TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH BAQARAH 208-213
BIS-MIL-LAHI-RAHMANIR-RAHIM''
208.Yaaa – ‘ayyu – hal – laziiiina ‘aamanud – Khuluu fis –Silmi kaaafaah; wa laa tat – tabi – ‘uu khutwaatish – Shaytaan. ‘Innahuu lakum ‘aduw – wum – mubiin. 209.Fa – ‘in – zalaltum – mim – ba' – di maa jaaa – ‘atkumul – Bayyinaatu fa – ‘lamuuu ‘annallaaha ‘Aziizun – Hakiim. 210.Hal yanzuruuna ‘illaaa ‘any – ya' – tiya – humullaahu fii zulalim – minal gha – maami wal – malaaa – ‘ ikatu wa qudiyal – ‘amr? Wa ‘ilallaahi turja – ‘ul – ‘umuur. 211.Sal Baniii – ‘Is – raaa – ‘iila kam ‘aataynaahum – min ‘Aayatim – bayyinah. Wa many – yubaddil ni' – matallaahi mim – ba' di maa jaaa – ‘at – hu fa –‘in – nallaaha Shadi – idul – ‘iqaab. 212.Zuyyina lillaziina kafarul – hayaatud – dunyaa wa yas – kharuuna minallaziina ‘aamanuu. Walla – ziinat taqaw fawqahum Yawmal – Qiyaamah. Wal – laahu yarzuqu many – yashaaa – ‘u bi ghayri hisaab. 213.Kaanan – naasu ‘ummatanw – waahi – dah; faba –‘asal- laahun – nabiyiina Mubash – shiriina wa Munziriin: wa ‘an zala ma –‘ahmumul – Kitaaba bil – haaqi li- yahkuma baynan – naasi fiimakh – talafuu fiih. Wa makhtalafa fiihi ‘illallaziina ‘uutuuhu mim – ba' – dimaajaaa – ‘at – humul- bayyinaatu baghyam – baynahum. Fadadallaa – hullaziina ‘aama – nuu li – makh talafuu fiihi minal – Haqqi bi – ‘iznih. Wallaahu yahdii many – yashaaa – ‘u ‘ilaa Siraatim Mustaqiim. “
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 208) Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah: 209)“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (QS. Al-Baqarah: 210)“Tanyakanlah kepada Bani Israil: ‘Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka.’ Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Baqarah: 211) Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah: 212)“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. 2:213)
Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abu al-Aliyah, dan Rabi’ bin Anas, “Yakni ketaatan.” Qatadah juga mengatakan: “Yaitu perdamaian.” Dan firman-Nya: kaaffatan; Ibnu Abbas, Mujahid, Abu al-Aliyah, Ikrimah, Rabi’ bin Anas, as-Suddi, Muqatil bin Hayyan, Qatadah, dan adh-Dhahhak mengatakan: “kaaffatan” berarti jami’an (keseluruhan).” Mujahid menuturkan: “Artinya, kerjakanlah semua amal shalih dan segala macam kebajikan.” Di antara para mufassir ada yang menjadikan firman Allah: “kaaffatan” berkedudukan sebagai haal (yang menerangkan keadaan) dari orang-orang yang masuk. Maksudnya, masuklah kalian semua ke dalam Islam. Dan yang benar adalah pendapat pertama, yaitu bahwa mereka seluruhnya diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam, yang jumlahnya sangat banyak, sesuai dengan kemampuan mereka.Muthraf berkata: “Hamba Allah yang paling lihai menipu hamba-hamba-Nya yang lain adalah syaitan.”Muhammad bin Ishak mengemukakan: “Yang Mahaperkasa dalam pertolongan-Nya dari orang-orang yang kafir kepada-Nya, jika ia menghendaki, dan Mahabijaksana dalam alasan dan dalih-Nya kepada para hamba-Nya.” Yakni pada hari kiamat nanti di saat diputuskan semua perkara seluruh umat manusia dari awal sampai akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat balasan yang setimpal dari amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik pula; jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dalam bab ini menuturkan sebuah hadis mengenai As-sur (sangkakala) yang cukup panjang mulai dari permulaannya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. Hadis ini cukup terkenal dan diketengahkan oleh banyak pemilik kitab musnad dan lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan seperti berikut: Bahwa umat manusia di saat mengalami kesusahan di padang mahsyar, mereka meminta syafaat kepada Tuhannya melalui para nabi seorang demi seorang, mulai dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu mengelakkan dirinya dari memohon syafaat tersebut, hingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka datang kepadanya, maka beliau Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya yang dapat memohonkan syafaat. Lalu Nabi Saw. berangkat dan bersujud kepada Allah di bawah Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi Allah agar Dia berkenan datang untuk memutuskan peradilan di antara semua hamba-Nya. Maka Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para malaikat dan roh. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci Tuhan yang memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya." Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih dalam bab ini mengetengahkan banyak hadis yang di dalamnya terkandung hal-hal yang aneh.
Antara lain ialah apa yang diriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: "يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ" Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ata ibnu Miqdam, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Abdul Jalil Al-Qaisi menceritakan asar berikut dari Abdullah ibnu Amr ,, Diriwayatkan bahwa dalam hadits shahih disebutkan: “Turun dua malaikat pada tiap pagi dari langit, yang satu berdo’a: ‘Ya Allah, berikanlah pada orang dermawan ganti (dari harta yang diinfakkannya)’. Dan yang lainnya berdo’a: ‘Ya Allah, berilah pada orang kikir kerusakan (dalam hartanya)’” Dan diriwayatkan dalam hadits shahih disebutkan: “Manusia berkata, Hartaku, hartaku, adakah bagimu dari hartamu kecuali apa yang engkau makan lalu lenyap, dan apa yang engkau pakai lalu hancur, dan apa yang engkau sedekahkan kemudian berlalu dan selain dari itu akan lenyap dan ditinggalkan untuk orang lain.” Dalam kitab al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dari Nabi beliau bersabda: “Dunia ini adalah tempat tinggal orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, harta kekayaan bagi orang yang tidak mempunyai harta kekayaan, dan untuknya orang yang tidak berakal mengumpulkan.” (HR. Ahmad; Dha’if: Didha’ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha’iiful Jaami’ [3012])
kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan sebuah hadis, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: «الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لا عقل له» Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak memiliki harta, dan untuk dunialah orang yang tak berakal menghimpunnya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Antara Nuh as. dan Adam as. itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syari’at Allah swt. Kemudian terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.” Sehubungan dengan firman Allah: kaanan naasu ummataw waahidatan (“Manusia itu adalah umat yang satu”) Abdur Razzak berkata: Mu’ammar memberitahukan kami, dari Qatadah, ia mengemukakan: “Mereka semua dalam petunjuk, kemudian mereka pun berselisih; fa ba’atsallaaHun nabiyyiina (“Maka Allah mengutus para Nabi”) nabi yang pertama kali diutus adalah Nabi Nuh as. Hal senada juga dikemukakan oleh Mujahid sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas di atas. Mereka juga berselisih mengenai Ibrahim as, orang-orang Yahudi mengatakan: “Ibrahim adalah seorang Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan: “Ibrahim itu adalah seorang Nasrani.” Padahal Allah swt. telah menjadikannya seorang yang hanif (lurus, condong kepada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah. Kemudian Allah swt. memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai kebanaran tentang din Ibrahim tersebut. Mereka juga berselisih tentang Isa as, orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Padahal Allah telah menciptakannya dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya. Kemudian dia memberikan petunjuk kepada umat Muhammad kebenaran mengenai hal tersebut.
Dalam kitab shahih al-Bukhari dan shabib Muslim diriwayatkan hadits dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah jika bangun malam dan mengerjakan.shalat, beliau mengucapkan: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan di antara hamba-hamba-Mu, tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berdoa: AllaaHuma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa’aHu, wa arinal baathila baathilan warzuqnajtinaabaHu, wa laa taj’alHu multabisan ‘alainaa fana-dlilla, waj’alnaa lil muttaqiina imaaman (“Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan karuniakan kepada kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang bathil itu bathil, dan karuniakan kepada kami untuk dapat menghindarinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”)
SURAH BAQARAH 208-213
BIS-MIL-LAHI-RAHMANIR-RAHIM''
208.Yaaa – ‘ayyu – hal – laziiiina ‘aamanud – Khuluu fis –Silmi kaaafaah; wa laa tat – tabi – ‘uu khutwaatish – Shaytaan. ‘Innahuu lakum ‘aduw – wum – mubiin. 209.Fa – ‘in – zalaltum – mim – ba' – di maa jaaa – ‘atkumul – Bayyinaatu fa – ‘lamuuu ‘annallaaha ‘Aziizun – Hakiim. 210.Hal yanzuruuna ‘illaaa ‘any – ya' – tiya – humullaahu fii zulalim – minal gha – maami wal – malaaa – ‘ ikatu wa qudiyal – ‘amr? Wa ‘ilallaahi turja – ‘ul – ‘umuur. 211.Sal Baniii – ‘Is – raaa – ‘iila kam ‘aataynaahum – min ‘Aayatim – bayyinah. Wa many – yubaddil ni' – matallaahi mim – ba' di maa jaaa – ‘at – hu fa –‘in – nallaaha Shadi – idul – ‘iqaab. 212.Zuyyina lillaziina kafarul – hayaatud – dunyaa wa yas – kharuuna minallaziina ‘aamanuu. Walla – ziinat taqaw fawqahum Yawmal – Qiyaamah. Wal – laahu yarzuqu many – yashaaa – ‘u bi ghayri hisaab. 213.Kaanan – naasu ‘ummatanw – waahi – dah; faba –‘asal- laahun – nabiyiina Mubash – shiriina wa Munziriin: wa ‘an zala ma –‘ahmumul – Kitaaba bil – haaqi li- yahkuma baynan – naasi fiimakh – talafuu fiih. Wa makhtalafa fiihi ‘illallaziina ‘uutuuhu mim – ba' – dimaajaaa – ‘at – humul- bayyinaatu baghyam – baynahum. Fadadallaa – hullaziina ‘aama – nuu li – makh talafuu fiihi minal – Haqqi bi – ‘iznih. Wallaahu yahdii many – yashaaa – ‘u ‘ilaa Siraatim Mustaqiim. “
Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhannya, dan janganlah kamu turuti langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu. (QS. Al-Baqarah: 208) Tetapi jika kamu menyimpang (dari jalan Allah) sesudah datang kepadamu bukti-bukti kebenaran, maka ketahuilah, bahwasanya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana. (QS. Al-Baqarah: 209)“Tiada yang mereka nanti-nantikan melainkan datangnya Allah dan malaikat (pada hari kiamat) dalam naungan awan, dan diputuskanlah perkaranya. Dan hanya kepada Allah dikembalikan segala urusan.” (QS. Al-Baqarah: 210)“Tanyakanlah kepada Bani Israil: ‘Berapa banyaknya tanda-tanda (kebenaran) yang nyata, yang telah Kami berikan kepada mereka.’ Dan barangsiapa yang menukar nikmat Allah setelah datang nikmat itu kepadanya, maka sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya. (QS. Al-Baqarah: 211) Kehidupan dunia dijadikan indah dalam pandangan orang-orang kafir, dan mereka memandang hina orang-orang yang beriman. Padahal orang-orang yang bertakwa itu lebih mulia daripada mereka di hari Kiamat. Dan Allah memberi rizki kepada orang-orang yang dikehendaki-Nya tanpa batas.” (QS. Al-Baqarah: 212)“Manusia itu adalah umat yang satu. (Setelah timbul perselisihan), maka Allah mengutus para nabi sebagai pemberi kabar gembira dan pemberi peringatan, dan Allah menurunkan bersama mereka Kitab dengan benar, untuk memberi keputusan di antara manusia tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tidaklah berselisih tentang Kitab itu melainkan orang yang telah didatangkan kepada mereka Kitab, yaitu setelah datang kepada mereka keterangan-keterangan yang nyata, karena dengki antara mereka sendiri. Maka Allah memberi petunjuk orang-orang yang beriman kepada kebenaran tentang hal yang mereka perselisihkan itu dengan kehendak-Nya. Dan Allah selalu memberi petunjuk orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus.” (QS. 2:213)
Adh-Dhahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas, Abu al-Aliyah, dan Rabi’ bin Anas, “Yakni ketaatan.” Qatadah juga mengatakan: “Yaitu perdamaian.” Dan firman-Nya: kaaffatan; Ibnu Abbas, Mujahid, Abu al-Aliyah, Ikrimah, Rabi’ bin Anas, as-Suddi, Muqatil bin Hayyan, Qatadah, dan adh-Dhahhak mengatakan: “kaaffatan” berarti jami’an (keseluruhan).” Mujahid menuturkan: “Artinya, kerjakanlah semua amal shalih dan segala macam kebajikan.” Di antara para mufassir ada yang menjadikan firman Allah: “kaaffatan” berkedudukan sebagai haal (yang menerangkan keadaan) dari orang-orang yang masuk. Maksudnya, masuklah kalian semua ke dalam Islam. Dan yang benar adalah pendapat pertama, yaitu bahwa mereka seluruhnya diperintahkan untuk mengerjakan semua cabang iman dan syari’at Islam, yang jumlahnya sangat banyak, sesuai dengan kemampuan mereka.Muthraf berkata: “Hamba Allah yang paling lihai menipu hamba-hamba-Nya yang lain adalah syaitan.”Muhammad bin Ishak mengemukakan: “Yang Mahaperkasa dalam pertolongan-Nya dari orang-orang yang kafir kepada-Nya, jika ia menghendaki, dan Mahabijaksana dalam alasan dan dalih-Nya kepada para hamba-Nya.” Yakni pada hari kiamat nanti di saat diputuskan semua perkara seluruh umat manusia dari awal sampai akhirnya, lalu setiap orang yang beramal mendapat balasan yang setimpal dari amal perbuatannya. Jika amalnya baik, maka balasannya baik pula; jika amalnya buruk, maka balasannya buruk pula.
Imam Abu Ja'far ibnu Jarir dalam bab ini menuturkan sebuah hadis mengenai As-sur (sangkakala) yang cukup panjang mulai dari permulaannya, dari Abu Hurairah, dari Rasulullah Saw. Hadis ini cukup terkenal dan diketengahkan oleh banyak pemilik kitab musnad dan lain-lainnya. Antara lain di dalamnya disebutkan seperti berikut: Bahwa umat manusia di saat mengalami kesusahan di padang mahsyar, mereka meminta syafaat kepada Tuhannya melalui para nabi seorang demi seorang, mulai dari Nabi Adam sampai nabi-nabi yang sesudahnya. Tetapi nabi-nabi itu mengelakkan dirinya dari memohon syafaat tersebut, hingga sampailah mereka kepada Nabi Muhammad Saw. Ketika mereka datang kepadanya, maka beliau Saw. bersabda: Akulah orangnya, akulah orangnya yang dapat memohonkan syafaat. Lalu Nabi Saw. berangkat dan bersujud kepada Allah di bawah Arasy, dan beliau meminta syafaat dari sisi Allah agar Dia berkenan datang untuk memutuskan peradilan di antara semua hamba-Nya. Maka Allah memberi izin kepadanya untuk memberi syafaat. Lalu Allah datang dalam naungan awan sesudah langit dunia terbelah dan semua malaikat yang ada padanya turun; kemudian langit kedua, dan langit ketiga hingga langit ketujuh terbelah pula. Para malaikat penyangga Arasy dan malaikat Karubiyyun turun. Kemudian Allah Yang Mahaperkasa turun dalam naungan awan dan para malaikat yang terdengar gemuruh suara tasbih mereka seraya mengucapkan, "Mahasuci Allah yang mempunyai kerajaan dunia dan kerajaan langit. Mahasuci Allah yang memiliki segala keagungan dan keperkasaan. Mahasuci Allah Yang Mahahidup dan tak pernah mati. Mahasuci Allah yang mematikan semua makhluk, sedangkan Dia tidak mati. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan para malaikat dan roh. Mahasuci lagi Mahakudus Tuhan kami Yang Mahatinggi. Mahasuci Tuhan yang memiliki kekuasaan dan keagungan. Mahasuci Allah selama-lamanya." Al-Hafiz Abu Bakar ibnu Murdawaih dalam bab ini mengetengahkan banyak hadis yang di dalamnya terkandung hal-hal yang aneh.
Antara lain ialah apa yang diriwayatkannya melalui hadis Al-Minhal ibnu Amr, dari Abu Ubaidah ibnu Abdullah ibnu Maisarah, dari Masruq, dari Ibnu Mas'ud, dari Nabi Saw. yang telah bersabda: "يَجْمَعُ اللَّهُ الْأَوَّلِينَ وَالْآخَرِينَ لِمِيقَاتِ يَوْمٍ مَعْلُومٍ، قِيَامًا شَاخِصَةً أَبْصَارُهُمْ إِلَى السَّمَاءِ، يَنْتَظِرُونَ فَصْل الْقَضَاءِ، وَيَنْزِلُ اللَّهُ فِي ظُلَل مِنَ الْغَمَامِ مِنَ الْعَرْشِ إِلَى الْكُرْسِيِّ" Allah menghimpunkan orang-orang yang pertama dan orang-orang yang terakhir di suatu tempat pada hari yang telah dimaklumi, semua orang mengarahkan pandangannya ke langit menunggu-nunggu keputusan peradilan. Lalu Allah turun dalam naungan awan dari Arasy sampai ke Al-Kursi. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Zar'ah, telah menceritakan kepada kami Abu Bakar ibnu Ata ibnu Miqdam, telah menceritakan kepada kami Mu'tamir ibnu Sulaiman, bahwa ia pernah mendengar Abdul Jalil Al-Qaisi menceritakan asar berikut dari Abdullah ibnu Amr ,, Diriwayatkan bahwa dalam hadits shahih disebutkan: “Turun dua malaikat pada tiap pagi dari langit, yang satu berdo’a: ‘Ya Allah, berikanlah pada orang dermawan ganti (dari harta yang diinfakkannya)’. Dan yang lainnya berdo’a: ‘Ya Allah, berilah pada orang kikir kerusakan (dalam hartanya)’” Dan diriwayatkan dalam hadits shahih disebutkan: “Manusia berkata, Hartaku, hartaku, adakah bagimu dari hartamu kecuali apa yang engkau makan lalu lenyap, dan apa yang engkau pakai lalu hancur, dan apa yang engkau sedekahkan kemudian berlalu dan selain dari itu akan lenyap dan ditinggalkan untuk orang lain.” Dalam kitab al-Musnad, Imam Ahmad meriwayatkan dari Nabi beliau bersabda: “Dunia ini adalah tempat tinggal orang yang tidak mempunyai tempat tinggal, harta kekayaan bagi orang yang tidak mempunyai harta kekayaan, dan untuknya orang yang tidak berakal mengumpulkan.” (HR. Ahmad; Dha’if: Didha’ifkan oleh Syaikh al-Albani dalam kitab Dha’iiful Jaami’ [3012])
kitab Musnad Imam Ahmad disebutkan sebuah hadis, bahwa Nabi Saw. pernah bersabda: «الدُّنْيَا دَارُ مَنْ لَا دَارَ لَهُ، وَمَالُ مَنْ لَا مَالَ لَهُ، وَلَهَا يَجْمَعُ مَنْ لا عقل له» Dunia adalah rumah bagi orang yang tidak mempunyai rumah, dan harta bagi orang yang tidak memiliki harta, dan untuk dunialah orang yang tak berakal menghimpunnya. Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, ia mengatakan: “Antara Nuh as. dan Adam as. itu berselang sepuluh generasi, semuanya berpegang pada syari’at Allah swt. Kemudian terjadilah perselisihan di antara mereka, lalu Allah Ta’ala mengutus para Nabi yang menyampaikan kabar gembira dan memberi peringatan.” Sehubungan dengan firman Allah: kaanan naasu ummataw waahidatan (“Manusia itu adalah umat yang satu”) Abdur Razzak berkata: Mu’ammar memberitahukan kami, dari Qatadah, ia mengemukakan: “Mereka semua dalam petunjuk, kemudian mereka pun berselisih; fa ba’atsallaaHun nabiyyiina (“Maka Allah mengutus para Nabi”) nabi yang pertama kali diutus adalah Nabi Nuh as. Hal senada juga dikemukakan oleh Mujahid sebagaimana dikemukakan oleh Ibnu Abbas di atas. Mereka juga berselisih mengenai Ibrahim as, orang-orang Yahudi mengatakan: “Ibrahim adalah seorang Yahudi.” Sedangkan orang-orang Nasrani mengatakan: “Ibrahim itu adalah seorang Nasrani.” Padahal Allah swt. telah menjadikannya seorang yang hanif (lurus, condong kepada kebenaran) lagi berserah diri kepada Allah. Kemudian Allah swt. memberikan petunjuk kepada umat Muhammad mengenai kebanaran tentang din Ibrahim tersebut. Mereka juga berselisih tentang Isa as, orang-orang Yahudi mendustakannya dan mereka menuduh ibunya, Maryam, berbuat zina. Sedangkan orang-orang Nasrani menjadikannya sebagai sesembahan dan anak Tuhan. Padahal Allah telah menciptakannya dengan kalimat-Nya dan ditiupkan ruh dari-Nya. Kemudian dia memberikan petunjuk kepada umat Muhammad kebenaran mengenai hal tersebut.
Dalam kitab shahih al-Bukhari dan shabib Muslim diriwayatkan hadits dari Aisyah radhiallahu ‘anha, bahwa Rasulullah jika bangun malam dan mengerjakan.shalat, beliau mengucapkan: “Ya Allah, Rabb Jibril, Mikail, dan Israfil, pencipta langit dan bumi, yang mengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, Engkau yang memberikan putusan di antara hamba-hamba-Mu, tentang perkara yang mereka perselisihkan. Tunjukkanlah kepadaku kebenaran dari apa yang mereka perselisihkan itu dengan izin-Mu. Sesungguhnya Engkau memberikan petunjuk kepada siapa yang Engkau kehendaki ke jalan yang lurus.” Dan diriwayatkan bahwa Rasulullah saw. berdoa: AllaaHuma arinal haqqa haqqan warzuqnat tibaa’aHu, wa arinal baathila baathilan warzuqnajtinaabaHu, wa laa taj’alHu multabisan ‘alainaa fana-dlilla, waj’alnaa lil muttaqiina imaaman (“Ya Allah, perlihatkanlah kepada kami yang benar itu benar dan karuniakan kepada kami untuk dapat mengikutinya. Dan perlihatkanlah kepada kami yang bathil itu bathil, dan karuniakan kepada kami untuk dapat menghindarinya. Janganlah Engkau menjadikannya samar di hadapan kami sehingga kami tersesat. Dan jadikanlah kami pemimpin bagi orang-orang yang bertakwa.”)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan