Sabtu, 7 Julai 2018

AYAT 208-213

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH BAQARAH 208-213
BIS-MIL-LAHI-RAHMANIR-RAHIM''
208.Yaaa – ‘ayyu – hal – laziiiina ‘aamanud – Khuluu fis –Silmi kaaafaah; wa laa tat – tabi – ‘uu khutwaatish – Shaytaan. ‘Innahuu lakum ‘aduw – wum – mubiin. 209.Fa – ‘in – zalaltum – mim – ba' – di maa jaaa – ‘atkumul – Bayyinaatu fa – ‘lamuuu ‘annallaaha ‘Aziizun – Hakiim. 210.Hal yanzuruuna ‘illaaa ‘any – ya' – tiya – humullaahu fii zulalim – minal gha – maami wal – malaaa – ‘ ikatu wa qudiyal – ‘amr? Wa ‘ilallaahi turja – ‘ul – ‘umuur. 211.Sal Baniii – ‘Is – raaa – ‘iila kam ‘aataynaahum – min ‘Aayatim – bayyinah. Wa many – yubaddil ni' – matallaahi mim – ba' di maa jaaa – ‘at – hu fa –‘in – nallaaha Shadi – idul – ‘iqaab. 212.Zuyyina lillaziina kafarul – hayaatud – dunyaa wa yas – kharuuna minallaziina ‘aamanuu. Walla – ziinat taqaw fawqahum Yawmal – Qiyaamah. Wal – laahu yarzuqu many – yashaaa – ‘u bi ghayri hisaab. 213.Kaanan – naasu ‘ummatanw – waahi – dah; faba –‘asal- laahun – nabiyiina Mubash – shiriina wa Munziriin: wa ‘an zala ma –‘ahmumul – Kitaaba bil – haaqi li- yahkuma baynan – naasi fiimakh – talafuu fiih. Wa makhtalafa fiihi ‘illallaziina ‘uutuuhu mim – ba' – dimaajaaa – ‘at – humul- bayyinaatu baghyam – baynahum. Fadadallaa – hullaziina ‘aama – nuu li – makh talafuu fiihi minal – Haqqi bi – ‘iznih. Wallaahu yahdii many – yashaaa – ‘u ‘ilaa Siraatim Mustaqiim. “

Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 208) Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah: 209)“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (QS. Al-Baqarah: 210)“Tanyakanlah kepada Bani Israil: ‘Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka.’ Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Baqarah: 211) Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah: 212)“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. 2:213)

 Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abu al-Aliyah, dan Rabi’ bin Anas, “Yakni ketaatan.” Qatadah juga mengatakan: “Yaitu perdamaian.” Dan firman-Nya: kaaffatan; Ibnu Abbas, Mujahid, Abu al-Aliyah, Ikrimah, Rabi’ bin Anas, as-Suddi, Muqatil bin Hayyan, Qatadah, dan adh-Dhahhak mengatakan: “kaaffatan” berarti jami’an (keseluruhan).” Mujahid menuturkan: “Artinya, kerjakanlah semua amal shalih dan segala macam kebajikan.” Di antara para mufassir ada yang menjadikan firman Allah: “kaaffatan” berkedudukan sebagai haal (yang menerangkan keadaan) dari orang-orang yang masuk. Maksudnya, masuklah kalian semua ke dalam Islam. Dan yang benar adalah pendapat pertama, yaitu bahwa mereka seluruhnya diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam, yang jumlahnya sangat banyak, sesuai dengan kemampuan mereka.Muthraf berkata: “Hamba Allah yang paling lihai menipu hamba-hamba-Nya yang lain adalah syaitan.”Muhammad bin Ishak mengemukakan: “Yang Mahaperkasa dalam pertolongan-Nya dari orang-orang yang kafir kepada-Nya, jika ia menghendaki, dan Mahabijaksana dalam alasan dan dalih-Nya kepada para hamba-Nya.” Yakni pada hari kiamat nanti di saat diputuskan semua perkara seluruh umat manusia dari awal sampai akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat balasan yang setimpal dari amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik pula; jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.

       Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dalam bab ini menuturkan sebuah hadis mengenai As-sur (sangkakala) yang cukup panjang mulai dari permulaannya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. Hadis ini cukup terkenal dan diketengahkan oleh banyak pemilik kitab musnad dan lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan seperti berikut: Bahwa umat manusia di saat mengalami kesusahan di padang mahsyar, mereka meminta syafaat kepada Tuhannya melalui para nabi seorang demi seorang, mulai dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu mengelakkan dirinya dari memohon syafaat tersebut, hingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka datang kepadanya, maka beliau Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya yang dapat memohonkan syafaat. Lalu Nabi Saw. berangkat dan bersujud kepada Allah di bawah Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi Allah agar Dia berkenan datang untuk memutuskan peradilan di antara semua hamba-Nya. Maka Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para malaikat dan roh. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci Tuhan yang memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya." Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih dalam bab ini mengetengahkan banyak hadis yang di dalamnya terkandung hal-hal yang aneh.

       Antara lain ialah apa yang diriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: "يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ" Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ata ibnu Miqdam, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Abdul Jalil Al-Qaisi menceritakan asar berikut dari Abdullah ibnu Amr ,, Diriwayatkan bahwa dalam hadits shahih disebutkan: “Turun dua malaikat pada tiap pagi dari langit, yang satu berdo’a: ‘Ya Allah, berikanlah pada orang dermawan ganti (dari harta yang diinfakkannya)’. Dan yang lainnya berdo’a: ‘Ya Allah, berilah pada orang kikir kerusakan (dalam hartanya)’” Dan diriwayatkan dalam hadits shahih disebutkan: “Manusia berkata, Hartaku, hartaku, adakah bagimu dari hartamu kecuali apa yang engkau makan lalu lenyap, dan apa yang engkau pakai lalu hancur, dan apa yang engkau sedekahkan kemudian berlalu dan selain dari itu akan lenyap dan ditinggalkan untuk orang lain.” Dalam kitab al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dari Nabi beliau bersabda: “Dunia ini adalah tempat tinggal orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, harta kekayaan bagi orang yang tidak mempunyai harta kekayaan, dan untuknya orang yang tidak berakal mengumpulkan.” (HR. Ahmad; Dha’if: Didha’ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha’iiful Jaami’ [3012])

            kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan sebuah hadis, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: «الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لا عقل له» Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak memiliki harta, dan untuk dunialah orang yang tak berakal menghimpunnya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Antara Nuh as. dan Adam as. itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syari’at Allah swt. Kemudian terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.” Sehubungan dengan firman Allah: kaanan naasu ummataw waahidatan (“Manusia itu adalah umat yang satu”) Abdur Razzak berkata: Mu’ammar memberitahukan kami, dari Qatadah, ia mengemukakan: “Mereka semua dalam petunjuk, kemudian mereka pun berselisih; fa ba’atsallaaHun nabiyyiina (“Maka Allah mengutus para Nabi”) nabi yang pertama kali diutus adalah Nabi Nuh as. Hal senada juga dikemukakan oleh Mujahid sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas di atas. Mereka juga berselisih mengenai Ibrahim as, orang-orang Yahudi mengatakan: “Ibrahim adalah seorang Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan: “Ibrahim itu adalah seorang Nasrani.” Padahal Allah swt. telah menjadikannya seorang yang hanif (lurus, condong kepada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah. Kemudian Allah swt. memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai kebanaran tentang din Ibrahim tersebut. Mereka juga berselisih tentang Isa as, orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Padahal Allah telah menciptakannya dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya. Kemudian dia memberikan petunjuk kepada umat Muhammad kebenaran mengenai hal tersebut.
               Dalam kitab shahih al-Bukhari dan shabib Muslim diriwayatkan hadits dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah jika bangun malam dan mengerjakan.shalat, beliau mengucapkan: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan di antara hamba-hamba-Mu, tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berdoa: AllaaHuma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa’aHu, wa arinal baathila baathilan warzuqnajtinaabaHu, wa laa taj’alHu multabisan ‘alainaa fana-dlilla, waj’alnaa lil muttaqiina imaaman (“Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan karuniakan kepada kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang bathil itu bathil, dan karuniakan kepada kami untuk dapat menghindarinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”)

AYAT 203=207

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH BAQARAH 203-207
BIS-MIL-LSH-HIR-RAHMAN-NIR-RAHIM''
203.Waz- kurullaaha fiii ‘ay – yaa – mim – ma' – dudaat. Faman ta –‘ajjala fii yaw – mayni falaa ‘isma ‘alayh, wa man ta – ‘akhkhara falaaa ‘ isma ‘alayhi li – manit – taqaa. Watta – qullaaha wa' – lamuuu ‘an – nakum ‘ilayhi tuhsharuun. 204.Wa minannaasi many – yu' – jibuka qawluhuu fil – hayaa – tid dunyaa wa – yush – hidullaaha ‘alaa maa fii qalbihii wa huwa ‘alad – dul – khisaam. 205.Wa ‘izaa tawallaa sa – ‘aa fil – ‘ardi li – yufsida fiiha wa yuh – likal – harsa wan – nasl. Wal – laahu laa yuhibbul – fasaad. 206.Wa ‘izaa qiila lahuttaqil – laaha ‘aka – hazat – hul – ‘izzatu bil – ‘ismi fahasbuhu jahannam; wa la – bi' – sal – mihaad! 207.Wa minan – naasi many – yash rii – naf – sahub – tighaaa – ‘a Mardaatillaah; wal – laahu Ra- ‘uufum – bil – ‘ibaad.
       “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah dan ketauhilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 203)“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (QS. Al-Baqarah: 204) Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 205) Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahannam. Dan sungguh neraka jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. Al-Baqarah: 206) Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridbaan Allah; dan Allah Mabapenyantun kepada bamba-bamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)

 Ibnu Abbas mengatakan: “Yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang (al-ayyam al-ma’duudaat) itu adalah hari-hari Tasyriq, dan yang dimaksud dengan al-ayyaam al-ma’lumaat adalah sepuluh hari dalam bulan Dzulhijjah (dari 1-10 Dzulhijjah).” Mengenai firman-Nya: wadz-kurullaaHa fii ayyaamim ma’duudaat (“Dan berdzikirlah [dengan menyebut] Allah dalam beberapa hari yang berbilang,”) Ikrimah mengatakan, “Yakni membaca takbir pada hari-hari tasyriq setelah shalat wajib, yaitu membaca Allahu Akbar, Allah Akbar.”
 Imam Ahmad meriwayatkan dari Waki’, dari Musa bin Ali, dari ayahnya, katanya, “Aku pernah mendengar Uqbah bin Amir menuturkan, Rasulullah bersabda: “Hari Arafah, hari Kurban, dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya bagi kita, umat Islam, hari-hari itu merupakan hari makan dan minum.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Nabisyah al-Hudzali, Rasulullah saw. bersabda: “Hari-hari Tasyriq adalah hari makan, minum dan dzikir kepada Allah.” (Hadits ini juga diriwayatkan Muslim) Berkenaan dengan firman Allah: wadz-kurullaaHa fii ayyaamim ma’duudaat (“Dan berdzikirlah [dengan menyebut] Allah dalam beberapa hari yang berbilang,”) maksudnya menyebut nama Allah pada saat penyembelihan hewan-hewan kurban.

 Sebagaimana telah dikemukakan bahwa yang rajih dalam hal ini madzab Imam Syafi’i rahimahullahu, yaitu bahwa waktu kurban berawal dari hari penyembelihan sampai akhir hari-hari Tasyriq. Berkenaan dengan hal itu juga adalah dzikir yang khusus pada setiap usai shalat lima waktu, dan dzikir mutlak yang dilakukan pada seluruh keadaan. Ada beberapa pendapat alim ulama mengenai waktunya, dan yang termasyhur adalah yang dilakukan mulai dari shalat Subuh pada hari Arafah sampai shalat Ashar pada akhir hari-hari Tasyriq, yaitu akhir hari Nafar (bertolaknya rombongan haji dari Mina) terakhir. Wallahu a’lam. As-Suddi menuturkan: “

Ayat ini turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq ats-Tsaqafi yang datang kepada Rasulullah dengan menampakkan keislaman, padahal hatinya bertolak-belakang dengan hal itu.” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik, mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa ar-Raji’. Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya: wa minan naasi may yasyrii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi (“Dan di antara munusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”) Ada juga yang berpendapat bahwa ayat tersebut berlaku umum bagi orang-orang munafik dan juga orang-orang yang beriman secara keseluruhan. Demikian menurut pendapat Qatadah, Mujahid, Rabi’ bin Anas, dan beberapa ulama lainnya. Dan pendapat inilah yang benar. Muhammad bin Ka’ab mengemukakan: “Sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki, dan setelah itu berlaku umum.” Dan pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi ini pun baik dan benar.Sedangkan jumhur ulama membacanya: wa yusyHidullaaHa ‘alaa maa fii qalbiHii; Yang berarti orang munafik itu menampakkan keislaman kepada manusia, dan menantang Allah Ta’ala untuk membongkar kekufuran dan kemunafikan yang ada di dalam hatinya, seperti firman-Nya yang artinya: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah.” (QS. An-Nisaa’: 108)

 Demikian makna yang diriwayatkan Ibnu Ishaq, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas. Ada pula yang mengatakan: “Artinya bahwa jika orang munafik itu menampakkan keislaman di hadapan manusia ia bersumpah dan mempersaksikan Allah kepada mereka (para manusia) bahwa apa yang ada di dalam hatinya sesuai dengan ucapannya. Makna seperti ini benar dikemukakan oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir dan disandarkan kepada Ibnu Abbas dari Mujahid. Wallahu a’lam. Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Said bin al-Musayyab, Abu Utsman an-Nahdhi, Ikrimah, dan segolongan orang mengatakan, “Ayat itu turun berkenaan dengan Shuhaib bin Sinan ar-Rumi.” Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Utsman an-Nahdhi, dari Shuhaib, katanya, “Ketika aku bermaksud hijrah dari Makkah kepada Nabi saw, orang-orang Quraisy berkata kepadaku, ‘Hai Shuhaib, kamu datang kepada kami dengan tidak membawa harta kekayaan, dan sekarang kamu akan pergi dengan membawa harta kekayaanmu.

Demi Allah hal itu tidak boleh terjadi sama sekali.’” Hamad bin Salamah meriwayatkan, dari Ali bin Zaid, dari Sa’id bin al-Musayyab, katanya: “Shuhaib berangkat hijrah menuju Nabi saw, lalu diikuti oleh beberapa orang Quraisy, maka ia pun turun dari kendaraannya dan mengeluarkan apa yang berada di dalam tempat anak panahnya, kemudian berujar, “Hai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang pandai memanah di antara kalian, sedang kalian, demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku kecuali aku akan melemparkan semua anak panah yang ada di dalam tempatnya ini, dan membuang pedangku ini sehingga tiada yang tersisa sedikit pun padaku. Maka lakukan apa yang kalian kehendaki. Tetapi jika kalian mau, akan kutunjukkan kepada kalian harta dan simpananku di Makkah, tetapi kalian harus membebaskan jalanku.” Maka mereka pun menjawab, “Mau.” Dan ketika sampai kepada Nabi saw, beliau bersabda, “Beruntunglah Shuhaib.” Maka turunlah ayat: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi wallaaHu ra-uufum bil ‘ibaad (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.”) Tetapi kebanyakan ulama memahami bahwa ayat tersebut turun ditujukan bagi setiap orang yang berjuang di jalan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia telah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111) Dan ketika Hisyam bin Amir maju menyerang ke tengah-tengah barisan musuh, sebagian orang menentangnya, sedangkan Umar bin al-Khatthab, Abu Hurairah, dan yang lainnya membantah tindakan mereka itu seraya membacakan ayat ini: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi wallaaHu ra-uufum bil ‘ibaad (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.”)

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN