TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
- JILIK-5 SURAH YASIN AYAT 13-17
- Tafsir/makna surat yasin ayat 13,14,15,16,dan 17 tentang penolakan terhadap pendakwah'Pelajaran lain yang bisa diambil dari ayat di atas:
- 1. Baiknya memberikan perumpamaan ketika memberikan penjelasan. Dalam ayat yang dibahas dijelaskan bahwa kalau Nabi Muhammad ditolak dakwahnya, maka itu juga terjadi untuk rasul atau utusan yang lain.
- 2. Orang kafir sama miripnya dilihat dari zaman dan tempat, sama-sama sulit menerima kebenaran.
- 3. Orang kafir telah diberikan peringatan dan penjelasan. Jika menolak, mereka akan mendapatkan siksa. (Aysar At-Tafasir, hlm. 1068)
- Aysar At-Tafasir li Kalam Al-‘Aliyyi Al-Kabir. Cetakan pertama, tahun 1419 H. Syaikh Abu Bakr Jabir Al-Jazairi. Penerbit Maktabah Adhwa’ Al-Manar.
- Hasyiyah Kitab At-Tauhid. Cetakan keenam, tahun 1432 H. Syaikh ‘Abdur Rahman bin Muhammad bin Qasim Al-Hambali An-Najdi.
- Tafsir Al-Qur’an Al-Karim. Cetakan pertama, tahun 1431 H. Ibnu Katsir. Penerbit Dar Ibnul Jauzi.Tafsir As-Sa’di (Taisir Al-Karim Ar-Rahman). Cetakan kedua, tahun 1433 H. Syaikh ‘Abdurrahman bin Nashir As-Sa’di. Penerbit Muassasah Ar-Risalah.Taisir Al-‘Aziz Al-Hamid fi Syarh Kitab At-Tauhid. Cetakan kedua, tahun 1429 H. Syaikh Sulaiman bin ‘Abdullah bin Muhammad bin ‘Abdul Wahhab. Penerbit Dar Ash-Shami’iy.
- 13 waDrib lahum mathaLan aSHaabal qaryah idh jaaa-ahal mursaluuna14 idh arsalnaaa ilayhimuth nayni fakadhdhabuuhumaa fa'Azzaznaa bithaalithin faqaaluuu innaaa ilaykum mursaluuna15 qaaluu maaa antum illaa basharum mithlunaa wa maaa anzalar raHmaanu min shay'in in antum illaa takdhibuuna16 qaaluu rabbunaa ya'Ålamu innaaa ilaykum lamursaluuna17 wa maa 'Alaynaaa illal baLaagul mubiyn
- {وَاضْرِبْ لَهُمْ مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ (13) إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ فَقَالُوا إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ (14) قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ (15) قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ (16) وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ (17) }
- Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata, "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu.” Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas.Allah Swt. berfirman, memerintahkan kepada Nabi-Nya agar membuat suatu perumpaman terhadap kaumnya yang telah mendustakannya.
- {مَثَلا أَصْحَابَ الْقَرْيَةِ إِذْ جَاءَهَا الْمُرْسَلُونَ}
- suatu perumpamaan yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka. (Yasin: 13)
- Ibnu Ishaq telah mengatakan berdasarkan berita yang sampai kepadanya dari Ibnu Abbas r.a., Ka'bul Ahbar, dan Wahb ibnu Munabbih, bahwa negeri yang dimaksud adalah Intakiyah, yang diperintah oleh seorang raja yang bernama Antikhas. Ia adalah seorang penyembah berhala, maka Allah mengutus kepadanya tiga orang rasul. Ketiga orang rasul itu bernama Sadiq, Saduq, dan Syalum; tetapi raja itu mendustakan mereka.
- Hal yang sama telah diriwayatkan dari Buraidah ibnul Khasib, Ikrimah, Qatadah, dan Az-Zuhri, bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah. Akan tetapi, ada sebagian para imam yang merasa ragu bahwa negeri tersebut adalah Intakiyah karena alasan yang akan kami sebutkan kemudian sesudah kisah ini selesai, insya Allah.
- *********
- Firman Allah Swt.:
- {إِذْ أَرْسَلْنَا إِلَيْهِمُ اثْنَيْنِ فَكَذَّبُوهُمَا}
- (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakannya. (Yasin: 14)
- Maksudnya, dengan spontan mereka mendustakan kedua rasul itu.
- {فَعَزَّزْنَا بِثَالِثٍ}
- kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga. (Yasin: 14)
- Yakni Kami perkuat keduanya dengan rasul yang ketiga.
- Ibnu Juraij telah meriwayatkan dari Wahb ibnu Sulaiman, dari Syu'aib Al-Jiba'i yang mengatakan bahwa nama kedua rasul yang pertama itu adalah Syam'un dan Yuhana, sedangkan nama rasul yang ketiga ialah Baulus, dan nama negerinya adalah Intakiyah.
