TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
QALAM AYAT 4.,
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM'
4. wa-innaka la’alaa khuluqin ‘azhiimin 4- ( وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ )
Qaaluu subhaana rabbinaa innaa kunnaa dhaalimiin
(“Mereka mengucapkan: ‘Mahasuci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dhalim.’”) mereka datang dengan membawa ketaatan pada saat dimana ketaatan itu sudah tidak bermanfaat lagi, mereka juga menyesal serta mengakui kesesatan mereka, saat semua itu tidak berguna lagi. ayat ini allah sawt meceritakan tentang umat yang terdahulu sebelum utusan allah akhir zaman diutuskan ,.
sebagai mana kita ketahui bahawa setiap umat nabi nabi terdahulu allah sawt menurunkan azab yang mana berupa bala pertaka dan kemelaratan dan siksaan keatas sesuatu kaum atau bangsa yang mana diutuskan nabi dan rasul keatas mereka ,.dalam ayat ini allah sawt inggin mengajar umat nabi muhamat saw agar bersyukur kerna setelah kelahiran baginda arsulullah saw maka ketika mana berusia 25tahun sebelum di angkat menjadi nabi telah allah bersumpah demi utusan hambanya akhir zaman telah allah menutup segala alam ghiab dan menurunkan bala berupa azab seksaan atau berupa kesengsaraan di atas muka bumi ini , namun keatas umat nabi muhamad saw ada nya timbagan neraca keadilan di akirat kelak ,.,. sebagai mana pandagan ulamak tafsir di bawah tentang ayat yang mana berupa peringgatan keatas umat nabi muhamad saw yang mana tiada lagi hukuman atau bala petaka berupa seksaan keatas umat baginda saw,.,.
Umat Muhammad tidak dihukum balasan bencana MUNGKINKAH Allah bertindak seperti manusia yang tidak waras sanggup membakar kelambu kerana marahkan nyamuk? Sudah tentu tidak mungkin Allah bertindak seperti manusia tidak waras itu. Ini kerana Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil. Ia tidak mungkin mengambil sikap memusnahkan kampung, bandar, negeri dan negara kerana marah dan murka disebabkan ada para penghuninya melakukan perkara-perkara yang dianggap dosa besar seperti berzina, meliwat, membunuh, mencuri, minum arak dan sebagainya? “Allah tidak akan menyiksa mereka selama kamu ada di tengah mereka. Dan Allah tidak akan menghukum mereka, sementara mereka memohon ampun.” (QS. al-Anfal: 33).
Ayat ini berbicara tentang tantangan orang musyrikin quraisy, diantaranya Abu Jahal yang mengharap datangnya siksa jika memang mereka terbukti bersalah. Mereka menantang dengan sombong: وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ “Ingatlah, ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. al-Anfal: 32) Anda bisa perhatikan, orang musyrik sejahat itu, Allah tunda hukumannya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di tengah mereka. Sehingga beliau menjadi sebab, Allah tidak menurunkan adzab. Itulah sebab pertama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, dari Sa’d ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia datang kepada Aisyah Ummul Muminin, lalu menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an, tidakkah kamu telah membaca firman-Nya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur’.”
Kemudian, Imam Ahmad mengatakan, dari Aisyah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah. Sebagian ulama salaf menyebutkan bahwa orang-orang itu berasal dari penduduk Yaman. Sa’id bin Jubair mengatakan: “Mereka itu berasal dari satu desa bernama Dharwan, yang berjarak enam mil dari Shan’a.” Dan ada juga yang berpendapat bahwa mereka itu berasal dari penduduk Habasyah, dimana orang tua mereka mewariskan kebun tersebut, dan mereka ini berasal dari kalangan Ahlul Kitab. Ayah mereka memiliki sejarah hidup yang cukup baik. Apa yang diperoleh dari hasil kebun itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dan dia menyiapkan makanan bagi keluarganya untuk kebutuhan satu tahun dan menyedekahkan sisanya. Setelah meninggal dunia, ayah mereka meninggalkan warisan untuk anak-anaknya. Mereka berkata: “Ayah kami seorang yang bodoh, dimana dia menyerahkan sebagian dari kekayaannya itu kepada orang-orang miskin. Seandainya saja kita melarang mereka, niscaya hal itu akan melimpah ruah menjadi milik kita.” Dan ketika mereka bermaksud melakukan hal tersebut mereka dihukum dengan pembatalan tujuan mereka, dimana Allah melenyapkan semua yang ada pada mereka, yaitu harta pokok, keuntungan, dan sedekah. Dan tidak ada sedikitpun yang tersisa bagi mereka. Firman Allah: kadzaalikal ‘adzaab (“Seperti itulah adzab.”) maksudnya demikian itulah adzab yang ditimpakan kepada orang yang menentang perintah Allah dan kikir terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya serta menghalangi hak orang miskin, fakir, dan orang-orang yang membutuhkan, juga membalas nikmat Allah dengan kekufuran. Wa la’adzaabul aakhirati akbaru lau kaanuu ya’lamuun (“Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.”) maksudnya demikianlah hukuman dunia seperti yang kalian dengar, dan adzab akhirat itu lebih besar.
QALAM AYAT 4.,
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM'
4. wa-innaka la’alaa khuluqin ‘azhiimin 4- ( وَإِنَّكَ لَعَلَىٰ خُلُقٍ عَظِيمٍ )
Qaaluu subhaana rabbinaa innaa kunnaa dhaalimiin
(“Mereka mengucapkan: ‘Mahasuci Rabb kami, sesungguhnya kami adalah orang-orang yang dhalim.’”) mereka datang dengan membawa ketaatan pada saat dimana ketaatan itu sudah tidak bermanfaat lagi, mereka juga menyesal serta mengakui kesesatan mereka, saat semua itu tidak berguna lagi. ayat ini allah sawt meceritakan tentang umat yang terdahulu sebelum utusan allah akhir zaman diutuskan ,.
sebagai mana kita ketahui bahawa setiap umat nabi nabi terdahulu allah sawt menurunkan azab yang mana berupa bala pertaka dan kemelaratan dan siksaan keatas sesuatu kaum atau bangsa yang mana diutuskan nabi dan rasul keatas mereka ,.dalam ayat ini allah sawt inggin mengajar umat nabi muhamat saw agar bersyukur kerna setelah kelahiran baginda arsulullah saw maka ketika mana berusia 25tahun sebelum di angkat menjadi nabi telah allah bersumpah demi utusan hambanya akhir zaman telah allah menutup segala alam ghiab dan menurunkan bala berupa azab seksaan atau berupa kesengsaraan di atas muka bumi ini , namun keatas umat nabi muhamad saw ada nya timbagan neraca keadilan di akirat kelak ,.,. sebagai mana pandagan ulamak tafsir di bawah tentang ayat yang mana berupa peringgatan keatas umat nabi muhamad saw yang mana tiada lagi hukuman atau bala petaka berupa seksaan keatas umat baginda saw,.,.
Umat Muhammad tidak dihukum balasan bencana MUNGKINKAH Allah bertindak seperti manusia yang tidak waras sanggup membakar kelambu kerana marahkan nyamuk? Sudah tentu tidak mungkin Allah bertindak seperti manusia tidak waras itu. Ini kerana Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Adil. Ia tidak mungkin mengambil sikap memusnahkan kampung, bandar, negeri dan negara kerana marah dan murka disebabkan ada para penghuninya melakukan perkara-perkara yang dianggap dosa besar seperti berzina, meliwat, membunuh, mencuri, minum arak dan sebagainya? “Allah tidak akan menyiksa mereka selama kamu ada di tengah mereka. Dan Allah tidak akan menghukum mereka, sementara mereka memohon ampun.” (QS. al-Anfal: 33).
Ayat ini berbicara tentang tantangan orang musyrikin quraisy, diantaranya Abu Jahal yang mengharap datangnya siksa jika memang mereka terbukti bersalah. Mereka menantang dengan sombong: وَإِذْ قَالُوا اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ هَذَا هُوَ الْحَقَّ مِنْ عِنْدِكَ فَأَمْطِرْ عَلَيْنَا حِجَارَةً مِنَ السَّمَاءِ أَوِ ائْتِنَا بِعَذَابٍ أَلِيمٍ “Ingatlah, ketika mereka (orang-orang musyrik) berkata: “Ya Allah, jika betul (Al Quran) ini, dialah yang benar dari sisi Engkau, maka hujanilah kami dengan batu dari langit, atau datangkanlah kepada kami azab yang pedih.” (QS. al-Anfal: 32) Anda bisa perhatikan, orang musyrik sejahat itu, Allah tunda hukumannya, karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam ada di tengah mereka. Sehingga beliau menjadi sebab, Allah tidak menurunkan adzab. Itulah sebab pertama. Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ubaid ibnu Adam ibnu Abu Iyas, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Ibnul Mubarak ibnu Fudalah, dari Al-Hasan, dari Sa’d ibnu Hisyam yang mengatakan bahwa ia datang kepada Aisyah Ummul Muminin, lalu menanyakan kepadanya tentang akhlak Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Maka ia menjawab, “Akhlak beliau adalah Al-Qur’an, tidakkah kamu telah membaca firman-Nya: ‘Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang luhur’.”
Kemudian, Imam Ahmad mengatakan, dari Aisyah yang telah mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam sama sekali belum pernah memukulkan tangannya kepada seorang pun dari pelayannya, dan belum pernah memukul seorang pun dari istri (beliau), dan belum pernah memukulkan tangannya kepada sesuatu pun kecuali bila dalam berjihad di jalan Allah. Sebagian ulama salaf menyebutkan bahwa orang-orang itu berasal dari penduduk Yaman. Sa’id bin Jubair mengatakan: “Mereka itu berasal dari satu desa bernama Dharwan, yang berjarak enam mil dari Shan’a.” Dan ada juga yang berpendapat bahwa mereka itu berasal dari penduduk Habasyah, dimana orang tua mereka mewariskan kebun tersebut, dan mereka ini berasal dari kalangan Ahlul Kitab. Ayah mereka memiliki sejarah hidup yang cukup baik. Apa yang diperoleh dari hasil kebun itu digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Dan dia menyiapkan makanan bagi keluarganya untuk kebutuhan satu tahun dan menyedekahkan sisanya. Setelah meninggal dunia, ayah mereka meninggalkan warisan untuk anak-anaknya. Mereka berkata: “Ayah kami seorang yang bodoh, dimana dia menyerahkan sebagian dari kekayaannya itu kepada orang-orang miskin. Seandainya saja kita melarang mereka, niscaya hal itu akan melimpah ruah menjadi milik kita.” Dan ketika mereka bermaksud melakukan hal tersebut mereka dihukum dengan pembatalan tujuan mereka, dimana Allah melenyapkan semua yang ada pada mereka, yaitu harta pokok, keuntungan, dan sedekah. Dan tidak ada sedikitpun yang tersisa bagi mereka. Firman Allah: kadzaalikal ‘adzaab (“Seperti itulah adzab.”) maksudnya demikian itulah adzab yang ditimpakan kepada orang yang menentang perintah Allah dan kikir terhadap apa yang telah dikaruniakan Allah kepadanya serta menghalangi hak orang miskin, fakir, dan orang-orang yang membutuhkan, juga membalas nikmat Allah dengan kekufuran. Wa la’adzaabul aakhirati akbaru lau kaanuu ya’lamuun (“Dan sesungguhnya adzab akhirat lebih besar jika mereka mengetahui.”) maksudnya demikianlah hukuman dunia seperti yang kalian dengar, dan adzab akhirat itu lebih besar.