerakan tanpa dikaitkan dengan taklik atau bersyarat Dengan sengaja dan bukan paksaan Contoh lafaz rujuk Lafaz sarih Lafaz terang dan jelas menunjukkan rujuk. Contoh : “Saya rujuk awak kembali” atau “Saya kembali semula awak sebagai isteri saya.” Lafaz kinayah Lafaz kiasan atau sindiran. Contoh : “Saya jadikan awak milik saya semula” atau “Saya pegang awak semula”. Lafaz kinayah perlu dengan niat suami untuk merujuk kerana jika dengan niat rujuk, maka jadilah rujuk. Namun jika tiada niat rujuk, maka tidak sahlah rujuknya. Rujukan