- {فَقَالُوا}
- maka ketiga utusan itu berkata. (Yasin: 14)Yaitu kepada penduduk negeri tersebut.{إِنَّا إِلَيْكُمْ مُرْسَلُونَ}Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu (Yasin: 14)Yakni dari Tuhan kalian yang telah menciptakan kalian. Dia memerintahkan kepada kalian agar menyembah Dia semata, tiada sekutu bagi-Nya. Demikianlah menurut Abul Aliyah. Tetapi Qatadah ibnu Di'amah menduga bahwa ketiganya adalah utusan-utusan Al-Masih a.s. kepada penduduk negeri Intakiyah.{قَالُوا مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا}Mereka menjawab, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami. (Yasin: 15)Maksudnya, mana mungkin kalian diberi wahyu, sedangkan kalian adalah manusia seperti kami juga, dan kami tidak mendapat wahyu seperti kalian. Seandainya kalian benar-benar utusan, tentulah kalian adalah jenis malaikat. Dan memang inilah keraguan yang berada di benak kebanyakan umat yang mendustakan para rasul, sebagaimana yang disebutkan oleh Allah Swt. dalam firman-Nya yang menceritakan ucapan mereka:{ذَلِكَ بِأَنَّهُ كَانَتْ تَأْتِيهِمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ فَقَالُوا أَبَشَرٌ يَهْدُونَنَا}Yang demikian itu adalah karena sesungguhnya telah datang kepada mereka rasul-rasul mereka (membawa) keterangan-keterangan lalu mereka berkata, "Apakah manusia yang akan memberi petunjuk kepada kami?” (At-Tagabun: 6)Yakni mereka merasa heran dan tidak percaya bila rasul berasal dari jenis manusia. Disebutkan pula oleh firman-Nya:{قَالُوا إِنْ أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا تُرِيدُونَ أَنْ تَصُدُّونَا عَمَّا كَانَ يَعْبُدُ آبَاؤُنَا فَأْتُونَا بِسُلْطَانٍ مُبِينٍ}Mereka berkata, "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami juga. Kamu menghendaki untuk menghalang-halangi (membelokkan) kami dari apa yang selalu disembah nenek moyang kami, Karena itu, datangkanlah kepada kami bukti yang nyata.” (Ibrahim: 10)Dan firman Allah Swt. lainnya yang menceritakan perkataan mereka:{وَلَئِنْ أَطَعْتُمْ بَشَرًا مِثْلَكُمْ إِنَّكُمْ إِذًا لَخَاسِرُونَ}Dan sesungguhnya jika kamu sekalian menaati manusia yang seperti kamu, niscaya bila demikian kamu benar-benar (menjadi) orang-orang yang merugi. (Al-Mu-minun: 34){وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى إِلا أَنْ قَالُوا أَبَعَثَ اللَّهُ بَشَرًا رَسُولا}Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka, "Adakah Allah mengutus seorang manusia menjadi rasul?" (Al-Isra: 94)Karena itulah dalam surat ini disebutkan oleh firman-Nya:{مَا أَنْتُمْ إِلا بَشَرٌ مِثْلُنَا وَمَا أَنزلَ الرَّحْمَنُ مِنْ شَيْءٍ إِنْ أَنْتُمْ إِلا تَكْذِبُونَ * قَالُوا رَبُّنَا يَعْلَمُ إِنَّا إِلَيْكُمْ لَمُرْسَلُونَ}Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka.” Mereka berkata, "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu." (Yasin: 15-16)Yakni ketiga orang rasul mereka menjawab, "Namun Allah mengetahui bahwa kami adalah rasuI-rasul-Nya yang diutus kepada kalian. Dan seandainya kami dusta terhadap-Nya, tentulah Dia akan menghukum kami dengan siksaan yang keras. Akan tetapi, Dia pasti akan memenangkan kami dan menolong kami dalam menghadapi kalian, dan kalian akan mengetahui bagi siapakah kesudahan yang baik itu." Ayat ini semakna dengan apa yang disebutkan oleh firman-Nya:{قُلْ كَفَى بِاللَّهِ بَيْنِي وَبَيْنَكُمْ شَهِيدًا يَعْلَمُ مَا فِي السَّمَوَاتِ وَالأرْضِ وَالَّذِينَ آمَنُوا بِالْبَاطِلِ وَكَفَرُوا بِاللَّهِ أُولَئِكَ هُمُ الْخَاسِرُونَ}Katakanlah, "Cukuplah Allah menjadi saksi antaraku dan antaramu. Dia mengetahui apa yang di langit dan di bumi. Dan orang-orang yang percaya kepada yang batil dan ingkar kepada Allah, mereka itulah orang-orang yang merugi.” (Al-'Ankabut: 52)********Adapun firman Allah Swt.:{وَمَا عَلَيْنَا إِلا الْبَلاغُ الْمُبِينُ}Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas. (Yasin: 17)Mereka (para utusan itu) mengatakan, "Sesungguhnya tugas kami hanyalah menyampaikan risalah yang diamanatkan kepada kami untuk kalian. Apabila kalian menaatinya, maka bagi kalian kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Dan jika kalian tidak memperkenankannya, maka kelak kalian akan mengetahui akibat dari penolakan kalian itu; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui."
- Dalam shirah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dijelaskan bahwa paman Nabi biasa melindungi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dari gangguan kaumnya. Perlindungan yang diberikan ini tidak ada yang menandinginya. Oleh karenanya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengharapkan hidayah itu datang pada pamannya. Saat menjeleng wafatnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjenguk pamannya tersebut dan ingin menawarkan pamannya masuk Islam. Beliau ingin agar pamannya bisa menutupi hidupnya dengan kalimat “laa ilaha illallah” karena kalimat inilah yang akan membuka pintu kebahagiaan di akhirat. Berikut kisah yang disebutkan dalam hadits.Dari Ibnul Musayyib, dari ayahnya, ia berkata, “Ketika menjelang Abu Thalib (paman Nabi meninggal dunia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menemuinya. Ketika itu di sisi Abu Thalib terdapat ‘Abdullah bin Abu Umayyah dan Abu Jahl. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengatakan pada pamannya ketika itu,أَىْ عَمِّ ، قُلْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ . كَلِمَةً أُحَاجُّ لَكَ بِهَا عِنْدَ اللَّهِWahai pamanku, katakanlah ‘laa ilaha illalah’ yaitu kalimat yang aku nanti bisa beralasan di hadapan Allah (kelak).”Abu Jahl dan ‘Abdullah bin Abu Umayyah berkata,يَا أَبَا طَالِبٍ ، تَرْغَبُ عَنْ مِلَّةِ عَبْدِ الْمُطَّلِبِWahai Abu Thalib, apakah engkau tidak suka pada agamanya Abdul Muthallib?” Mereka berdua temengucapkan seperti itu, namun kalimat terakhir yang diucapkan Abu Thalib adalah ia berada di atas ajaran Abdul Mutthalib.Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian mengatakan,لأَسْتَغْفِرَنَّ لَكَ مَا لَمْ أُنْهَ عَنْهُ“Sungguh aku akan memohonkan ampun bagimu wahai pamanku, selama aku tidak dilarang oleh Allah”Kemudian turunlah ayatمَا كَانَ لِلنَّبِيِّ وَالَّذِينَ آَمَنُوا أَنْ يَسْتَغْفِرُوا لِلْمُشْرِكِينَ وَلَوْ كَانُوا أُولِي قُرْبَى مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمْ أَنَّهُمْ أَصْحَابُ الْجَحِيمِTidak pantas bagi seorang Nabi dan bagi orang-orang yang beriman, mereka memintakan ampun bagi orang-orang yang musyrik, meskipun mereka memiliki hubungan kekerabatan, setelah jelas bagi mereka, bahwa orang-orang musyrik itu adalah penghuni neraka Jahanam” (QS. At-Taubah: 113)Allah Ta’ala pun menurunkan ayat,إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (ilham dan taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai” (QS. Al-Qasshash: 56) (HR. Bukhari no. 3884)Dari pembahasan hadits di atas dapat disimpulkan hidayah itu ada dua macam Hidayah irsyad wa dalalah, maksudnya adalah hidayah berupa memberi petunjuk pada orang lain. Hidayah taufik, maksudnya adalah hidayah untuk membuat seseorang itu taat pada Allah.Hidayah pertama, bisa disematkan pada manusia. Contohnya pada firman Allah,وَإِنَّكَ لَتَهْدِي إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ“Dan sesungguhnya kamu benar- benar memberi petunjuk kepada jalan yang lurus.” (QS. Asy-Syura: 52). Memberi petunjuk yang dimaksud di sini adalah memberi petunjuk berupa penjelasan. Ini bisa dilakukan oleh Nabi dan yang lainnya.Namun untuk hidayah kedua, yaitu hidayah supaya bisa beramal dan taat tidak dimiliki kecuali hanya Allah saja. Seperti dalam firman Allah Ta’ala,إِنَّكَ لَا تَهْدِي مَنْ أَحْبَبْتَ“Sesungguhnya engkau (Muhammad) tidak bisa memberikan hidayah (ilham dan taufiq) kepada orang-orang yang engkau cintai” (QS. Al-Qasshash: 56)لَيْسَ عَلَيْكَ هُدَاهُمْ وَلَكِنَّ اللَّهَ يَهْدِي مَنْ يَشَاءُ“Bukanlah kewajibanmu menjadikan mereka mendapat petunjuk, akan tetapi Allah-lah yang memberi petunjuk (memberi taufiq) siapa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 272) (Lihat bahasan Taisir Al-‘Aziz Al-Hamid, 1: 618 dan Hasyiyah Kitab At-Tauhid, hlm. 141)Hanya Allah yang memberi taufik dan hidayah.