Khamis, 15 Mac 2018

AYAT 103

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK SURAT ALI-IMRAN 200AYAT JUZ4 ALI-IMRAN:103 KESATUAN MEMEGANG TALI ALLAH

 وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا وَاذْكُرُوا نِعْمَةَ اللَّهِ عَلَيْكُمْ إِذْ كُنْتُمْ أَعْدَاءً فَأَلَّفَ بَيْنَ قُلُوبِكُمْ فَأَصْبَحْتُمْ بِنِعْمَتِهِ إِخْوَانًا وَكُنْتُمْ عَلَى شَفَا حُفْرَةٍ مِنَ النَّارِ فَأَنْقَذَكُمْ مِنْهَا كَذَلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمْ آَيَاتِهِ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ

 Ayat 103 Wa'tasimu_ bi hablilla_hi jami'aw wa la_ tafarraqu_, wazkuru_ ni'matalla_hi'alaikum iz kuntum a'da_'an fa allafabaina qulu_bikum fa asbahtum bi ni'matihi ikhwa_na_(n), wa kuntum 'ala_ syafa_ hufratim minan na_ri fa anqazakum minha_, kaza_lika yubayyinulla_hu lakum a_ya_tihi la'allakum tahtadu_n(a).

 Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan ni`mat Allah kepadamu ketika kamu dahulu (masa Jahiliyah) bermusuh musuhan, maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu karena ni`mat Allah orang-orang yang bersaudara; dan kamu telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu daripadanya. Demikianlah Allah menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk.Qs.3:103 1.

 Ayat sebelumnya menyerukan agar setiap orang mu`min bertaqwa dengan sebenar-benarnya taqwa, serta jangan mati kecuali dalam keadaan muslim. Ayat selanjutnya memberikan bimbingan tentang cara menjadi mu`min sempurna antara lain berpegang pada tali Allah, menjalin persaudaraan, syukur ni’mat, membentuk umat yang terdiri dari berbagai satuan tugas. 2. Jika ayat 102 dikaji dari sudut langkah meraih kebahagiaan paripurna, maka ayat 103-104 merupakan rangkaian dari langkah iman, taqwa dan Islam. Tatkala Rasul SAW serta shahabatnya tiba di Madinah, kaum Aus dan Kahzraj merupakan kedua kelompok saling bermusuhan di jaman jahiliyah dapat disatukan menjadi bersaudara. Namun pada suatu saat ada perselisihan di anatar kedua kelompk itu hingga hamper terjadi tawuran. Ayat ini menyeru mereka agar tetap berpegang teguh pada tali Allah dengan persatuan, jangan terus bertengkar seperti jaman jahiliyah.[1] Ibnu al-Jauzi (508-597H) menerangkan bahwa بِحَبْلِ اللَّهِ memiliki beberapa pengertian antara lain: (1) kitab Allah, al-Qur`an sebagaimana diriwayat Syaqiq dari Ibn Mas’ud, yang disepekati Qatadah, al-Dlahak dan al-Suddi. (2) Jamaah semua muslimin sebagaimana dikemukakan oleh al-Sya’bi masih dari Ibn Mas’ud. (3) Agama Allah sebagaimana dikemukakan Ibn Abbas, Ibn Zaid yang menegaskan al-Islam, Muqatil, dan Ibn Qutaibah. (4) Janji dengan Allah, sebagaimana dikemukakan Mujahid, Atha. (5) al-Ikhlash, sebagaiman dikemukakan Abu al-Aliyah. (6) Perintah Allah dan kemestaian menaatinya, sebagaimana dikemuakan oleh Muqatil bin Hayan.[4] Menurut Abu al-S’ud, perkataan جَمِيْعًا berkedudukan sebagai keterangan keadaan yang diperintah oleh kalimat وَاعْتَصِمُوا, maka ma’nanya adalah مجتمعين في الاعتصام bersama-sama dalam berpegang teguh/ memegang teguh tali Allah secara berjamaah bersama-sama.[5] Istilah جَمِيْعًا bisa berma’na secara keseluruhan atau total berpedoman pada al-Qur`an, bisa juga berma’na semuanya atau bersama-sama. Rasul SAW bersabda:فَعَلَيْكَ بِالجَمَاعَةِ فَإنَّمَا يَأكُلُ الذِّئْبُ القَاصِيَة hendaklah kamu berjamaah. Sesunguhnya serigala itu memakan hewan yang memisahkan diri. Hr. Ibn Hibban.[6] عن أبي هريرة عن النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال مَنْ خَرَجَ مِنَ الطَّاعَةِ وَفَارَقَ الجَمَاعَةَ فَمَاتَ مَاتَ مِيتَةً جَاهِلِيَة

 Dari Abu Hurairah diriwayatkan dari Nabi SAW bersabda: Barangsiapa yang memisahkan diri dari taat dan dari jamaah maka mati seperti mati jahiliyah (Hr. Muslim ,)[7] Yang dimaskud dengan ke luar dari jamaah dalam hadits ini adalah murtad atau menjadi kafir. Berpegag pada jamaah berarti memegang teguh Islam secara bersama dalam kepemimpinan muslim. Rasul SAW bersabda: مَنْ رَأى مِنْ أمِيْرِهِ شَيْئًا يَكْرَهُهُ فَلْيَصْبِر فَإنه لَيْسَ أحَد يُفَاِرقُ الجَمَاعَة شِبْرا فَيَمُوتُ إلا مَاتَ مِيْتَةً جَاهِلِية Barangsiapa yang melihat pemimpin kurang disenangi bersabarlah. Sesungguhnya barangsiapa yang memisahkan diri dari jamaah satu jengkal kemudian mati, maka seperti mati jahiliyah. Hr. al-Bukhari, [8] عن النبي صلى الله عليه وسلم قال السَّمْع والطَّاعَة عَلى المَرْءِ المُسْلِمِ فِيْمَا أحَبَّ وَكَرِه مَا لَمْ يُؤْمَرْ بِمَعْصِيَةٍ فَإذا أُمِرَ بِمَعْصِيَةٍ فَلا سَمْعَ ولا طَاعَة Rasul SAW bersabda: Taat dan patuhmerupakan kewajiban seorang muslim, baik dalam keadaan senang maupun tidak, sepanjang tidak diperintah ma’shiat. Jika diperintah ma’siat, maka tidak ada ketaatan dan kepatuhan baginya. Hr. al-Bukhari[9] Adapun pengertian jamaah adalah berpegang pada kebenaran. قال ابن مسعود: إن الجَمَاعَةَ مَا وَافَقَ طَاعَة الله Kata Ibn Mas’ud (w.32H) sesungguhnya jamaah itu adalah kesesuaian dengan taat pada Allah SWT. Al-Thabarani (w.360H)[10] Ketepatan jamaah tidak ditentukan oleh banyaknya anggota, tapi tepat atau tidaknya menjalankan ajaran al-Islam. Dalam riwayat lain Ibn Mas’ud menandaskan: الجَمَاعَة مَا وَافَقَ طَاعَةَ الله وَإنْ كُنْتَ وَحْدَك Jamah ialah kesesuaian dalam mentaati Allah SWT walau anda sendirian. Hibat Allah (w.418H)[11]. Berdasar definisi ini, jelaslah bahwa jamaah yang benar bukan ditentukan oleh jumlah anggotanya, tapi ditentukan oleh sesuai atau tidaknya dengan syari’ah. Orang yang menentang kebenaran berarti meninggalkan jamaah, walau berjumlah banyak. Orang yang tetap berada pada jalan yang benar berarti termasuk berjamaah, walau sendirian. عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ تَفَرَّقَتْ الْيَهُودُ عَلَى إِحْدَى وَسَبْعِينَ أَوْ اثْنَتَيْنِ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً وَالنَّصَارَى مِثْلَ ذَلِكَ وَتَفْتَرِقُ أُمَّتِي عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ فِرْقَةً Diriwayatkan dari Abi Hurairah bahwa rasul SAW bersabda: yahudi terpecah menjadi tujuh puluh satu golongan atau tjuh puluh dua golongan, nashrani pun demikian. Sedangkan umatku menjadi tujuh puluh tiga kelompok. Hr. Abu Dawud dan al-Turmudzi. Dalam hadits lain ditandaskan: تَفْتَرِقُ هَذِهِ الأمَّة عَلَى ثَلاَثِ وَسَبْعِيْنَ فِرْقَة كُلُّهُم فِي النَّار إلا وَاحِدة قَالُوا وَمَا تِلْكَ الفِرْقَة قال مَا اَنَا عَلَيْه اليَوْم وَأصْحَابِي Umatku ini terdiri atas tujuh puluh tiga firqah yang semuanya masuk neraka kecuali satu saja. Shabat bertanya siapakah yang selamat itu? Rasul bersabda: yang sesuai dengan aku hari ini dan para shabatku. Al-Thabrani (w.360),[12] dalam riwayat Ibn Umar: كُلُّهُم فِي النَار إِلاَّ مِلَّة وَاحِدَة قَالوا مَا هِي قَالَ مَا أَنَا عَلَيْه وأصْحَابِي Semua masuk neraka kecuali agama yang satu. Shabat bertanya yang mana? Rasul bersabda; Agama yang ku pegang atasnya dan para shahabatku.

Hr.Al-Turmudzi (w.279 H) [13] Dengan demikian yang dimaksud tujuh puluh tiga golongan bukan berupa organisasi atau jam’iyah, tapi kelompok berbeda agama. Umat saat ini, agamanya berbeda-beda, hanya satu yang masuk surga yaitu yang mengikuti Rasul SAW dan shahabatnya, yaitu yang berpedoman pada al-Qur`an dan al-Sunnah. Dengan kata lain, orang yang meninggalkan al-Qur`an, al-Sunnah dan tidak mengikuti shahabat Rasul berarti telah meninggalkan jamaah. Adapun perbedaan faham dalam masalah keagamaan tidak bisa disatukan, yang penting jangan sampai tafaruq. عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ أَنَّهُ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فِي سَفَرٍ صَلَّى سُبْحَةَ الضُّحَى ثَمَانِ رَكَعَاتٍ فَلَمَّا انْصَرَفَ قَالَ إِنِّي صَلَّيْتُ صَلاةَ رَغْبَةٍ وَرَهْبَةٍ سَأَلْتُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ ثَلاث فَأَعْطَانِي ثِنْتَيْنِ وَمَنَعَنِي وَاحِدَةً سَأَلْتُ أَنْ لاَ يَبْتَلِيَ أُمَّتِي بِالسِّنِينَ فَفَعَلَ وَسَأَلْتُ أَنْ لاَ يُظْهِرَ عَلَيْهِمْ عَدُوَّهُمْ فَفَعَلَ وَسَأَلْتُهُ أَنْ لاَ يَلْبِسَهُمْ شِيَعًا فَأَبَى عَلَيَّ Anas bin Malik menerangkan: Saya melihat rasul SAW pada sutau perjalanan melakukan shalat dluha delapan raaka’at. Tatkala selesai beliau bersabda: Sesungguhnya aku shalat dengan penuh harap dan cemas. Saya bermohon pada Tuhanku yang Maha Agung dengan tiga permohonan, tapi Ia hanya mengabulkan dua dan menolak satu. Aku mohon agar umatku jangan dilanda penderitaan oleh penyakit tua, Ia mengabulkannya. Aku mohon agar umatku tidak dikalahkan oleh musuhnya, Allah mengebulkan. Namun aku bermohon agar umatku berada pada satu pandangan tidak dilanda pengelompokan, Allah SWT menolaknya.

Hr. Ahmad (w.241H)dan al-Hakim [14] Hadits ini memberi isyarat bahwa perbedaan pendapat tidak akanm bisa dihilangkan. Adapun yang dilarang adalah tafarruq, bukan ikhtilaf. Iktilaf boleh, jangan menimbulkan tafarruq, tapi tetap berjamaah. Rasul SAW bersabda: وَالْجَمَاعَةُ رَحْمَةٌ وَالْفُرْقَةُ عَذَابٌ Jamaah itu mendatangkan rahmat, dan perpecahan mendatangkan siksa. Hr. Ahmad (w.241)[15] Antara jamaah dan tafarruq dapat digambarkan seperti berikut: Secara histories, ayat ini berkaitan dengan peringatan terhadap kaum khazraj dan kaum Aus yang sempat terprofokasi hingga hamper bermusuhan lagi. Mereka yang sebelum Islam bermusuhan, kemudian menjadi bersaudara terikat oleh ukhuwah Islamiyah. Kesatuan aqidah di antara mereka menjadi ni’mat yang sangat penting. Dengan demikian ni’mat mesti diingat dalam ayat ini adalah ni’mat Islam. Namun tentu saja pengertiannya berlaku umum, agar setiap mu`min selalu mengingat ni’mat yang telah Allah SWT berikan. Menurut al-Baydlawi ni’mat yang paling utama adalah hidayah dan taufiq hingga bahagia ber-Islam, senang berada pada jalan yang terang, dan terbebas dari pengaruh jahilyah yang menyesatkan.[16] Setiap manusia, di samping memiliki kekurangan, juga mempunyai kelebihan, di samping mengalami kesulitan, juga sering memperoleh keni’matan. Untuk meraih kebahagiaan hendaklah banyak mengingat ni’mat, jangan terlalu sering meningat-ingat kesulitan. Dengan banyak mengingat ni’mat akan terdorong untuk bersyukur. Orang yang bersyukur akan mandapatkan kebahagiaan dan berbagai kebaikan. Rasul SAW bersabda: عَجِبْتُ لِلْمُؤْمِنِ إِذَا أَصَابَهُ خَيْرٌ حَمِدَ اللَّهَ وَشَكَرَ وَإِنْ أَصَابَتْهُ مُصِيبَةٌ حَمِدَ اللهَ وَصَبَرَ فَالْمُؤْمِنُ يُؤْجَرُ فِي كُلِّ أَمْرِهِ حَتَّى يُؤْجَرَ فِي اللُّقْمَةِ يَرْفَعُهَا إِلَى فِي امْرَأَتِهِ Aku sangat kagum atas sifat orang mu`min. Jika ia meraih kebaikan, memuji Allah dengan hamdalah dan bersyukur. Bila terkena mushibat memuji Allah (dengan istirja) dan shabar, maka semuanya jadi pahala; bahkan satu suap yang diberikan pada istrinya mendatangkan pahala. Hr. Ahmad (w.241H), Ibn Humaid (w.249H)[17] Berdasar hadits ini, factor yang mendatangkan kebaikan dan kebahagiaan, antara lain (1) syukur tatkala meraih ni’mat, (2) shabar tatkala terkena mushibat, (3) beramal sekecil apa pun bertujuan mengharapkan pahala atau imbalan hanya dari Allah.

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN