TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARRUK
TAFSIR SURAH MARIAM AYAT 35-37
Dari ayat 35hingga ayat 37 allah menceritakan tentang sifat manusia manusia kafir munafik di zaman kelahiran isa putra mariam ,.,. seluruhan kisah mariam yang terdapat dalam injil perjanjian baru dan lama mengutuk dan memfitnah mariam dan isa putranya,.,. dan dalam ayat ini lah allah menjelaskan pada hamba hamba nya yang inggin menhgetahui kisah kisah mariam yang benar dari seorang rasul utusan nya dan seorang nabi akhir zaman,.,. seorang insan yang mana digelar hamba yang lurus benar betul dan benar ,.., Yaitu di antara perintah yang dianjurkan oleh Isa kepada kaumnya saat ia masih dalam ayunan ialah memberitahukan kepada mereka bahwa Allah adalah Tuhannya dan Tuhan mereka. Lalu Isa memerintahkan kepada mereka untuk menyembah Allah yang esa.,,.
Ahli Kitab berselisih pendapat tentang eksistensi Isa, padahal perkaranya sudah jelas dan gamblang, bahwa dia adalah hamba Allah dan Rasul-Nya yang diciptakan melalui perintah-Nya yang ditujukan kepada Maryam, dan diciptakan melalui roh ciptaan-Nya. Sebagian dari mereka yang terdiri atas orang-orang Yahudi telah sepakat mengatakannya sebagai anak zina; semoga laknat Allah menimpa mereka. Mereka mengatakan pula bahwa perkataan Isa yang masih ada dalam usia ayunan itu adalah sihir. Segolongan lainnya dari kalangan mereka mengatakan, sesungguhnya yang berbicara itu adalah Tuhan.
Segolongan lainnya lagi mengatakan bahwa Isa adalah anak Allah. Golongan lainnya lagi mengatakan, Isa adalah salah satu dari ketiga Tuhan. Dan golongan yang lainnya mengatakan bahwa Isa adalah hamba Allah dan utusan-Nya. Pendapat yang terakhir ini adalah pendapat yang benar sesuai dengan petunjuk yang diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Kisah yang semisal telah diriwayatkan melalui Amr ibnu Maimun, Ibnu Juraij, dan Qatadah serta lain-lainnya yang bukan hanya seorang, baik dari kalangan ulama Salaf maupun dari kalangan ujama Khalaf.Seagaimana allah berfirman ; Q
uran, Surah Maryam, Ayat 36 36=Wa in nal la_ha rab bi wa rab bukum fa'budu_h ha_dza_ shira_thum mustaqim 37=Fakh talafal ahza_bu mim bainihim fawailul lil lazina kafaru_ mim mashadi yaumin 'azhim Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia olehmu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus. (QS. 19:36)
Maka berselisihlah golongan-golongan (yang ada) di antara mereka. Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar. (QS. 19:37)” (Maryam: 36-37) Allah berfirman kepada Rasul-Nya, Muhammad saw. bahwa kisah yang telah Kami paparkan kepadamu tentang berita `Isa as.: qulal haqqil ladzii fiiHi yamtaruun (“Yang mengucapkan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya,”) yaitu orang-orang yang membatalkan dan orang-orang yang membenarkan saling berbantah-bantahan di antara orang yang beriman dan orang yang kufur kepada Nabi `Isa. Untuk itu, kebanyakan ahli qira-at membaca (qaulal haqqi) dengan merafa’kan (mendhammahkan) (qaulul haqqi). ‘Ashim dan’Abdullah bin ‘Amr membaca (qulal haqqi) dan dari Ibnu Masud, bahwa beliau membaca (dzaalika ‘iisabnu maryama qulal haqqi) Sedangkan bacaan rafa’ lebih jelas i’rabnya. Hal itu didukung oleh firman Allah: al haqqu mir rabbika falaa takuunanna minal mumtariin (“Kebenaran itu adalah dari Rabbmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu.”) (QS. Al-Baqarah: 147) Ketika Allah telah menceritakan, bahwasanya Dia menciptakan `Isa sebagai hamba dan Nabi-Nya, maka Dia pun mensucikan diri-Nya. Dia berfirman: maa kaana lillaaHi ay yattakhidza miw wadain subhaanaHu ( “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Mahasuci Dia,”) yaitu sifat-sifat yang dilontarkan oleh orang-orang yang jahil, zhalim dan melampaui batas (Mahatingi Allah) dengan setinggi-tinggi dan seagung-agung-Nya. Firman-Nya: wa innallaaHa rabbii wa rabbukum fa’buduuHu Haadzaa shiraatum mustaqiim
(“Sesungguhnya Allah adalah Rabbku dan Rabbmu, maka sembahlah Dia olehmu sekalian. Ini adalah jalan yang lurus,”) yaitu di antara perkara yang diperintahkan `Isa kepada kaumnya di saat ia berada dalam ayunan adalah mengabarkan bahwa Allah adalah Rabbnya dan Rabb mereka serta memerintahkan mereka untuk beribadah kepada-Nya. Allah berfirman: fa’buduuHu Haadzaa shiraatum mustaqiim (“sembahlah Dia olehmu sekalian, ini adalah jalan yang lurus,”) yaitu apa yang aku bawa dari Allah kepada kalian ini adalah jalan yang lurus yakni tegak lurus. Barangsiapa yang mengikutinya, niscaya ia mendapatkan bimbingan dan petunjuk serta barangsiapa yang menyelisihinya, niscaya ia akan tersesat dan celaka. Firman Allah: fakhtalfal ahzaabu mim bainiHim (“Maka berselisihlah golongan-golongan yang ada di antara mereka,”) yaitu pendapat Ahlul Kitab tentang `Isa berbeda-beda, setelah jelas perkaranya dan tegas posisinya bahwa dia adalah hamba dan utusan Allah, kalimat-Nya yang diletakkan-Nya kepada Maryam dan ruh dari-Nya. `Abdurrazzaq berkata, Ma’mar bercerita kepada kami dari Qatadah tentang firman-Nya: dzaalika ‘iisaabnu maryama qaulal haqqil ladzii fiiHi yamtaruun (“Itulah Isa putera Maryam, yang mengucapkan perkataan yang benar, yang mereka berbantah-bantahan tentang kebenarannya.”) Ia berkata: “Dahulu Bani Israil telah sepakat, lalu mereka berpecah menjadi empat golongan yang masing-masing mengeluarkan orang yang paling berilmu di antara mereka untuk mengemukakan pendapat tentang `Isa pada waktu `Isa diangkat.
Sebagian berkata: “Dia adalah Allah yang turun ke muka bumi. Dia hidupkan orang yang hidup dan ia matikan orang yang mati, kemudian Dia naik ke atas langit. Mereka itulah kelompok Ya’qubiyyah.” Ketiga golongan yang lain berkata: “Engkau dusta.” Lalu berkata dua kelompok lain kepada kelompok ketiga: “Apa pendapatmu tentang `Isa?” Ia menjawab: “Dia anak Allah,” itulah kelompok Nasthuriyyah. Kedua kelompok lagi berkata: “Engkau dusta.” Lalu salah satu dari dua kelompok yang lain berkata kepada yang lainnya: “Bagaimana pendapatmu?” Dia menjawab: “Dia adalah tiga dalam satu (trinitas). Allah itu Ilah, `Isa adalah ilah dan ibunya juga ilah.” Mereka itu adalah para Israiliyyat, raja-raja kaum Nasrani, semoga laknat Allah atas mereka. Sedangkan kelompok keempat berkata: “Engkau dusta. Dia adalah hamba Allah, Rasul-Nya, ruh-Nya dan kalimat-Nya. Mereka itulah orang-orang muslim. Maka, setiap tokoh tersebut memiliki pengikut masing-masing, sehingga mereka saling memerangi dan berusaha menindas kaum muslimin. Itulah firman Allah: “Dan membunuh orang-orang yang menyuruh manusia berbuat adil.” (QS. Ali `Imran: 21) Firman-Nya: fa wailul lilladziina kafaruu mim masy-Hadi yaumin ‘adhiim (“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.”) Ini merupakan hukuman dan ancaman yang keras bagi orang yang berdusta atas (nama) Allah serta menuduh bahwa Allah memiliki anak.
Akan tetapi, Allah menunda (hukuman) bagi mereka hingga hari Kiamat dan menunggu ajal mereka, karena kelembutan dan keteguhan pada kekuasaan-Nya atas mereka. Untuk itu, Dia tidak menyegerakan hukuman bagi orang yang bermaksiat kepada-Nya. Sebagaimana tercantum dalam ash-Shahihain: “Sesungguhnya Allah menangguhkan (adzab) kepada orang yang zhalim, hingga apabila Dia menindaknya/mengadzabnya, maka Dia tidak akan melepaskannya.” (HR. Bukhari dan Muslim). Kemudian Rasulullah membaca: ‘Rabbmu, apabila Dia mengadzab penduduk negeri-negeri yang berbuat zhalim. Sesungguhnya adzab-Nya itu adalah sangat pedih lagi keras.’” (QS. Huud : 102) Di dalam ash-Shahihain pula, bahwa Rasulullah bersabda: “Tidak ada yang lebih sabar dalam mendengar keburukan daripada Allah. Karena, mereka menjadikan anak untuk-Nya, akan tetapi Dia tetap memberi rizki dan mensejahterakan mereka.” Allah berfirman: wa ka-ayyim min qoryatin amlaitu laHaa wa Hiya dhaalimatun tsumma akhadztuHaa wa ilayyal mashiir (“Dan berapalah banyaknya kota yang Aku tangguhkan [adzab-Ku] kepadanya, yang penduduknya berbuat dhalim, kemudian Aku adzab mereka, dan hanya kepada-Kulah kembalinya [segala sesuatu].” (QS. Al-Hajj: 48). Untuk itu, di dalam ayat ini Allah berfirman: fa wailul lilladziina kafaruu mim masy-Hadi yaumin ‘adhiim (“Maka kecelakaanlah bagi orang-orang kafir pada waktu menyaksikan hari yang besar.”) yaitu hari Kiamat. Tercantum dalam hadits shahih yang telah disepakati keshahihannya dari `Ubadah bin ash-Shamit, ia berkata, Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa yang bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang haq) kecuali Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya dan Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya, `Isa adalah hamba dan Rasul-Nya, kalimat-Nya yang diletakkannya kepada Maryam dan ruh dari-Nya. Surga itu haq dan neraka itu haq, niscaya Allah akan memasukkannya kedalam surga sesuai dengan amalnya.”
Tiada ulasan:
Catat Ulasan