Sabtu, 7 Julai 2018

AYAT 203=207

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH BAQARAH 203-207
BIS-MIL-LSH-HIR-RAHMAN-NIR-RAHIM''
203.Waz- kurullaaha fiii ‘ay – yaa – mim – ma' – dudaat. Faman ta –‘ajjala fii yaw – mayni falaa ‘isma ‘alayh, wa man ta – ‘akhkhara falaaa ‘ isma ‘alayhi li – manit – taqaa. Watta – qullaaha wa' – lamuuu ‘an – nakum ‘ilayhi tuhsharuun. 204.Wa minannaasi many – yu' – jibuka qawluhuu fil – hayaa – tid dunyaa wa – yush – hidullaaha ‘alaa maa fii qalbihii wa huwa ‘alad – dul – khisaam. 205.Wa ‘izaa tawallaa sa – ‘aa fil – ‘ardi li – yufsida fiiha wa yuh – likal – harsa wan – nasl. Wal – laahu laa yuhibbul – fasaad. 206.Wa ‘izaa qiila lahuttaqil – laaha ‘aka – hazat – hul – ‘izzatu bil – ‘ismi fahasbuhu jahannam; wa la – bi' – sal – mihaad! 207.Wa minan – naasi many – yash rii – naf – sahub – tighaaa – ‘a Mardaatillaah; wal – laahu Ra- ‘uufum – bil – ‘ibaad.
       “Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah dalam beberapa hari yang berbilang. Barangsiapa yang ingin cepat berangkat (dari Mina) sesudah dua hari, maka tiada dosa baginya. Dan barangsiapa yang ingin menangguhkan (keberangkatannya dari dua hari itu), maka tidak ada dosa pula baginya bagi orang yang bertakwa. Dan bertakwalah kepada Allah dan ketauhilah, bahwa kamu akan dikumpulkan kepada-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 203)“Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penantang yang paling keras. (QS. Al-Baqarah: 204) Dan apabila ia berpaling (dari mukamu), ia berjalan di bumi untuk mengadakan kerusakan padanya, dan merusak tanaman-tanaman dan binatang ternak, dan Allah tidak menyukai kebinasaan. (QS. Al-Baqarah: 205) Dan apabila dikatakan kepadanya: “Bertakwalah kepada Allah”, bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka jahannam. Dan sungguh neraka jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS. Al-Baqarah: 206) Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridbaan Allah; dan Allah Mabapenyantun kepada bamba-bamba-Nya.” (QS. Al-Baqarah: 207)

 Ibnu Abbas mengatakan: “Yang dimaksud dengan hari-hari yang berbilang (al-ayyam al-ma’duudaat) itu adalah hari-hari Tasyriq, dan yang dimaksud dengan al-ayyaam al-ma’lumaat adalah sepuluh hari dalam bulan Dzulhijjah (dari 1-10 Dzulhijjah).” Mengenai firman-Nya: wadz-kurullaaHa fii ayyaamim ma’duudaat (“Dan berdzikirlah [dengan menyebut] Allah dalam beberapa hari yang berbilang,”) Ikrimah mengatakan, “Yakni membaca takbir pada hari-hari tasyriq setelah shalat wajib, yaitu membaca Allahu Akbar, Allah Akbar.”
 Imam Ahmad meriwayatkan dari Waki’, dari Musa bin Ali, dari ayahnya, katanya, “Aku pernah mendengar Uqbah bin Amir menuturkan, Rasulullah bersabda: “Hari Arafah, hari Kurban, dan hari-hari Tasyriq adalah hari raya bagi kita, umat Islam, hari-hari itu merupakan hari makan dan minum.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Nabisyah al-Hudzali, Rasulullah saw. bersabda: “Hari-hari Tasyriq adalah hari makan, minum dan dzikir kepada Allah.” (Hadits ini juga diriwayatkan Muslim) Berkenaan dengan firman Allah: wadz-kurullaaHa fii ayyaamim ma’duudaat (“Dan berdzikirlah [dengan menyebut] Allah dalam beberapa hari yang berbilang,”) maksudnya menyebut nama Allah pada saat penyembelihan hewan-hewan kurban.

 Sebagaimana telah dikemukakan bahwa yang rajih dalam hal ini madzab Imam Syafi’i rahimahullahu, yaitu bahwa waktu kurban berawal dari hari penyembelihan sampai akhir hari-hari Tasyriq. Berkenaan dengan hal itu juga adalah dzikir yang khusus pada setiap usai shalat lima waktu, dan dzikir mutlak yang dilakukan pada seluruh keadaan. Ada beberapa pendapat alim ulama mengenai waktunya, dan yang termasyhur adalah yang dilakukan mulai dari shalat Subuh pada hari Arafah sampai shalat Ashar pada akhir hari-hari Tasyriq, yaitu akhir hari Nafar (bertolaknya rombongan haji dari Mina) terakhir. Wallahu a’lam. As-Suddi menuturkan: “

Ayat ini turun berkenaan dengan al-Akhnas bin Syariq ats-Tsaqafi yang datang kepada Rasulullah dengan menampakkan keislaman, padahal hatinya bertolak-belakang dengan hal itu.” Diriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwasanya ayat ini diturunkan berkenaan dengan beberapa orang dari kalangan orang-orang munafik, mereka membicarakan dan mencaci maki Khubaib dan para sahabatnya yang terbunuh dalam peristiwa ar-Raji’. Kemudian Allah menurunkan ayat yang mencela orang-orang munafik dan memuji Khubaib dan para sahabatnya: wa minan naasi may yasyrii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi (“Dan di antara munusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah.”) Ada juga yang berpendapat bahwa ayat tersebut berlaku umum bagi orang-orang munafik dan juga orang-orang yang beriman secara keseluruhan. Demikian menurut pendapat Qatadah, Mujahid, Rabi’ bin Anas, dan beberapa ulama lainnya. Dan pendapat inilah yang benar. Muhammad bin Ka’ab mengemukakan: “Sesungguhnya ayat ini turun berkenaan dengan seorang laki-laki, dan setelah itu berlaku umum.” Dan pendapat yang dikemukakan oleh Muhammad bin Ka’ab al-Qurazhi ini pun baik dan benar.Sedangkan jumhur ulama membacanya: wa yusyHidullaaHa ‘alaa maa fii qalbiHii; Yang berarti orang munafik itu menampakkan keislaman kepada manusia, dan menantang Allah Ta’ala untuk membongkar kekufuran dan kemunafikan yang ada di dalam hatinya, seperti firman-Nya yang artinya: “Mereka bersembunyi dari manusia, tetapi mereka tidak bersembunyi dari Allah.” (QS. An-Nisaa’: 108)

 Demikian makna yang diriwayatkan Ibnu Ishaq, dari Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas. Ada pula yang mengatakan: “Artinya bahwa jika orang munafik itu menampakkan keislaman di hadapan manusia ia bersumpah dan mempersaksikan Allah kepada mereka (para manusia) bahwa apa yang ada di dalam hatinya sesuai dengan ucapannya. Makna seperti ini benar dikemukakan oleh Abdur Rahman bin Zaid bin Aslam, dan menjadi pilihan Ibnu Jarir dan disandarkan kepada Ibnu Abbas dari Mujahid. Wallahu a’lam. Ibnu Abbas, Anas bin Malik, Said bin al-Musayyab, Abu Utsman an-Nahdhi, Ikrimah, dan segolongan orang mengatakan, “Ayat itu turun berkenaan dengan Shuhaib bin Sinan ar-Rumi.” Ibnu Mardawaih meriwayatkan dari Abu Utsman an-Nahdhi, dari Shuhaib, katanya, “Ketika aku bermaksud hijrah dari Makkah kepada Nabi saw, orang-orang Quraisy berkata kepadaku, ‘Hai Shuhaib, kamu datang kepada kami dengan tidak membawa harta kekayaan, dan sekarang kamu akan pergi dengan membawa harta kekayaanmu.

Demi Allah hal itu tidak boleh terjadi sama sekali.’” Hamad bin Salamah meriwayatkan, dari Ali bin Zaid, dari Sa’id bin al-Musayyab, katanya: “Shuhaib berangkat hijrah menuju Nabi saw, lalu diikuti oleh beberapa orang Quraisy, maka ia pun turun dari kendaraannya dan mengeluarkan apa yang berada di dalam tempat anak panahnya, kemudian berujar, “Hai orang-orang Quraisy, kalian tahu bahwa aku adalah orang yang pandai memanah di antara kalian, sedang kalian, demi Allah, kalian tidak akan sampai kepadaku kecuali aku akan melemparkan semua anak panah yang ada di dalam tempatnya ini, dan membuang pedangku ini sehingga tiada yang tersisa sedikit pun padaku. Maka lakukan apa yang kalian kehendaki. Tetapi jika kalian mau, akan kutunjukkan kepada kalian harta dan simpananku di Makkah, tetapi kalian harus membebaskan jalanku.” Maka mereka pun menjawab, “Mau.” Dan ketika sampai kepada Nabi saw, beliau bersabda, “Beruntunglah Shuhaib.” Maka turunlah ayat: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi wallaaHu ra-uufum bil ‘ibaad (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.”) Tetapi kebanyakan ulama memahami bahwa ayat tersebut turun ditujukan bagi setiap orang yang berjuang di jalan Allah Ta’ala, sebagaimana Dia telah berfirman yang artinya: “Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin, diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah, lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan al-Qur’an. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar.” (QS. At-Taubah: 111) Dan ketika Hisyam bin Amir maju menyerang ke tengah-tengah barisan musuh, sebagian orang menentangnya, sedangkan Umar bin al-Khatthab, Abu Hurairah, dan yang lainnya membantah tindakan mereka itu seraya membacakan ayat ini: wa minan naasi may yasy-rii nafsaHubtighaa-a mardlaatillaaHi wallaaHu ra-uufum bil ‘ibaad (“Dan di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah. Dan Allah Mahapenyantun kepada hamba-hamba-Nya.”)

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN