Ahad, 23 September 2018

AYAT 100-107


TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK'
 SURAH HUD 100-107
 Bismillahirahmanirahim'100. dzaalika min anbaa-i alquraa naqushshuhu ‘alayka minhaa qaa-imun wahashiidun 101. wamaa zhalamnaahum walaakin zhalamuu anfusahum famaa aghnat ‘anhum aalihatuhumu allatii yad’uuna min duuni allaahi min syay-in lammaa jaa-a amru rabbika wamaa zaaduuhum ghayra tatbiibi 102. wakadzaalika akhdzu rabbika idzaa akhadza alquraa wahiya zhaalimatun inna akhdzahu aliimun syadiidun 103. inna fii dzaalika laaayatan liman khaafa ‘adzaaba al-aakhirati dzaalika yawmun majmuu’un lahu alnnaasu wadzaalika yawmun masyhuudun 104. wamaa nu-akhkhiruhu illaa li-ajalin ma’duudin 105. yawma ya/ti laa takallamu nafsun illaa bi-idznihi faminhum syaqiyyun wasa’iidin 106. fa-ammaa alladziina syaquu fafii alnnaari lahum fiihaa zafiirun wasyahiiqun 107. khaalidiina fiihaa maa daamati alssamaawaatu waal-ardhu illaa maa syaa-a rabbuka inna rabbaka fa”aalun limaa yuriidu.

Ayat 98-108 meneruskan ayat sebelumnya terkiat Fir’aun dan para pengikut setianya. Pada hari kiamat nanti, Fur’aun akan menggiring mereka masuk neraka. Duhai malangnya Fir’aun, para petinggi dan para pengikut setianya. Di dunia mendapat azab dan laknat Allah, sedangkan di akhirat masuk neraka. Ayat-ayat tersebut juga menjelaskan beberapa sistem kehidupan yang Allah tetapkan untuk manusia: Para pemimpin kekafiran akan dimasukkan Allah ke neraka lebih dahulu sebelum para pengikut mereka. Mereka mendapatkan azab di dunia dan akhirat. Allah menghilangkan sebagian fakta sejarah umat yang diazab dan dimusnahkan-Nya dan sebagian lainnya dibiarkan tetap ada agar menjadi pelajaran bagi manusia-manusia setelah mereka. Allah sama sekali tidak menzalimi manusia, melainkan merekalah yang menzalimi diri sendiri dengan menjauh dan membangkang terhadap sistem hidup yang Allah ciptakan untuk mereka. Bila pembangkangan dan kekufuran suatu kaum kepada Allah dan rasul-Nya sudah melampaui batas, maka Allah akan menindak mereka dengan azab yang sangat mengerikan sehingga mereka bisa musnah semuanya dari atas bumi. Tujuannya agar menjadi pelajaran bagi orang-orang yang berharap surga-Nya. Tempat kembali di akhirat hanya dua: Surga atau Neraka dan sifatnya kekal. Hud,

 ayat 100-107{ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى نَقُصُّهُ عَلَيْكَ مِنْهَا قَائِمٌ وَحَصِيدٌ (100) وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ الَّتِي يَدْعُونَ مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ لَمَّا جَاءَ أَمْرُ رَبِّكَ وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ (101) } .وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ (102{إِنَّ فِي ذَلِكَ لآيَةً لِمَنْ خَافَ عَذَابَ الآخِرَةِ ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ (103) وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ (104) يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ (105) } {فَأَمَّا الَّذِينَ شَقُوا فَفِي النَّارِ لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ (106) خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ إِلا مَا شَاءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ (107) }

Hingga akhir ayat. Setelah Allah Swt. menceritakan kisah para nabi dan apa yang terjadi dengan mereka bersama umatnya masing-masing, lalu disebutkan bagaimana Allah membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan orang-orang mukmin. Maka Allah Swt. berfirman: {ذَلِكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْقُرَى} Itu adalah sebagian dari berita-berita negeri (yang telah dibinasa­kan). (Hud: 100) Yakni kisah-kisah penduduknya. {نَقُصُّهُ عَلَيْكَ مِنْهَا قَائِمٌ} yang Kami ceritakan kepadamu (Muhammad); di antara negeri-negeri itu ada yang masih kedapatan bekas-bekasnya. (Hud: 100) Maksudnya, masih terdapat reruntuhan-reruntuhannya. {وَحَصِيدٌ} dan ada (pula) yang telah musnah. (Hud: 100) Yaitu hancur dan binasa tanpa bekas. {وَمَا ظَلَمْنَاهُمْ} Dan Kami tidaklah menganiaya mereka. (Hud: 101) saat Kami binasakan mereka. {وَلَكِنْ ظَلَمُوا أَنْفُسَهُمْ} tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri. (Hud: 101) karena mereka mendustakan dan kafir kepada rasul-rasul Kami. {فَمَا أَغْنَتْ عَنْهُمْ آلِهَتُهُمُ} Karena itu, tiadalah bermanfaat bagi mereka tuhan-tuhan mereka. (Hud: 101)

Yakni berhala-berhala mereka yang mereka sembah dan mereka seru. {مِنْ دُونِ اللَّهِ مِنْ شَيْءٍ} selain dari Allah, barang sedikit pun. (Hud: 101) Sembahan-sembahan mereka itu tidak dapat memberikan sesuatu manfaat pun kepada mereka, tidak pula dapat menyelamatkan mereka dari kebinasaan. {وَمَا زَادُوهُمْ غَيْرَ تَتْبِيبٍ} Dan sembahan-sembahan itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali kebinasaan belaka. (Hud: 101) Mujahid, Qatadah, dan lain-lainnya mengatakan bahwa makna yang dimaksud ialah kecuali kerugian belaka. Dikatakan demikian karena penyebab kebinasaan dan kehancuran mereka tiada lain karena mereka mengikuti sembahan-sembahan itu. Untuk itulah mereka dikatakan merugi di dunia dan akhiratnya. ) } Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. Allah Swt. berfirman, "Sebagaimana Kami telah membinasakan umat-umat terdahulu yang telah berbuat aniaya lagi mendustakan rasul-rasul Kami, maka Kami pun melakukan hal yang serupa terhadap orang-orang yang sama dengan mereka." {إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ} Sesungguhnya azab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras. (Hud: 102)

Di dalam kitab Sahihain disebutkan dari Abu Musa r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. pernah bersabda: "إِنَّ اللَّهَ ليُملي لِلظَّالِمِ، حَتَّى إِذَا أَخَذَهُ لَمْ يُفلته"، ثُمَّ قَرَأَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: {وَكَذَلِكَ أَخْذُ رَبِّكَ إِذَا أَخَذَ الْقُرَى وَهِيَ ظَالِمَةٌ إِنَّ أَخْذَهُ أَلِيمٌ شَدِيدٌ} Sesungguhnya Allah benar-benar mencatat (dosa orang) yang zalim; hingga manakala Dia mengazab-Nya, maka tidak akan dapat menyelamatkan dirinya dari azab Allah. Kemudian Rasulullah Saw. membacakan firman-Nya: Dan begitulah azab Tuhanmu, apabila Dia mengazab penduduk negeri-negeri yang berbuat zalim. (Hud: 102),

Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang takut kepada azab akhirat. Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpul­kan untuk (menghadapi)nya, dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). Dan Kami tiadalah mengundur­kannya, melainkan sampai waktu yang tertentu.

Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya, maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. Allah Swt. berfirman, "Sesungguhnya dalam pembinasaan Kami terhadap orang-orang kafir dan penyelamatan Kami terhadap orang-orang mukmin." لآيَةً benar-benar terdapat tanda. (Hud: 103) Yakni pelajaran dan nasihat yang menunjukkan kebenaran ancaman Kami kelak di hari kemudian. Allah Swt. berfirman: {إِنَّا لَنَنْصُرُ رُسُلَنَا وَالَّذِينَ آمَنُوا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَيَوْمَ يَقُومُ الأشْهَادُ} Sesungguhnya Kami menolong rasul-rasul Kami dan orang-orang yang beriman dalam kehidupan dunia dan pada hari berdirinya saksi-saksi (hari kiamat). (Al-Mu’min: 51)

{فَأَوْحَى إِلَيْهِمْ رَبُّهُمْ لَنُهْلِكَنَّ الظَّالِمِينَ} Maka Tuhan mewahyukan kepada mereka, "Kami pasti akan membinasakan orang-orang yang zalim itu.” (Ibrahim: 13), hingga akhir ayat. Adapun firman Allah Swt.: {ذَلِكَ يَوْمٌ مَجْمُوعٌ لَهُ النَّاسُ} Hari kiamat itu adalah suatu hari yang semua manusia dikumpul­kan untuk (menghadapi)nya. (Hud: 103) Maksudnya, dari yang pertama hingga yang paling akhir dari mereka semuanya dihimpunkan pada hari itu. Ayat ini semakna dengan ayat lainnya, yaitu: {وَحَشَرْنَاهُمْ فَلَمْ نُغَادِرْ مِنْهُمْ أَحَدًا} dan Kami kumpulkan seluruh manusia, dan tidak Kami tinggalkan seorang pun dari mereka. (Al-Kahfi: 47) *******************

Firman Allah Swt.: {وَذَلِكَ يَوْمٌ مَشْهُودٌ} dan hari itu adalah suatu hari yang disaksikan (oleh segala makhluk). (Hud: 103) Yakni hari yang sangat besar, dihadiri oleh para malaikat; pada hari itu berkumpul pula para rasul, dan semua makhluk yang terdiri atas jin, manusia, burung-burung, binatang-binatang liar serta semua binatang ternak dihimpunkan. Lalu pada hari itu Tuhan Yang Mahaadil menjalankan hukum-Nya tanpa berbuat aniaya barang seberat zarrah pun; jika amal perbuatan berupa suatu kebaikan, maka Dia melipatgandakan pahalanya. Firman Allah Swt.: {وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ} Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)

Artinya, tidak sekali-kali Kami mengundurkan terjadinya hari kiamat melainkan karena telah ditetapkan oleh Allah dalam takdir-Nya yang terdahulu tentang keberadaan sejumlah manusia dari keturunan anak Adam, dan telah ditetapkan-Nya masa tertentu bagi mereka. Apabila masa itu telah mereka lalui dan keberadaan mereka di dunia telah terpenuhi menurut takdir-Nya, maka barulah hari kiamat terjadi. Karena itulah dalam firman-Nya disebutkan: {وَمَا نُؤَخِّرُهُ إِلا لأجَلٍ مَعْدُودٍ} Dan Kami tiadalah mengundurkannya, melainkan sampai waktu yang tertentu. (Hud: 104)

 Yaitu sampai waktu yang tertentu, tidak ditambahi dan tidak dikurangi. {يَوْمَ يَأْتِ لَا تَكَلَّمُ نَفْسٌ إِلا بِإِذْنِهِ} Di kala datang hari itu, tidak ada seorang pun yang berbicara, melainkan dengan izin-Nya. (Hud: 105) Pada waktu hari kiamat terjadi, tiada seorang pun yang berbicara melainkan dengan seizin Allah. Ayat ini semakna dengan ayat lain yang disebutkan melalui firman-Nya: {لَا يَتَكَلَّمُونَ إِلا مَنْ أَذِنَ لَهُ الرَّحْمَنُ وَقَالَ صَوَابًا} mereka tidak berkata-kata, kecuali siapa yang telah diberi izin kepadanya oleh Tuhan Yang Maha Pemurah; dan ia mengucap­kan kata yang benar. (An-Naba: 38) {وَخَشَعَتِ الأصْوَاتُ لِلرَّحْمَنِ فَلا تَسْمَعُ إِلا هَمْسًا} dan merendahlah semua suara kepada Tuhan Yang Maha Pemurah. (Thaha: 108),

 hingga akhir ayat. Di dalam hadis Sahihain mengenai syafaat disebutkan: "وَلَا يَتَكَلَّمُ يَوْمَئِذٍ إِلَّا الرُّسُلُ، وَدَعْوَى الرُّسُلِ يَوْمَئِذٍ: اللهُم سَلّم سَلِّمْ Pada hari itu seorang pun yang berbicara selain para rasul, dan doa para rasul pada hari itu ialah, "Ya Allah, selamat­kanlah selamatkanlah.” *******************

 Firman Allah Swt.: {فَمِنْهُمْ شَقِيٌّ وَسَعِيدٌ} maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105) Artinya, di antara mereka yang dihimpunkan pada hari perhimpunan itu ada yang celaka, ada pula yang berbahagia; perihalnya sama dengan yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: {فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ} Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (Asy-Syura: 7)

Al-Hafiz Abu Ya'la di dalam kitab Musnad-nya mengatakan bahwa telah menceritakan kepada kami Musa ibnu Hissan, telah menceritakan kepada kami Abdul Malik ibnu Amr, telah menceritakan kepada kami Sulaiman Abu Sufyan, telah menceritakan kepada kami Abdullah ibnu Dinar, dari Ibnu Umar, dari Umar yang mengatakan bahwa ketika ayat berikut diturunkan: maka di antara mereka ada yang celaka dan ada yang berbahagia. (Hud: 105)

Ia bertanya kepada Nabi Saw., "Wahai Rasulullah, apakah yang harus kita kerjakan? Apakah yang kita kerjakan adalah sesuatu yang telah dirampungkan, ataukah sesuatu yang belum dirampungkan?" Rasulullah Saw. menjawab: "عَلَى شَيْءٍ قَدْ فُرِغَ مِنْهُ يا عمر وجرت به الأقلام، وَلَكِنْ كُلٌّ مُيَسَّرٌ لِمَا خُلِقَ لَهُ" Hai Umar, hal yang kita kerjakan adalah sesuatu yang telah dirampungkan dan telah dicatat oleh qalam (pena) takdir, tetapi tiap-tiap orang diciptakan sesuai dengan bakatnya masing-masing. Kemudian Allah Swt. menjelaskan keadaan orang-orang yang celaka dan orang-orang yang berbahagia. Untuk itu, Allah Swt. berfirman:

 Adapun orang-orang yang celaka, maka (tempatnya) di dalam neraka, di dalamnya mereka mengeluarkan dan menarik napas(dengan merintih), mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi, kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki. Mengenai firman Allah Swt.: {لَهُمْ فِيهَا زَفِيرٌ وَشَهِيقٌ} mereka mengeluarkan dan menarik napas (dengan merintih). (Hud: 106) Ibnu Abbas mengatakan bahwa suara zafir keluar dari tenggorokan, sedangkan syahiq dari dada, yakni tarikan napas dan pengeluarannya dibarengi dengan rintihan. Demikian itu karena pedihnya azab yang dialami oleh mereka, semoga Allah melindungi kita dari siksa neraka. {خَالِدِينَ فِيهَا مَا دَامَتِ السَّمَاوَاتُ وَالأرْضُ} mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi. (Hud: 107)

 Imam Abu Ja'far ibnu Jarir mengatakan, termasuk kebiasaan orang-orang Arab bila hendak menggambarkan sesuatu hal yang kekal dan abadi adalah menyebutkan bahwa ini kekal selama ada langit dan bumi. Mereka pun mengatakan bahwa dia kekal selama siang dan malam silih berganti. Hal yang sama dikatakan, "Selama anak-anak Samir masih begadang," dan "Selama unta masih menggerak-gerakkan ekornya," semuanya itu menunjukkan pengertian kekal. Maka Allah Swt.ber-khitab kepada mereka dengan ungkapan yang telah mereka kenal di antara sesamanya. Untuk itu, Dia berfirman: mereka kekal di dalamnya selama ada langit dan bumi. (Hud: 107)

 Menurut kami, dapat pula ditakwilkan bahwa makna yang dimaksud dengan ungkapan selama ada langit dan bumi adalah jenisnya; karena di alam akhirat pasti ada langit dan bumi, sebagaimana yang disebutkan dalam ayat lain melalui firman-Nya: {يَوْمَ تُبَدَّلُ الأرْضُ غَيْرَ الأرْضِ وَالسَّمَاوَاتُ} (Yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit. (Ibrahim: 48) Karena itulah Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: selama ada langit dan bumi. (Hud: 107)

Menurutnya adalah langit yang selain dari langit sekarang ini, dan bumi yang selain dari bumi sekarang ini, yakni selama masih ada langit dan bumi tersebut. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah diriwayatkan dari Sufyan ibnu Husain, dari Al-Hakam, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan firman-Nya: selama ada langit dan bumi. (Hud: 107) Bahwa setiap surga mempunyai langit dan buminya sendiri. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Selama bumi berfungsi sebagai bumi, dan langit berfungsi sebagai langit." *******************

 Firman Allah Swt.: {إِلا مَا شَاءَ رَبُّكَ إِنَّ رَبَّكَ فَعَّالٌ لِمَا يُرِيدُ} kecuali jika Tuhanmu menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki.(Hud: 107) Ayat ini semakna dengan firman-Nya: {النَّارُ مَثْوَاكُمْ خَالِدِينَ فِيهَا إِلا مَا شَاءَ اللَّهُ إِنَّ رَبَّكَ حَكِيمٌ عَلِيمٌ} Neraka itulah tempat diam kalian, sedangkan kalian kekal di dalamnya, kecuali kalau Allah menghendaki (yang lain). Sesungguhnya Tuhanmu Mahabijaksana lagi Maha Mengetahui. (Al-An'am: 128)

Ulama tafsir berbeda pendapat tentang makna yang dimaksud dari istisna ini.

Banyak pendapat yang mereka kemukakan diriwayatkan oleh Syekh Abul Faraj ibnul Juzi di dalam kitabnya Zadul Maisir, juga oleh ulama tafsir lainnya. Kemudian dinukil oleh banyak ulama, antara lain oleh Imam Abu Ja'far ibnu Jarir rahimahullah di dalam kitabnya. Ibnu Jarir memilih pendapat yang dinukil dari Khalid ibnu Ma'dan, Ad-Dahhak, Qatadah, dan Ibnu Sinan. Ibnu Abu Hatim meriwayatkannya melalui Ibnu Abbas, juga Al-Hasan, bahwa istisna dalam ayat ini kembali kepada orang-orang yang durhaka dari kalangan ahli tauhid, lalu mereka dikeluarkan oleh Allah dari neraka berkat permohonan syafaat dari para pemberi syafaat—dari kalangan para malaikat, para nabi, dan orang-orang mukmin— hingga mereka memberikan syafaatnya kepada orang-orang yang berdosa besar (dari kalangan ahli tauhid). Kemudian datanglah rahmat Tuhan Yang Maha Penyayang di antara para penyayang, lalu dikeluarkanlah dari neraka orang-orang (ahli tauhid) yang tidak pernah mengamalkan suatu kebaikan pun, tetapi di suatu hari ia pernah mengucapkan,* "Tidak ada Tuhan selain Allah." Seperti yang telah disebutkan oleh hadis-hadis sahih dari Rasulullah Saw. yang mengandung keterangan tersebut, diriwayatkan melalui hadis Anas, Jabir, Abu Sa'id, Abu Hurairah, serta para sahabat lainnya. Setelah itu tidak ada lagi seorang pun di dalam neraka kecuali orang-orang yang wajib menjadi penghuni tetap untuk selama-lamanya dan tidak ada jalan lain baginya untuk selamat dari neraka.

Demikianlah menurut pendapat kebanyakan ulama terdahulu dan ulama sekarang sehubungan dengan tafsir ayat ini. Sehubungan dengan tafsirnya telah diriwayatkan banyak asar dari Amirul Mu’minin Umar ibnul Khattab, Ibnu Mas'ud, Ibnu Abbas, Abu Hurairah, Abdullah ibnu Amr, Jabir, Abu Sa' id dari kalangan para sahabat; sedangkan dari kalangan para tabi'in ialah Abu Mijlaz, Asy-Sya'bi, dan yang lainnya. Telah diriwayatkan pula pendapat-pendapat yang garib dari Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam, Ishaq ibnu Rahawaih, serta lain-lainnya dari kalangan para imam. Di dalam kitab Mu’jamul Kabir ImamTabrani telah disebutkan sebuah hadis garib melalui Abu Umamah Sada ibnu Ajlan Al-Bahili, tetapi predikatnya daif; hadis dimaksud berkaitan dengan tafsir ayat ini. Qatadah mengatakan bahwa Allah lebih mengetahui apa yang dikecualikan-Nya. As-Saddi mengatakan bahwa ayat ini di-mansukh oleh firman Allah Swt. yang mengatakan: {خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا} mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. (An-Nisa: 169)

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN