Sabtu, 16 Jun 2018

AYAT 71-74


TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK.
 Quran, Surah Maryam, Ayat 71-74

 Sum ma lanahnu a'lamu bil lazina hum aula_ biha_ shiliy ya_ Surah Maryam, Ayat 71-Wa im minkum il la_ wa_riduha_ ka_na 'ala_ rab bika hatmam maqdhiy ya_Surah Maryam, Ayat 72-Sum ma nunaj jil lazinat taqauw wa nadzaruzh zha_limina fiha_ jitsiy ya_Surah Maryam, Ayat 73 Wa iza_ tutla_ 'alaihim a_ya_tuna_ bay yina_tin qa_lal lazina kafaru_ lil lazina a_manu_ ay yul fariqaini khairum maqa_maw wa ahsanu nadiy ya_Surah Maryam, Ayat 74 Wa kam ahlakna_ qablahum min qarnin hum ahsanu atsa_tsaw wari'ya_

 ثُمَّ لَنَحْنُ أَعْلَمُ بِالَّذِينَ هُمْ أَوْلَىٰ بِهَا صِلِيًّا وَإِنْ مِنْكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا ۚ كَانَ عَلَىٰ رَبِّكَ حَتْمًا مَقْضِيًّا ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوْا وَنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيًّا وَإِذَا تُتْلَىٰ عَلَيْهِمْ آيَاتُنَا بَيِّنَاتٍ قَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لِلَّذِينَ آمَنُوا أَيُّ الْفَرِيقَيْنِ خَيْرٌ مَقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَحْسَنُ أَثَاثًا وَرِئْيًا “

Dan tidak ada seorang pun daripadamu, melainkan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudab ditetapkan. (QS. 19:71) Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang dhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut. (QS. 19:72)” (Maryam: 71-72)“Dan apabila dibacakan kepada mereka ayat-ayat Kami yang terang (maksudnya), niscaya orang-orang yang kafir berkata kepada orang-orang beriman: ‘Manakah di antara kedua golongan (kafir dan mukmin) yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebib indah tempat pertemuan(nya)?’ (QS. 19:73) Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka, sedang mereka adalah lebib bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata. (QS. 19:74)” (Maryam: 73-74) Imam Ahmad berkata, bahwa Abu Sumayyah berkata: “Kami berbeda pendapat tentang makna al-wuruud (mendatangi).” Sebagian mereka berkata: “Seorang mukmin tidak akan memasukinya.” Sebagian lagi berpendapat bahwa mereka semuanya akan memasukinya, kemudian Allah menyelamatkan orang-orang yang bertakwa. Lalu, aku berjumpa dengan Jabir bin `Abdillah dan bertanya: “Sesungguhnya kami berbeda pendapat tentang makna al-wuruud.” Beliau menjawab: “Mereka seluruhnya akan mendatangi neraka.”

`Abdullah bin al-Mubarak berkata bahwa al-Hasan al-Bashri berkata: “Seorang laki-laki bertanya kepada saudaranya, ‘Apakah datang berita padamu bahwa engkau pun akan mendatangi neraka?’ Dia menjawab: ‘Ya.’ Dia bertanya lagi: ‘Apakah datang berita padamu bahwa engkau muncul darinya?’ Dia menjawab: ‘Tidak.’ Dia berkata: ‘Bagaimana bisa tertawa?’ Dia menjawab: ‘Ia tidak terlihat tertawa lagi sampai ia berjumpa dengan Allah (wafat).”‘ Al-‘Aufi berkata dari Ibnu `Abbas tentang firman-Nya: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) yaitu orang yang berbakti dan orang yang durhaka. Apakah engkau tidak mendengar firman Allah kepada Fir’aun: “Ia berjalan di muka kaumnya di hari Kiamat, lalu memasukkan mereka ke dalam neraka,” (QS. Huud: 98), mendatangi neraka berarti memasukinya. Imam Ahmad berkata dari `Abdullah bin Mas’ud, wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) Rasulullah bersabda: “Seluruh manusia akan datang, kemudian menampakkan amal-amal mereka.”

(HR. At-Tirmidzi) Ahmad berkata bahwa Ummu Mubasysyir isteri Zaid bin al-Haritsah berkata di saat Rasulullah berada di rumah Hafshah beliau bersabda: “Tidak seorang pun yang masuk neraka yang menyaksikan perang Badar dan perjanjian Hudaibiyyah.” Hafshah bertanya: “Bukankah Allah berfirman: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) Maka Rasulullah bersabda: tsumma nunajjil ladziinat taqaw (“Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa”) dan ayat seterusnya.” Di dalam ash-Shahihain, dari hadits az-Zuhri, dari Said, bahwa Abu Hurairah berkata, Rasulullah bersabda: “Tidak seorang pun dari kaum muslimin yang ditinggalkan mati 3 orang anak,maka akan tersentuh api neraka, kecuali penebus sumpah.” (Penebus sumpah yang belum menyelesaikan sumpahnya, maka ia akan melintas neraka sebagai penebus sumpahnya yang belum selesai itu.) `Abdurrazzaq berkata dari Qatadah tentang firman-Nya: wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) dia berkata: “Orang yang melintasinya.” `Abdurrahman bin Zaid bin Aslam berkata tentang firman-Nya:

wa im minkum illaa waariduHaa (“Dan tidak ada seorang pun daripadamu melainkan mendatangi neraka itu,”) kaum muslimin mendatangi, artinya melintasi jembatan di hadapannya. Sedangkan wurudnya (datangnya) orang-orang musyrik adalah memasukinya. As-Suddi berkata dari Murrah, dari Ibnu `Abbas tentang firman-Nya: kaana ‘alaa rabbika hatmam maqdliyyan (“Hal itu bagi Rabbmu adalah suatu kemestian yang sudah ditetapkan,”) adalah pembagian yang wajib. Mujahid berkata: “Hatman adalah ketetapan.” Demikian pula perkataan Ibnu Juraij.

Firman-Nya: tsumma nunajjil ladziinat taqaw (“Kemudian Kami menyelamatkan orang-orang yang bertakwa”) yaitu jika seluruh makhluk melintas di atas api neraka dan orang-orang kafir serta pelaku maksiat jatuh ke dalamnya, maka Allah menyelamatkan orang-orang yang beriman dan bertakwa sesuai amal-amal mereka. Melintas dan cepatnya mereka di atas shirath tergantung amal-amal mereka yang dilaksanakan pada waktu di dunia. Kemudian mereka memberikan syafa’at kepada para pelaku dosa besar. Para Malaikat, para Nabi dan orang-orang yang beriman dapat memberikan syafa’at, lalu syafa’at mereka di terima dan dapat mengeluarkan banyak makhluk yang telah ditelan api neraka kecuali bagian wajah mereka, yaitu anggota-anggota sujud.

Upaya mereka mengeluarkan makhluk tersebut dari api neraka sesuai dengan keimanan yang ada di dalam hati mereka. Pertama kali yang akan keluar adalah orang di dalam hatinya terdapat keimanan seberat dinar, kemudian orang yang selanjutnya, kemudian orang yang selanjutnya. Hingga keluar orang yang di dalam hatinya terdapat keimanan yang paling rendah seberat biji dzarrah. Kemudian Allah mengeluarkan dari api neraka orang yang berkata “Laa Ilaaha illallaah” dalam kehidupannya dan belum beramal satu kebaikan pun. Mereka tidak kekal di dalam api neraka, kecuali orang yang diwajibkan kekalnya. Sebagaimana hal tersebut dijelaskan dalam hadits-hadits shahih dari Rasulullah saw. Untuk itu, Allah berfirman: tsumma nunajjil ladziinat taqaw wa nadzaradh dhaalimiina fiiHaa jitsiyyan (“Kemudian Kami akan menyelamatkan orang-orang yang bertakwa dan membiarkan orang-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.”) Allah mengabarkan tentang orang-orang kafir, ketika dibacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, mereka menghalangi dan berpaling darinya. Mereka berkata bahwa mereka: khairum maqaamaw wa ahsanu nadiyyan (“Adalah kelompok yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih baik tempat pertemuan[nya].”) Yaitu yang lebih baik kedudukannya, paling tinggi tempatnya dan paling baik pertemuannya, tempat berkumpul beberapa orang untuk bercerita, tempat pertemuan mereka lebih permanen dan lebih banyak ruang dan jalannya. Bagaimana keberadaan kita yang dengan kedudukan ini berada dalam kebathilan, sedangkan mereka (mukminin), orang-orang yang bersembunyi di rumah al-Arqam bin Abil Arqam dan rumah-rumah lain itu berada di atas kebenaran? Allah mengabarkan tentang mereka: “Dan orang-orang kafir berkata kepada orang-orang yang beriman: `Kalau sekiranya dia (al-Qur an) adalah suatu yang baik, tentulah mereka tiada mendahului kami (beriman) kepadanya.’” (QS. Al-Ahqaaf: 11). Untuk itu, Allah berfirman menolak kerancuan pemikiran mereka: wa kam aHlaknaa qablaHum min qarnin (“Berapa banyak umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka,”) yaitu, berapa banyak umat dan kurun para pendusta yang telah Kami binasakan dengan sebab kekufuran mereka. Hum ahsanu atsaataw wa ri’yan (“Mereka adalah lebih bagus alat rumah tangganya dan lebih sedap dipandang mata,”) yaitu dahulu mereka berada dalam keadaan yang lebih baik daripada keadaan mereka sekarang ini, baik harta, barang-barang, pemandangan dan bentuk-bentuknya. Al-A’masy berkata dari Abu Dzabyan, dari Ibnu ‘Abbas, “Lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya,” kata al-Maqam adalah rumah tempat tinggal. An-Nadiy adalah majelis, atsaatsan adalah alat-alat rumah tangga, dan ar-Ri ‘ya adalah pemandangan. Al-‘Aufi berkata dari Ibnu `Abbas, bahwa al-Maqam adalah rumah, an-Nadiy adalah majelis, kenikmatan dan keelokan yang mereka miliki. Hal itu sebagaimana firman Allah kepada Fir’aun ketika mereka dihancurkan. Kisah mereka diceritakan dalam al-Qur’an, Alangkah banyaknya taman dan air mata yang mereka tinggalkan, dan kebun-kebun serta tempat-tempat yang indah-indah.” (QS. Ad-Dukhaan: 25-26). Al-Maqam adalah tempat tinggal dan kenikmatan, an-Nadiy adalah majelis dan tempat pertemuan mereka. Allah berfirman tentang sesuatu yang di kisahkan kepada Rasul-Nya berkenaan dengan urusan kaum Luth: “Dan mengerjakan kemungkaran di tempat-tempat pertemuanmu?” (QS. Al-‘Ankabuut: 29). Orang Arab menamakan majelis dengan an-Nadiy. Qatadah berkata: “Tatkala mereka melihat para Sahabat Muhammad dalam kehidupan mereka yang begitu menderita dan sempit, maka orang musyrik mengemukakan apa yang mereka dengar: ayyil fariiqaini khairum maqaamaw wa ahsanu nadiyyan (“Manakah di antara kedua golongan itu yang lebih baik tempat tinggalnya dan lebih indah tempat pertemuannya.”) Demikian pendapat Mujahid dan adh-Dhahhak. Ar-Ri’ya adalah pemandangan, sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu `Abbas, Mujahid dan selain keduanya. Malik berkata: atsaatsaw wa ri’yan; yakni paling banyak hartanya dan paling baik bentuknya. Seluruhnya memiliki anti yang saling berdekatan dan bena

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN