Ahad, 22 Julai 2018

AYAT 253


TAFSIR SURAT AL-BAQARAH:253*
 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABBARAK
17.08.18 jumaat 8pagi *

-تِلْكَ الرُّسُلُ فَضَّلْنَا بَعْضَهُمْ عَلَى بَعْضٍ مِنْهُمْ مَنْ كَلَّمَ اللَّهُ وَرَفَعَ بَعْضَهُمْ دَرَجَاتٍ وَآتَيْنَا عِيسَى ابْنَ مَرْيَمَ الْبَيِّنَاتِ وَأَيَّدْنَاهُ بِرُوحِ الْقُدُسِ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلَ الَّذِينَ مِنْ بَعْدِهِمْ مِنْ بَعْدِ مَا جَاءَتْهُمُ الْبَيِّنَاتُ وَلَكِنِ اخْتَلَفُوا فَمِنْهُمْ مَنْ آمَنَ وَمِنْهُمْ مَنْ كَفَرَ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ مَا اقْتَتَلُوا وَلَكِنَّ اللَّهَ يَفْعَلُ مَا يُرِيدُ 253.

TILKAR – RUSULU faddalnaa ba' – dahm – alaa ba' – d. Minhum man – kalla – mallaahu wa rafa – ‘a ba' – dahum darajaat. Wa ‘aataynaa ‘Iisabna – Maryamal – Bayyinaati wa ‘ayyadnaa – hu bi – ruuhil – qudus. Wa law shaa – ‘allaahu maqtata – lallaziina mim – ba' di maa jaaa – ‘at – humul – Bayyi – naatu wa laa – kinikh – talafuu fa – minhum man ‘aamana wa min – hum – man – kafar. Wa law shaaa – ‘allaahu maq – tataluu; wa laa – kinnal – laaha yaf – ‘alu maa yuriid. “

Rasul-rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Diantara mereka ada yang Allah berkata-kata (langsung dengan dia) dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat. Dan Kami berikan kepada Isa putera Maryam beberapa mukjizat serta Kami perkuat dia dengan Ruhul Qudus. Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan, akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan. Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 253)

 Diriwayatkan dari Abu Hurairah r.a.: Rasulullah SAW, bersabda, "Setiap nabi telah diberi mukjizat yang dengan sebagian darinya manusia menjadi beriman, sedangkan mukjizat yang diberikan kepadaku adalah wahyu (Al-Quran) yang diturunkan kepadaku, dan aku berharap akulah nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat nanti." (HR. Muslim) Pengertian Mukjizat Secara bahasa, mukjizat berasal dari kata ( أَعْجَزَ ) yang berarti melemahkan, dari kata dasar ( عَجَزَ ) yang artinya lemah. Adapun secara istilah, mukjizat dimaknakan sebagai suatu peristiwa atau kejadian menakjubkan yang terjadi di luar kebiasaan. Allah Subhanahu wata’ala menampakkan kejadian tersebut melalui tangan para nabi dan rasul-Nya sebagai bukti kebenaran dakwah mereka. Kejadian itu tidak mungkin dikalahkan. Selain itu, mukjizat selalu diiringi dengan pengakuan kenabian. Diistilahkan dengan mukjizat karena apa yang datang dari Allah Subhanahu wata’ala itu membuat manusia lemah untuk mendatangkan yang semisal, apalagi mengalahkannya. Allah memberitahukan bahwa Dia telah melebihkan sebagian rasul atas sebagian yang lain. Sebagaimana firman-Nya: wa laqad fadl-dlalnaa ba’dlan nabiyyiina ‘alaa ba’dliw wa aatainaa daawuuda zabuuran (“Dan sesungguhnya Kami telah melebihkan sebagian nabi itu atas sebagian yang lain. Dan Kami berikan Zabur kepada Dawud.”) (QS. Al-Israa’: 55)

   Sedankan dalam surat al-Baqarah ini, AllahTa’ala berfirman: tilkar rusulu fadl-dlalnaa ba’dlaHum ‘alaa ba’dlim minHum man kalamallaaHu (“Rasul rasul itu Kami lebihkan sebagian mereka atas sebagian yang lain. Di antara mereka ada yang Allah berkata-kata [langsung dengannya].”) Yaitu Nabi Musa as. dan Nabi Muhammad. Demikian juga Adam as. Sebagaimana disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan dalam kitab Shahih Ibnu Hibban, dari Abu Dzar. Wa rafa’a ba’dlaHum darajaat (“Dan sebagiannya Allah meninggikannya beberapa derajat.”) Sebagaimana yang ditegaskan dalam sebuah hadits tentang Isra’, yaitu ketika Nabi melihat para nabi di langit sesuai dengan kedudukan mereka disisi Allah. Jika ditanyakan, apa fungsi penyatuan antara ayat ini dengan hadits yang ditegaskan dalam Shahihain, dari Abu Hurairah, ia menceritakan: “Seorang muslim saling mencaci-maki dengan seorang Yahudi, lalu dalam sumpah yang diucapkannya si Yahudi tersebut mengatakan: “Tidak, demi Dzat yang telah memilih Musa atas semesta alam.” Kemudian orang muslim itu mengangkat tangan seraya menampar si Yahudi tersebut dan mengatakan: “Betapa buruk-nya kau, apakah Musa juga mengungguli Muhammad?” Kemudian si Yahudi itu datang kepada Nabi, maka Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian mengunggulkan aku atas nabi-nabi yang lain. Sesungguhnya manusia akan tidak sadarkan diri (pingsan) pada hari kiamat kelak. Dan aku adalah orang yang pertama kali sadarkan diri. Lalu aku melihat Musa, ia berdiri tegar di dekat pilar ‘Arsy. Aku tidak tahu, apakah ia sadarkan diri sebelumku ataukah ia tidak merasakannya karena ia pernah pingsan di bukit Thursina. Maka janganlah kalian mengunggulkan aku atas nabi-nabi lainnya.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Dan riwayat yang lain disebutkan: “Jangan kalian mengunggulkan di antara para Nabi.” Menjawab pertanyaan tersebut dapat dikatakan bahwa apa yang disabdakan Rasulullah itu termasuk dalam bab kelembutan tawadhu’ (merendahkan diri). Hak mengunggulkan itu bukanlah hak kalian, melainkan hak Allah Kewajiban kalian hanyalah tunduk patuh, berserah diri, dan beriman kepadanya. Firman-Nya: wa aatainaa ‘iisabna maryamal bayyinaati (“Dan Kami berikan kepada Isa putra Maryam beberapa mukjizat.”) Yaitu berbagai macam hujjah dan dalil-dalil pasti yang menunjukkan kebenaran apa yang dibawanya kepada Bani Israil, bahwa ia adalah hamba Allah sekaligus rasul-Nya Jalla wa alaa yang diutus ke-pada mereka. Wa ayyadnaaHu biruuhil qudus (“Serta Kami perkuat ia dengan Ruhul Qudus.”) Yakni bahwa Allah telah memperkuat Isa dengan malaikat Jibril. Kemudian Allah berfirman yang artinya: “Dan kalau Allah menghendaki, niscaya tidaklah berbunuh-bunuhan orang-orang (yang datang) sesudah rasul-rasul itu, sesudah datang kepada mereka beberapa macam keterangan. Akan tetapi mereka berselisih, maka ada di antara mereka yang beriman dan ada (pula) di antara mereka yang kafir. Seandainya Allah menghendaki, tidaklah mereka berbunuh-bunuhan.” Artinya semuanya itu sudah merupakan ketetapan dan takdir Allah Taala. Oleh karena itu, Dia berfirman: wa laakinnallaaHa yaf’alu maa yuriid (“Akan tetapi Allah berbuat apa yang dikehendaki-Nya.”) Karya-Karya Ulama tentang Mukjizat Meyakini mukjizat nabi dan rasul termasuk bagian iman kepada Allah Subhanahu wata’alal dan iman kepada rasul-rasul-Nya. Mengingat pentingnya masalah ini, ulama Ahlus Sunnah mencurahkan perhatian yang sangat besar untuk menyebarkan berita-berita mukjizat kepada umat. Muncullah karya-karya yang memuat berita-berita tersebut, seperti kitab-kitab sirah, kitab-kitab Syamail, demikian pula kitab-kitab hadits yang banyak menukilkan riwayat-riwayat mengenai mukjizat.

Dalam Shahih Muslim misalnya, al-Imam Muslim Subhanahu wata’ala membuat sebuah pembahasan khusus berjudul Kitab Fadhail, yang memuat beberapa pembahasan mukjizat dan keutamaan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam. Bahkan, secara khusus telah dikumpulkan riwayat-riwayat tentang mukjizat rasul dalam karya-karya ilmiah. Di antara tulisan ulama baik yang terbit atau masih dalam bentuk manuskrip adalah: • Ayatun Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam, Ali bin Muhammad al-Madaini (210 H) • Amarat an-Nubuwwah, Ibrahim bin Ya’qub al-Jauzajani (259 H) • Dalail an-Nubuwah, Ubaidullah bin Abdul Karim ar-Razi Abu Zur’ah (264 H) • A’lamun Nubuwwah, al-Imam Abu Dawud Sulaiman bin al-Asy-’ats (275 H) • A’lamur Rasul al-Munazzalah ‘ala Rusulihi, Abdullah bin Muslim bin Qutaibah (276 H) • Dalail an-Nubuwah, Ibrahim bin al-Haitsam al-Baladi (277 H) • Dalail an-Nubuwah, Abdullah bin Muhammad bin Abid Dunya (281 H) • Dalail an-Nubuwah, Ibrahim bin Ishaq al-Harby (285 H) • Dalail an-Nubuwah, Ja’far bin Muhammad bin al-Hasan al-Firyabi (301 H) • Dalail an-Nubuwah, Tsabit bin Hazm as-Sarqasthi (313 H) • Dalail an-Nubuwah, Abu Bakr Muhammad bin al-Hasan an-Naqqasy, al-Muqri (351 H) • Dalail an-Nubuwah, Abu asy- Syaikh Abdullah bin Muhammad bin Hayyan al-Ashbahani (369 H) • Dalail an-Nubuwah, Abu Nu’aim Ahmad bin Abdillah al-Ashbahani (430 H) • Dalail an-Nubuwah, Sulaiman bin Ahmad ath-Thabarani (430 H) • al-Arba’una Haditsan ad-Dalah ‘ala Nubuwatihi ‘Alahissalam, Ali bin al-Hasan bin Hibatullah, Ibnu ‘Asakir (571 H) • Dalail an-Nubuwah, al-Hafizh Ahmad bin al-Husain al-Baihaqi. Masih banyak karya ulama lainnya tentang masalah ini. Wallahu a’lam. di November 25, 2017

AYAT 249-252

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH BAQARAH 249-252
BIS-MIL-LA-HIR-RAHMAN-NIR-RAHIM''
249.Fa – lammaa fasala taaluutu bil – ju – nuudi qaala ‘innal – laaha mubtaliikum – bi nahar. Faman – shariba minhu falaysa min – nii: wa mal – lam yat – ‘amhu fa –‘in – nahuu minniii ‘illaa manightarafa ghur – fatam – bi – yadih. Fasharibuu minhu ‘illaa qaliilam – minhum. Falammaa jaawazahuu huwa walla – ziina ‘aamanuu ma – ‘ahuu qaaluu laa taaqata lanal – Yawma bi – Jaa – luuta wa junuudih. Qaal – allaziina ya – zunnuuna ‘annahum – mu laaqul – laahi kam – min – fi –‘atin – qaliillatin ghalabat fi – ‘atan kasiira – tam – bi – ‘iznil – laah? Wallaahu ma – ‘as – Saabiriin. 250.Wa lammaa barazuu li – Jaaluuta wa junuudihii qaalu Rabbanaaa ‘afrigh ‘alaynaaa sab – ranw wa sabbit ‘aqdaamana wansurnaa ‘alal' – Qawmil kaafiriin. 251.Fa – hazamuuhum – bi – ‘iznil – laahi wa qatala Daawuudu Jaaluuta wa ‘aataahul – laahul – Mulka wal – Hikamta wa ‘alla – mahuu mimmaa yashaaa'. Wa law laa daf – ‘ullaahin – naasa ba' – dahum – bi – ba' – dil – lafasadatil – ‘ardu wa laa – kinnallaaha Zuu – Fadlin –‘alal – ‘aalamiin. 252.Tilka “Aayatullaahi natluu – haa ‘alayka bil – haqq; wa ‘innaka laminal – Mursaliin.

“Maka tatkala Thalut keluar membawa tentaranya, ia berkata: ‘Sesungguhnya Allah akan menguji kamu dengan suatu sungai. Maka siapa di antara kamu meminum airnya, bukanlah ia pengikutku. Dan barangsiapa yang tidak meminumnya, kecuali menciduk seciduk tangan, maka ia adalah pengikutku.’ Kemudian mereka meminumnya kecuali beberapa orang di antara mereka. Maka tatkala Thalut dan orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: ‘Tak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan Jalut dan tentaranya.’ Orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata: ‘Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. Dan Allah beserta orang-orang yang sabar.’” (QS. Al-Baqarah: 249)“Tatkala Jalut dan tentaranya telah tampak oleh mereka, mereka pun berdo’a: ‘Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami, dan kokohkanlah pendirian kami dan tolonglah kami terhadap orang-orang yang kafir.’ (QS. Al-Baqarah : 250) Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah dan (dalam peperangan itu) Daud membunuh Jalut, kemudian Allah memberikan kepadanya (Daud) pemerintahan dan hikmah (sesudah meninggalnyaThalut) dan mengajarkan kepadanya apa yang dikehendaki-Nya. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. Tetapi Allah mempunyai karunia (yang dicurahkan) atas semesta alam. (QS. Al-Baqarah: 251) Itu adalah ayat-ayat Allah. Kami bacakan kepadamu dengan hak (benar) dan sesungguhnya kamu benar-benar seorang di antara nabi-nabi yang diutus.” (QS. Al-Baqarah: 252) 

          Ibnu Jarir telah meriwayatkan dari al-Barra’ bin Azib, ia menceritakan: “Kami pernah membicarakan bahwa para sahabat Rasulullah, pada hari terjadinya perang Badar yang berjumlah 313 lebih adalah sama dengan jumlah para sahabat Thalut yang menyeberangi sungai bersamanya, tidak ada yang menyeberangi sungai bersamanya melainkan orang-orang yang beriman.” Hadits senada juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari, oleh karena itu Allah swt. berfirman: fa lammaa jaawazaHuu Huwa wal ladziina aamanuu ma’aHuu qaaluu laa thaaqata lanal yauma bijaaluuta wa junudiHi (“Maka ketika Thalut dari orang-orang yang beriman bersama dia telah menyeberangi sungai itu, orang-orang yang telah minum berkata: ‘Tidak ada kesanggupan kami pada hari ini untuk melawan jalut dan tentaranya.’”) Artinya, mereka menarik diri untuk menemui musuh mereka karena banyaknya jumlah (musuh) mereka. Kemudian mereka diberikan dorongan oleh para ulama mereka bahwa janji Allah itu benar. Dan sesungguhnya kemenangan itu berasal dari sisi-Nya. Dan bukan karena banyaknya jumlah tentara, oleh karena itu mereka berkata: kam min fi-atin qaliilatin ghalabat fi-atan katsiiratam bi-idznillaaHi wallaaHu ma’ash shaabiriin (“Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah, dan Allah beserta orang-orang yang sabar.”) Ketika kelompok orang yang beriman dari kalangan sahabat Thalut yang jumlahnya sedikit menghadapi musuh mereka para sahabat Jalut yang jumlahnya sangat banyak; qaaluu rabbanaa afrigh ‘alainaa shab-ran (“Mereka pun [Thalut dan bala tentaranya] berdo’a: ‘Ya Rabb kami, tuangkanlah kesabaran atas diri kami.’”) dari sisi-Mu. Wa tsabbit aqdaamanaa (“’Dan kokohkanlah pendirian kami.’”) Yaitu dalam menghadapi para musuh, jauhkanlah kami dari melarikan diri dan ketidak-berdayaan. Wanshurnaa ‘alal qaumil kaafiriin (“’Dan tolonglah kami terhadap orang-orang kafir.’”) Disebutkan di dalam kisah israiliyat bahwa Daud membunuh Jalut dengan katapel yang ada di tangannya; ia membidiknya dengan katapel itu dan mengenainya hingga Jalut terbunuh. Sebelum itu Talut menjanjikan kepada Daud, bahwa jika Daud dapat membunuh Jalut, maka ia akan menikahkan Daud dengan anak perempuannya dan membagi-bagi kesenangan bersamanya serta berserikat dengannya dalam semua urusan. Maka Talut menunaikan janjinya itu kepada Daud. Setelah itu pemerintahan pindah ke tangan Daud a.s. di samping kenabian yang dianugerahkan Allah kepadanya. Yakni seandainya Allah tidak membela suatu kaum dari keganasan kaum yang lain seperti pembelaan-Nya kepada kaum Bani Israil melalui perang mereka bersama Talut dan didukung oleh Daud a.s., niscaya kaum Bani Israil akan binasa. Perihalnya sama dengan apa yang disebutkan dalam ayat yang lain, yaitu firman-Nya: وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَهُدِّمَتْ صَوامِعُ وَبِيَعٌ وَصَلَواتٌ وَمَساجِدُ يُذْكَرُ فِيهَا اسْمُ اللَّهِ كَثِيراً Dan sekiranya Allah tiada menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, tentulah telah dirobohkan biara-biara Nasrani, gereja-gereja; dan rumah-rumah ibadat orang Yahudi serta masjid-masjid, yang di dalamnya banyak disebut nama Allah. (Al-Hajj: 40), hingga akhir ayat.

          Ibnu Jarir mengatakan: حَدَّثَنِي أَبُو حُمَيْدٍ الْحِمْصِيُّ أَحْمَدُ بْنُ الْمُغِيرَةِ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا حَفْصُ بْنُ سُلَيْمَانَ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ سُوقَةَ عَنْ وَبَرَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنِ ابْنِ عُمَرَ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيَدْفَعُ بِالْمُسْلِمِ الصَالِحٍ عَنْ مِائَةِ أَهْلِ بَيْتٍ مِنْ جِيرَانِهِ الْبَلَاءَ". ثُمَّ قَرَأَ ابْنُ عُمَرَ: {وَلَوْلا دَفْعُ اللَّهِ النَّاسَ بَعْضَهُمْ بِبَعْضٍ لَفَسَدَتِ الأرْضُ} telah menceritakan kepadaku Abu Humaid Al-Himsi salah seorang dari kalangan Banil Mugirah), telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Riff ibnu Sulaiman, dari Muhammad ibnu Suqah, dari Wabrah ibnu Abdur Rahman. dari Ibnu Umar yang mengatakan bahwa Rasulullah saw telah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar menolak wabah (penyakit) melalui seorang muslim yang saleh terhadap seratus keluarga dari kalangan para tetangganya. Kemudian Ibnu Umar membacakan firman-Nya: Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini. (Al-Baqarah: 251) Sanad hadis ini daif, mengingat Yahya ibnu Sa'id yang dikenal dengan sebutan '

          Ibnul Attar Al-Himsi' ini orangnya daif sekali. Kemudian Ibnu Jarir mengatakan: حَدَّثَنَا أَبُو حُمَيْدٍ الْحِمْصِيُّ حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ سَعِيدٍ حَدَّثَنَا عُثْمَانُ بْنُ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ مُحَمَّدِ بْنِ الْمُنْكَدِرِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "إِنَّ اللَّهَ لَيُصْلِحُ بِصَلَاحِ الرَّجُلِ الْمُسْلِمِ وَلَدَهُ وَوَلَدَ وَلَدِهِ وَأَهْلَ دُوَيْرَتِهِ وَدُوَيْرَاتٍ حَوْلَهُ، وَلَا يَزَالُونَ فِي حِفْظِ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ مَا دَامَ فِيهِمْ" telah menceritakan kepada kami Abu Humaid Al-Himsi, telah menceritakan kepada kami Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Usman ibnu Abdur Rahman, dari Muhammad ibnul Munkadir, dari Jabir ibnu Abdullah yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: Sesungguhnya Allah benar-benar akan memberikan kebaikan berkat kebaikan seorang lelaki muslim kepada anaknya, cucunya, keluarganya, dan para ahli bait yang tinggal di sekitarnya. Dan mereka masih tetap berada dalam pemeliharaan Allah Swt. selagi lelaki yang muslim itu berada di antara mereka.

         Hadis ini pun daif lagi garib karena alasan yang telah lalu tadi. Abu Bakar ibnu Murdawaih mengatakan: حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ بْنِ إِبْرَاهِيمَ أَخْبَرَنَا عَلِيُّ بْنُ إِسْمَاعِيلَ بْنِ حَمَّادٍ أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ مُحَمَّدِ بْنِ يَحْيَى بْنِ سَعِيدٍ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ، حَدَّثَنِي حَمَّادُ بْنُ زَيْدٍ عَنْ أَيُّوبَ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَبِي أسماء عن ثوبان –رفع الْحَدِيثَ-قَالَ: "لَا يَزَالُ فِيكُمْ سَبْعَةٌ بِهِمْ تُنْصَرُونَ وَبِهِمْ تُمْطَرُونَ وَبِهِمْ تُرْزَقُونَ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ" telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Ahmad ibnu Ibrahim, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Ismail ibnu Hammad, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Muhammad ibnu Yahya ibnu Sa'id, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbab, telah menceritakan kepadaku Hammad ibnu Zaid, dari Ayyub, dari Abu Qilabah, dari Abus Siman, dari Sauban tentang sebuah hadis marfu, yaitu: Masih tetap berada di antara kalian tujuh orang, berkat keberadaan mereka kalian mendapat pertolongan, berkat keberadaan mereka kalian mendapat hujan, dan berkat keberadaan mereka kalian diberi rezeki hingga datang perintah Allah (yakni hari kiamat).

          Ibnu Murdawaih meriwayatkan pula: وَحَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ أَحْمَدَ حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَرِيرِ بْنِ يَزِيدَ، حَدَّثَنَا أَبُو مُعَاذٍ نَهَارُ بْنُ عُثْمَانَ اللَّيْثِيُّ أَخْبَرَنَا زَيْدُ بْنُ الْحُبَابِ أَخْبَرَنِي عُمَرُ الْبَزَّارُ، عَنْ عَنْبَسَةَ الْخَوَاصِّ، عَنْ قَتَادَةَ عَنْ أَبِي قِلابة عَنْ أَبِي الْأَشْعَثِ الصَّنْعَانِيِّ عَنْ عُبَادَةَ بْنِ الصَّامِتِ قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "الْأَبْدَالُ فِي أُمَّتِي ثَلَاثُونَ بِهِمْ تَقُومُ الْأَرْضُ، وَبِهِمْ تُمْطَرُونَ وَبِهِمْ تُنْصَرُونَ" قَالَ قَتَادَةُ: إِنِّي لَأَرْجُو أَنْ يَكُونَ الْحَسَنُ مِنْهُمْ telah menceritakan pula kepada kami Muhammad ibnu Ahmad, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Jarir ibnu Yazid, telah menceritakan kepada kami Abu Mu'az, yaitu Nahar ibnu Mu'az ibnu Usman Al-Laisi, telah menceritakan kepada kami Zaid ibnul Habbah, telah menceritakan kepadaku Umar Al-Bazzar, dari Anbasah Al-Khawwas, dari Qatadah, dari Abu Qilabah, dari Abul Asy'as As-San'ani, dari Ubadah ibnus Samit yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. telah bersabda: Wali Abdal di kalangan umatku ada tiga puluh orang, berkat mereka kalian diberi rezeki, berkat mereka kalian diberi hujan, dan berkat mereka kalian mendapat pertolongan. Qatadah mengatakan, "Sesungguhnya aku benar-benar berharap semoga Al-Hasan (Al-Basri) adalah salah seorang dari mereka."

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN