Sabtu, 16 Jun 2018

AYAT 85-87


 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK,
Quran, Surah Maryam, Ayat 85
     Yauma nahsyurul mut taqina ilar rahma_ni wafda_ Surah Maryam, Ayat 86Wa nasu_qul mujrimina ila_ jahan nama wirda_Surah Maryam, Ayat 87La_ yamliku_nas syafa_'ata il la manit takhadza indar rahma_ni ahda_ يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقينَ إِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْداً َ (85)
 (Yaitu) pada hari akan Kami kumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan Penga­sih , sebagai sekumpulan per­utusan. وَ نَسُوقُ الْمُجْرِمينَ إِلى‏ جَهَنَّمَ وِرْداً َ (86)
Dan akan Kami halaukan orang­-orang yang durhaka ke dalam neraka jahannam dalam keadaan dahaga. لا يَمْلِكُونَ الشَّفاعَةَ إِلاَّ مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْداً (87)
Mereka tidak mempunyai (hak) syafa'at, kecuali orang-orang yang telah mengadakan di sisi Tuhan Pengasih, suatu per­janjian. Lega Dada Orang Yang Takwa; Allah mengabarkan tentang para wali-Nya yang bertakwa bahwa Dia akan mengumpulkan mereka pada hari Kiamat sebagai utusan yang terhormat. Al-Wafdu adalah orang-orang yang datang dengan berkendaraan. Kendaraan mereka terpilih dari cahaya di antara kendaraan-kendaraan di akhirat. Mereka datang kepada Rabb yang Mahaterbaik yang akan dikunjungi, ke wilayah kehormatan dan keridhaan-Nya.

Adapun orang-orang yang berdosa yang mendustakan para Rasul lagi menyelisihi mereka, niscaya mereka akan digiring ke api neraka. Wardan (“Dalam keadaan dahaga,”) dalam keadaan haus, sebagaimana yang dikatakan oleh ‘Atha’, Ibnu `Abbas, Mujahid, al-Hasan, Qatadah dan selain mereka. Di ayat ini dikatakan: ayyul fariqaini khairum maqaamaw wa ahsanu nadiyyan (“Manakah di antara dua golongan itu yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah pemandangannya?”) يَوْمَ نَحْشُرُ الْمُتَّقينَ إِلَى الرَّحْمٰنِ وَفْداً َ "(Yaitu) pada hari akan Kami kumpulkan orang-orang yang bertakwa kepada Tuhan Pengasih, sebagai sekumpulan perutusan." (ayat 85).

Ujung ayat ialah "Wafdan" yang kita artikan perutusan. Dalam bahasa kaum diplomat disebut "Delegasi". Apabila terjadi Perayaan-perayaan Besar Hari Pelantikan Raja-raja, atau Tuanku naik naubat, maka datanglah Utusan-utusan yang diundang dengan berbagai Kebesaran untuk menghadiri Hari yang bersejarah itu. Kerajaan sahabat mengirimkan delegasi, atau wafd, atau perutusan dengan segala ke­besarannya, memakai kendaraan-kendaraan yang layak bagi Utusan suatu Negara, melengkapi dan menghiasi dada mereka dengan bintang-bintang kehormatan.

Di zaman hidup Nabi kita s.a.w. sendiri, setelah bangsa-bangsa Arab di sekeliling Jazirah Arabia itu mengakui Kedaulatan Islam di bawah pimpinan Nabi s.a.w., maka berdatanganlah utusan-utusan (Wufud) dari seluruh Jazirah itu. Bahkan datang juga Perutusan dari Najran, Pusat kegiatan Agama Nasrani di sebelah Selatan Tanah Arab. Pendeta-pendeta dan orang besar-besar yang datang itu lengkap dengan pakaian-pakaian kebesarannya, sehingga pendeta­-pendeta pun memakai pakaian kependetaan. Demikian lapang dada Nabi s.a.w., setelah beliau lihat mereka itu terlalu kaku dengan pakaian resmi itu hendak berunding dengan beliau, beliau suruh tanggalkan saja pakaian­-pakaian yang berat itu, agar lebih leluasa. Inilah keterangan yang terlebih dahulu harus dijelaskan tentang arti wafdan, atau perutusan atau delegasi. Sudah menjadi tradisi sejak zaman purbakala bahwa wafdan itu adalah utusan mulia, utusan istimewa.

 Maka tersebutlah di dalam ayat 85 ini bahwasanya orang-orang yang ber­takwa akan datang kepada Tuhan Yang Maha Pengasih, sebagai sekumpulan perutusan. Ibnu Katsir menafsirkan bahwasanya Wali-waliNya, orang-orang yang terdekat kepadaNya, yaitu orang-orang yang muttaqin, yang takut bercampur harap dia akan Tuhannya di dunia ini, yang mengikut segala ajaran yang di­bawakan oleh Rasui-rasul, diterimanya lagi diakuinya, ditaatinya apa yang mereka perintahkan, dihentikannya apa yang mereka larang; mereka itu akan berkumpul menghadap Tuhan dalam keadaan sebagai perutusan. Ibnu Katsir anenjelaskan lagi dalam tafsimya:

Bahwa Utusan-utusan itu akan datang dengan memakai kendaraan. Mereka mengendarai kendaraan-kendaraan yang terdiri dari cahaya Kedatangan mereka adalah dalam keadaan sebaik­-baik perutusan di negeri yang penuh karamah (kemuliaan) dan ridha dari Allah. Sebaliknya Bagi Yang Durhaka وَ نَسُوقُ الْمُجْرِمينَ إِلى‏ جَهَنَّمَ وِرْداً َ 'Dan akan kami halaukan orang-orang yang durhaka ke dalam neraka jahannam dalam keadaan, dahaga." (ayat 86). Dengan ayat ini diterangkan kebalikan dari apa yang dilakukan atas hamba Allah yang bertakwa Yaitu terhadap hamba Allah yang durhaka. Mereka bukan disambut sebagaimana menyambut kedatangan utusan yang mulia, Melainkan dihalaukan laksana menghalau binatang ternak, ke dalam neraka jahannam, yaitu tempat yang mereka pilih sendiri tatkala mereka masih hidup di dunia ini. Tak ada yang menolong, tak ada yang memberikan perlindungan dan syafa"at: لا يَمْلِكُونَ الشَّفاعَةَ إِلاَّ مَنِ اتَّخَذَ عِنْدَ الرَّحْمٰنِ عَهْداً "Mereka tidak mempunyai (hak) syafa'at, kecuali orang-orang yang telah mengadakan di sisi Tuhan Pengasih, suatu perjanjian." (ayat 87). Susunan ayat yang tiga berturut-turut ini sudah jelas. Yaitu hamba Allah yang muttaqin akan datang menghadap Tuhan laksana kedatangan Utusan Raja-raja layaknya, dengan serba kebesaran, berkendaraan angkatan. Sedang orang yang hidupnya dalam durhaka dan durjana akan dihalau ke neraka jahannam dengan serba kehinaan. Tidak ada yang akan menolong, tidak akan ada yang mernberikan syafa"at , kecuali kalau di kala hidupnya telah dibuatnya janji dengan Tuhan . Ayat ini anemberikan ketegasan jalan yang lapang bagi tiap orang akan bertaubat dari kesalahan. Berikanlah didikan kepada anak sejak dia masih kecil, agar dia ingat janjinya dengan Tuhan. Umur 7 tahun ajarlah dan didiklah dia sembahyang Ajar mengaji , lancarkan lidahnya membaca ayat-ayat Tuhan. Malahan seketika dia mulai lahir ke dunia, ucapkanlah kalimat azan (bang) pada telinganya. karena memang ada sebuah Hadits, baik yang dirawikan oleh Abu Daud atau yang dirawikan oleh an-Nasa'i , anjuran Nabi menyambut kel­ahiran putera dengan azan pada telinganya. Karena di dalam ucapan azan itu telah terdapat janji itu . Ibnu Abbas berkata: "Janji itu ialah La ilaha illalah ," tidak ada Tuhan melainkan Allah. Dan menurut riwayat daripada Muqatil dan Ibnu Abbas pula: "Tidaklah akan diberi syafa'at kecuali orang yang mengucapkan Asyhadu Alla Ilaha Illallah! Dan berlepas diri dari segala daya-upaya dan kekuatan, kecuali dengan Allah, dan tidak mengharap dari siapa-siapa, kecuali dari Allah." Menurut sebuah riwayat pula daripada Ibnu Mas'ud, ketika beliau menafsirkan ayat, dia berkata: "Pernah aku mendengar Rasulullah s.a.w. bersabda: "Apakah tidak sanggup seseorang kamu mengambil janji tiap pagi dan tiap petang hari dengan Allah?" Lalu ada yang bertanya: "Ya Rasu! Allah, janji apa­kah agaknya itu?" Beliau jawab: "Hendaklah baca tiap pagi dan petang: "Ya Allah Pencipta sekalian langit dan bumi, Yang Maha Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata. Sesungguhnya aku berjanji kepada Engkau pada waktu hidup di dunia ini, bahwasanya aku naik saksi bahwa tidak ada Tuhan, melainkan Engkau, Engkau sendiri saja, tidak ada sekutu bagi Engkau, dan bahwasanya Muhammad adalah hamba Engkau dan Utusan Engkau; maka janganlah dipercayakan aku ini kepada diriku sendiri. Karena jika Engkau biarkan saja diriku terserah kepada diriku sendiri, akan bertambah jauhlah aku dari kebaikan dan bertambah dekatlah aku dari kejahatan. Sedang aku tidaklah berpegang teguh melainkan kepada RahmatMu saja. Maka jadikanlah untukku sesuatu janji di sisi Engkau yang akan Engkau penuhi untukku di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidaklah pernah menyalahi janji." Kata Nabi selanjutnya: "Apabila ini dibacanya, akan dicapkan Allahlah untuknya janji itu dan diletakkannya di bawah `Arasy. Dan apabita kiamat nanti datang, akan menyerulah Penyeru: "Siapa dia yang telah ada janjinya di sisi Allah?" Qrang itu pun berdiri dalu masuklah dia ke dalam syurga." (Riwayat Termidzi dan lain-lain) Maka karena janji itu telah diikat sejak semula dan kedua ibu-bapa pun mendidik anak-anaknya, bahkan sejak dia lahir ke dunia agar mengikatkan diri dengan janji itu , meskipun dalam pergolakan hidup kadang-kadang terseleweng juga kepada yang buruk, namun syafa'at akan tetap didapat juga di akhirat , karena diri telah dibentuk dengan itu sejak lagi kecil. Maka kita dapatilah dalam ayat-ayat ini tiga macam penyelenggaraan yang akan. diterima kelak di akhirat itu. Ada orang yang kedatangannya akan diterima sebagai layaknya ke­datangan Utusan dari negara yang jauh, karena hidupnya bertakwa. Dan ada lagi yang akan diterima dengan serba kehinaan, akan dihalaukan ke dalam neraka jahannam, karena hidupnya yang durjana. Dan ada lagi macam yang ketiga, yaitu meskipun tidak diterima sebagai kedatangan utusan, namun bagi­nya ada juga keringanan sebab belum pernah selama hidupnya di dunia dia melupakan hubungannya janjinya dengan Tuhan, meskipun terlanjur berdosa. `Amer bin Qais al-Mulla-i berkata: "Seorang yang beriman apabila keluar dari dalam kuburnya akan diterima oleh amalannya sendiri dalam rupa yang paling bagus dan suara yang paling merdu. Lalu amalnya itu bertanya kepada nya: "Apakah engkau kenal siapa aku?" Dia menjawab: "Tidak kenal! Cuma hatiku senang melihat indah wajahmu dan merdu suaramu." Lalu si amal itu menjawab: "Begitulah aku ini selama di dunia dahulu. Aku ini adalah amalan­mu yang shalih seketika engkau berada di dunia. Oleh karena selama di dunia dahulu seakan-akan engkau aku perkuda ke mana pergi, sekarang engkau per­kuda pulalah aku, tungganglah aku! Karena pada hari inilah akan dikumpulkan orang-orang yang bertakwa menghadap Tuhan Maha Pengasih sebagai perutusan." Dan adapun orang yang kafir akan diterimalah dia oleh amalannya dalam rupa yang sangat jelek dan bau yang sangat busuk. Lalu dia pun ber­tanya: "Kenalkah engkau siapa aku?" Dia menjawab: "Aku tak kenal! Cuma aku lihat wajahmu sangat jelek, baumu sangat busuk." Si amal menjawab: "Demi­kian pulalah aku di dunia dahulu. Aku ini adalah amalanmu yang jahat. Se­ketika di dunia dahulu engkau perkuda aku ke mana pergi. Sekarang engkau akan aku tunggangi pula." Banyaklah riwayat hadits-hadits yang dirawikan tentang sambutan terhadap orang-orang yang bertakwa itu pada hari kiamat. Ada Hadits yang shahih atau hasan dan ada juga yang kurang kuat, namun sambutan sebagai menyambut utusan itu banyaklah bertemu di dalam kitab-kitab tafsir. Sebagai suatu riwayat dari Ibnu Abbas juga, bahwa mereka akan disambut dengan kendaraan apa yang mereka sukai seketika hidup di dunia. Suka berkuda diterima dengan kuda, suka berunta diterima dengan unta. Suka berkapal akan diterima dengan kapal: Tetapi pelananya kuda atau unta itu bersalutkan emas, bertatahkan permata ratna mutu manikam. Yang durhaka dihalau dan digiring kendaraan dalam keadaan haus dan dahaga. Kita berdo'a kepada Tuhan , moga-moga kita diberi selamat dunia dam Akhirat , amin . Ibnu Abi Hatim berkata dari Ibnu Marzuq: yauma nahsyurul muttaqiina ilar rahmaani wafdan (“Ingatlah] hari [ketika] Kami mengumpulkan orang-orang yang takwa kepada Rabb Yang Mahapemurah sebagai perutusan yang terhormat”) ia berkata: “Seorang mukmin ketika keluar dari kuburnya, ia akan disambut dengan bentuk yang paling indah dan wangi yang paling harum. Ia berkata: ‘Siapa engkau?’ Dijawab: ‘Apakah engkau tidak mengenalku?’ Ia berkata: `Tidak, akan tetapi Allah mengharumkan wangimu dan memperindah wajahmu.’ Dia menjawab: `Aku adalah amalmu yang baik. Demikianlah, dahulu aku adalah amal baik yang harum. Sepanjang aku mengendaraimu di dunia, maka sepanjang itulah engkau akan mengendaraiku.’ Lalu orang mukmin itu menaikinya.” Tentang ayat ini `Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu Abbas: “Berkendaraan.” WallaHu a’lam. Firman-Nya: wanasuuqul mujrimiina ilaa jaHannama wirdan (“Dan Kami akan menghalau orang-orang yang durhaka ke neraka fahannam dalam keadaan dahaga.”) Yaitu dalam keadaan haus: laa yamlikuunasy syafaa’ata (“Mereka tidak berhak mendapatkan syafa’at.”) Yaitu, mereka tidak memiliki orang yang dap at memberikan syafa’at untuk mereka, sebagaimana kaum mukminin saling memberikan syafa’at satu dengan yang lainnya. Sebagaimana Allah berfirman mengabarkan tentang mereka: famaa lanaa min syaafi’iin (“Maka kami tidak mempunyai pemberi syafa’at seorang pun.”) (QS. Asy-Syu’araa’: 100) Dan firman-Nya: illaa manit takhadza ‘indar rahmaani ‘aHdan (“Kecuali orang yang telah mengadakan perjanjian di sisi Rabb Yang Mahapemurah”) ayat ini merupakan istitsna munqathi’ yang maknanya, kecuali orang yang membuat perjanjian di sisi ar-Rahman, yaitu syahadat “Laa Ilaaha illallaah” dan menegakkan hak-hak syahadat (merealisasikannya dalam kehidupan). (Maka mereka akan mendapat syafa’at) Berkata `Ali bin Abi Thalhah, dari Ibnu `Abbas: “Al-‘ahdu adalah syahadat Laa Ilaaha illallaah, membebaskan diri kepada Allah dari kemampuan dan kekuatan sendiri serta tidak berharap kecuali kepada Allah.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN