Selasa, 24 Julai 2018

AYAT 259


TAFSIR SURAT AL-BAQARAH:259*
 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABBARAK
 17.08.25;jumaah . 8pagi,., -----------------------------------------------
Biamillahir-rahman-nir-rahim,............
259.‘Aw kallazii marra ‘alaa qaryatinw – wahiya khaawi' ‘yatun ‘alaa ‘uruu – shihaa. Qaaala ‘annaa yuhyii haazihil – laahu ba' da mawtihaa? Fa ‘amaata – hullaahu mi – ‘ata ‘aamin – summa ba – ‘asah. Qaala kamla bist? Qaala la – bistu yawman ‘aw ba'- da yawm. Qaala bal – labista mi – ‘ata ‘aamin – fan – zur ‘ilaa ta – ‘aamika wa sharaabika lam yata – sannah. Wan – zur ‘ilaa himaa – rika! Wa linaj – ‘ala – ka ‘aayatal – linnaasi wan zur ‘ilal –‘izaami kayfa nun – shizuhaa summa naksuuhaa lahmaa. Falammaa tabayyana lahuu qaala ‘a' – lamu ‘annal – laaha ‘alaa kulli shay – ‘in. Qadiir .

259*/أَوْ كَالَّذِي مَرَّ عَلَىٰ قَرْيَةٍ وَهِيَ خَاوِيَةٌ عَلَىٰ عُرُوشِهَا قَالَ أَنَّىٰ يُحْيِي هَٰذِهِ اللَّهُ بَعْدَ مَوْتِهَا ۖ فَأَمَاتَهُ اللَّهُ مِائَةَ عَامٍ ثُمَّ بَعَثَهُ ۖ قَالَ كَمْ لَبِثْتَ ۖ قَالَ لَبِثْتُ يَوْمًا أَوْ بَعْضَ يَوْمٍ ۖ قَالَ بَلْ لَبِثْتَ مِائَةَ عَامٍ فَانْظُرْ إِلَىٰ طَعَامِكَ وَشَرَابِكَ لَمْ يَتَسَنَّهْ ۖ وَانْظُرْ إِلَىٰ حِمَارِكَ وَلِنَجْعَلَكَ آيَةً لِلنَّاسِ ۖ وَانْظُرْ إِلَى الْعِظَامِ كَيْفَ نُنْشِزُهَا ثُمَّ نَكْسُوهَا لَحْمًا ۚ فَلَمَّا تَبَيَّنَ لَهُ قَالَ أَعْلَمُ أَنَّ اللَّهَ عَلَىٰ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ

Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: "Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?" Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: "Berapakah lamanya kamu tinggal di sini?" Ia menjawab: "Saya tinggal di sini sehari atau setengah hari". Allah berfirman: "Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi beubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging".
Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) diapun berkata: "Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu". Sebelumnya telah dikemukakan firman Allah yang artinya: “Apakah kamu tidak memperhatikan orang yang mendebat Ibrahim tentang Rabbnya.” Melalui penekanan firman-Nya itu terkandung pertanyaan: “Apakah engkau mengetahui orang seperti mendebat Ibrahim mengenai Rabbnya?” Oleh karena itu, Allah hubungkan ayat itu dengan firman-Nya:Au kalladzii marra ‘alaa qaryyatiw wa Hiya khaawiyatun ‘alaa ‘uruusyiHaa (“Atau apakah [kamu tidak memperhatikan] orang yang melalui sesuatu negeri yang [temboknya] telah roboh menutup atapnya.”)

Para ulama masih berbeda pendapat mengenai siapakah dimaksud dengan orang tersebut. Renungkanlah kisah aneh berikut ini: kisah seseorang yang melewati suatu negeri yang hancur, atap dan temboknya roboh dan penghuninya binasa. Ia berkata, "Bagaimana Allah menghidupkan kembali penduduk negeri yang telah mati?" Kemudian Allah mematikan orang tersebut selama seratus tahun. Setelah itu ia dibangkitkan kembali agar tahu betapa mudahnya proses kebangkitan, untuk menghilangkan keraguannya. Ia lalu ditanya, "Berapa lama kamu mati?" Ia menjawab, "Aku tidak bisa merasakan berapa lamanya, mungkin sehari atau beberapa hari." Dikatakan kepadanya, "Sesungguhnya kamu telah mati selama seratus tahun." Kemudian Allah mengalihkan pandangannya kepada bukti kekuasaan-Nya yang lain dengan mengatakan, "Lihatlah! Makanan dan minumanmu tidak rusak dan keledaimu tidak berubah. Kami lakukan itu semua agar proses kebangkitan setelah mati yang kamu nafikan menjadi jelas dan kamu menjadi saksi hidup kebenaran hal tersebut." Selanjutnya Allah memerintahkan orang itu untuk melihat ciptaan-Nya yang lain.

Bagaimana makhluk-makhluk hidup disusun tulangnya, dibalut dengan daging, ditiupkan ruh ke dalamnya sehingga dapat bergerak. Ketika kekuasaan Allah dan mudahnya proses kebangkitan menjadi jelas baginya, ia berkata, "Aku yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu." Ada yang mengatakan bahwa negeri itu adalah Baitul Maqdis dahulu, orang yang melewatinya dengan berkendaraan keledai adalah Uzair. Ia pun berkata dengan nada ta'ajjub (bingung) "Bagaimana caranya Allah menghidupkan negeri yang telah hancur ini?"Karena dirobohkan oleh raja Bukhtanasshar. Kata-kata ini diucapkan karena ia tidur di pagi hari lalu dicabut nyawanya, kemudian dihidupkan kembali menjelang matahari tenggelam, walahu a'lam.Meskipun sudah bertahun-tahun. Pada yang demikian itu terdapat dalil yang jelas kemahakuasaan Allah, yang mampu menjaga makanan itu sehingga tidak berubah meskipun telah berlalu masa yang lama, padahal makanan merupakan sesuatu yang paling cepat berubah menjadi basi dan tidak bisa dimakan lagi.Yakni bukti atas kemahakuasaan Allah untuk membangkitkan manusia yang telah mati. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari All bin Abi Thalib ra, ia berkata, “Ia adalah Uzair.” Pendapat ini juga diriwayatkan Ibnu Jarir dan Ibnu Hatim, dari Ibnu Abbas, al-Hasan, Qatadah, as-Suddi, dan Sulaiman bin Buraidah. Pendapat inilah yang masyhur. Sedangkan negeri yang dimaksudkan adalah sudah sangat masyhur, yaitu Baitul Maqdis. Ia melintasi negeri setelah dihancurkan dan dibunuh penduduknya oleh raja Bukhtanashr. Wa Hiya khaawiyatun (“Yang [temboknya] roboh menutupi atapnya.”) Maksudnya, tidak ada seorangpun di sana. Seperti perkataan mereka: khawatid daaru (“rumah tak berpenghuni/kosong”) bentuk lainnya yaitu: khuwiyya, takhwiy. Sedangkan firman Allah Ta’ala: ‘alaa ‘uruusyiHaa (“Yang [temboknya] telah roboh menutupi atapnya.”) Artinya, atap bangunan itu sudah runtuh dan temboknya telah roboh ke lantainya. Maka orang itu pun berdiri seraya berfikir tentang kejadian yang menimpa negeri itu beserta dan penduduknya, padahal sebelumnya negeri tersebut dipenuhi oleh bangunan-bangunan yang megah. Ia pun berkata: annaa yuhyii HaadziHillaaHu ba’da mautiHaa (“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?”) Perkataan itu ia ucapkan setelah menyaksikan kerusakan dan kehancuran yang sangat parah serta tidak nungkin bisa kembali ramai seperti sediakala. Maka Allah swt. berfirman: fa amaataHullaaHu mi-ata ‘aamin tsumma ba-‘atsaHu (“Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali.”) Allah Ta’ala berfirman, “Aku membangun kembali negeri itu setelah 70 tahun berlalu dari kematiannya, penduduknya berkumpul kembali, dan Bani Israil telah kembali ke negeri tersebut, ketika Allah swt. membangkitkannya dari kematian.” Yang pertama kali dihidupkan oleh Allah swt. adalah kedua matanya, hingga ia dapat melihat ciptaan Allah, bagaimana Dia menghidupkan kembali badannya. Ketika ia telah hidup sempurna, maka Allah Ta’ala melalui malaikat-Nya bertanya: kam labits-ta qaala labits-tu yauman au ba’dla yaumin (“’Berapa lama kamu tinggal di sini?’” Ia menjawab: ‘Aku telah tinggal di sini satu hari atau setengah hari.’”) Yang demikian itu disebabkan kematiannya terjadi pada permulaan siang hari, kemudian Allah Ta’ala membangkitkan orang itu setelah seratus tahun pada akhir siang. Ketika ia melihat matahari masih bersinar, ia menyangkanya sebagai matahari pada hari yang sama, sehingga ia mengatakan: au ba’dla yaumin (“Atau setengah hari.”) Allah swt. berfirman: qaala bal labits-ta mi-ata ‘aamin fandhur ilaa tha’aamika wa syaraabika lam yatasannaH (“Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya. Lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah.”) wandhur ilaa himaarika (“Dan lihatlah kepada keledaimu [yang telah menjadi tulang-belulang].”) Maksudnya, bagaimana Allah swt. menghidupkan, sedang engkau memperhatikan. Wa linaj’alaka aayaatal lin naasi (“Kami akan menjadikanmu tanda kekuasaan Kami bagi manusia.”) Maksudnya sebagai dalil yang menunjukkan adanya hari akhir. Wandhur ilal ‘idhaami kaifa nunsyizuHaa (“Dan lihatlah kepada tulang-belulang keledai itu, bagaimana Kami menyusunnya kembali.”) Artinya, Kami (Allah) mengangkatnya, menyusun satu dengan yang lainnya. Dalam kitabnya, al-Mustadrak, al-Hakim meriwayatkan dari Kharijah bin Zaid bin Tsabit, dari ayahnya, bahwa Rasulullah pernah membaca ayat, “kaifa nunsizuHaa” membacanya dengan huruf “za” Kemudian ia mengatakan: “Hadits tersebut berisnad shahih, akan tetapi tidak diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan Imam Muslim.” Ayat (inipun dapat) dibaca dengan “nunsyiruHaa” yang artinya “Kami menghidupkannya.” Demikian yang dikatakan oleh Mujahid. Tsumma nakusuuHaa lahman (“Kemudian Kami menutup kembali dengan daging”) As-Suddi dan ulama lainnya mengatakan: “Tulang belulang keledai orang itu berserakan di sekitarnya, baik di sebelah kanan maupun di sebelah kirinya. Kemudian ia pun memperhatikan tulang-tulang itu yang tampak jelas karena putihnya. Selanjutnya Allah Ta’ala mengirimkan angin untuk mengumpulkan kembali tulang belulang tersebut dari segala tempat. Setelah itu, Dia menyusun setiap tulang pada tempatnya hingga menjadi seekor keledai yang berdiri dengan tulang tanpa daging. Selanjutnya Allah Ta’ala membungkusnya dengan daging, urat, pembuluh darah, dan kulit. Kemudian Dia mengutus malaikat untuk meniupkan ruh melalui kedua lubang hidung keledainya. Lalu dengan izin Allah swt. keledai itu bersuara. Semua peristiwa itu disaksikan oleh Uzair. Setelah semua menjadi jelas baginya, la berkata: qaala a’lamu annallaaHa ‘alaa kulli syai-in qadiir (“Ia berkata: ‘Aku yakin bahwa Allah Mahakuasa atas segala sesuatu.’”) Artinya, aku benar-benar mengetahui hal itu, aku telah menyaksikannya dengan kedua mataku. Dan aku adalah orang yang paling mengetahui hal itu daripada orang-orang lain sezamanku. Para ulama lainnya membaca: qaala’lam (“la berkata: ‘Ketahuilah!’”) Hal ini menunjukan bahwa demikian itu merupakan suatu hal yang layak diketahui. di November 25, 2017

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN