TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH HUD 49''
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM''
{تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ (49) }
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Huud: 49)DALAM Ayat 46-49 menjelaskan bahwa Allah menegur Nabi Nuh atas perbuatannya mendoakan keselamatan anaknya yang kafir, karena bukan dianggap sebagai anak lagi. Perbuatan tersebut adalah perbuatan jahililah (bodoh terhadap hakikat Allah). Maka Nabi Nuhpun memohon ampun pada Allah atas kesalahan yang dilakukannya. Akhirnya, Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya diselamatkan dari banjir besar dan diberi keberkahan hidup sampai akhir hayat mereka. Sedangkan yang kafir pada Allah dan kerasulannya, musnah ditelan banjir besar yang Allah rancang dengan ilmu-Nya. Maksudnya,
Kami ajarkan kepadamu tentangnya sebagai wahyu yang Kami turunkan kepadamu: {مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا} tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. (Hud: 49) Yakni tidaklah kamu —-tidak pula seseorang pun dari kaummu— mengetahui kisah ini sebelumnya, sehingga berkatalah orang-orang yang mendustakanmu, bahwa sesungguhnya kamu telah mempelajarinya dari seseorang. Tidak, bahkan Allah-Iah yang memberitahukannya kepadamu sesuai dengan kejadian yang sebenarnya, seperti juga yang dikisahkan oleh kitab-kitab para nabi sebelum kamu. Maka bersabarlah terhadap pendustaan orang-orang yang mendustakanmu dari kalangan kaummu, juga bersabarlah dalam menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan terhadap dirimu. Karena sesungguhnya Kami pasti akan memenangkan kamu dan meliputi kamu dengan perhatian Kami, dan Kami jadikan akibat yang terpuji bagimu dan bagi para pengikutmu di dunia dan di akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang telah Kami lakukan terhadap para utusan lainnya, Kami menolong mereka dari musuh-musuhnya, Allah berfirman kepada Nabi-Nya: min ambaa-il ghaibi (“Di antara berita-berita penting tentang yang ghaib”) Yakni, sebagian dari kabar-kabar ghaib yang telah lewat, Kami wahyukan kepadamu dengan jelas seolah-olah kamu menyaksikannya,
Kami wahyukan kepadamu, maksudnya Kami mengajarimu dengan kisah itu sebagai wahyu dari Kami kepadamu. Maa kunta ta’lamuHaa anta wa laa qaumuka min qabli Haadzaa (“Tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak [pula] kaummu sebelum ini.”) Maksudnya, kamu dan seorang pun kaummu tidak mengetahui sebelumnya, sehingga orang yang mendustakanmu berkata bahwa kamu mempelajarinya dari dia, akan tetapi Allahlah yang memberi kabar kepadamu dengannya, yang sesuai dengan kenyataan, sebagaimana yang dikabarkan dalam kitab-kitab para Nabi sebelummu, maka bersabarlah atas pendustaan kaummu dan penganiayaan mereka terhadapmu, karena sesungguhnya Kami akan menolongmu dan melindungimu dengan bantuan Kami Dan Kami jadikan kemenangan untukmu dan pengikut-pengikutmu dunia dan akhirat, sebagaimana telah Kami lakukan terhadap para Rasul, yaitu Kami tolong mereka atas musuh-musuh mereka: “Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Mu’min: 57), dan ayat seterusnya. Dan Allah Ta’ala berfirman: fashbir innal ‘aaqibata lil muttaqiin (“Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”)
SURAH HUD 49''
BISMILLAHIRAHMANIRAHIM''
{تِلْكَ مِنْ أَنْبَاءِ الْغَيْبِ نُوحِيهَا إِلَيْكَ مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا فَاصْبِرْ إِنَّ الْعَاقِبَةَ لِلْمُتَّقِينَ (49) }
Itu adalah di antara berita-berita penting tentang yang ghaib yang Kami wahyukan kepadamu (Muhammad); tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”
(QS. Huud: 49)DALAM Ayat 46-49 menjelaskan bahwa Allah menegur Nabi Nuh atas perbuatannya mendoakan keselamatan anaknya yang kafir, karena bukan dianggap sebagai anak lagi. Perbuatan tersebut adalah perbuatan jahililah (bodoh terhadap hakikat Allah). Maka Nabi Nuhpun memohon ampun pada Allah atas kesalahan yang dilakukannya. Akhirnya, Nabi Nuh dan orang-orang yang beriman bersamanya diselamatkan dari banjir besar dan diberi keberkahan hidup sampai akhir hayat mereka. Sedangkan yang kafir pada Allah dan kerasulannya, musnah ditelan banjir besar yang Allah rancang dengan ilmu-Nya. Maksudnya,
Kami ajarkan kepadamu tentangnya sebagai wahyu yang Kami turunkan kepadamu: {مَا كُنْتَ تَعْلَمُهَا أَنْتَ وَلا قَوْمُكَ مِنْ قَبْلِ هَذَا} tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak (pula) kaummu sebelum ini. (Hud: 49) Yakni tidaklah kamu —-tidak pula seseorang pun dari kaummu— mengetahui kisah ini sebelumnya, sehingga berkatalah orang-orang yang mendustakanmu, bahwa sesungguhnya kamu telah mempelajarinya dari seseorang. Tidak, bahkan Allah-Iah yang memberitahukannya kepadamu sesuai dengan kejadian yang sebenarnya, seperti juga yang dikisahkan oleh kitab-kitab para nabi sebelum kamu. Maka bersabarlah terhadap pendustaan orang-orang yang mendustakanmu dari kalangan kaummu, juga bersabarlah dalam menghadapi gangguan mereka yang menyakitkan terhadap dirimu. Karena sesungguhnya Kami pasti akan memenangkan kamu dan meliputi kamu dengan perhatian Kami, dan Kami jadikan akibat yang terpuji bagimu dan bagi para pengikutmu di dunia dan di akhirat. Perihalnya sama dengan apa yang telah Kami lakukan terhadap para utusan lainnya, Kami menolong mereka dari musuh-musuhnya, Allah berfirman kepada Nabi-Nya: min ambaa-il ghaibi (“Di antara berita-berita penting tentang yang ghaib”) Yakni, sebagian dari kabar-kabar ghaib yang telah lewat, Kami wahyukan kepadamu dengan jelas seolah-olah kamu menyaksikannya,
Kami wahyukan kepadamu, maksudnya Kami mengajarimu dengan kisah itu sebagai wahyu dari Kami kepadamu. Maa kunta ta’lamuHaa anta wa laa qaumuka min qabli Haadzaa (“Tidak pernah kamu mengetahuinya dan tidak [pula] kaummu sebelum ini.”) Maksudnya, kamu dan seorang pun kaummu tidak mengetahui sebelumnya, sehingga orang yang mendustakanmu berkata bahwa kamu mempelajarinya dari dia, akan tetapi Allahlah yang memberi kabar kepadamu dengannya, yang sesuai dengan kenyataan, sebagaimana yang dikabarkan dalam kitab-kitab para Nabi sebelummu, maka bersabarlah atas pendustaan kaummu dan penganiayaan mereka terhadapmu, karena sesungguhnya Kami akan menolongmu dan melindungimu dengan bantuan Kami Dan Kami jadikan kemenangan untukmu dan pengikut-pengikutmu dunia dan akhirat, sebagaimana telah Kami lakukan terhadap para Rasul, yaitu Kami tolong mereka atas musuh-musuh mereka: “Sesungguhnya Kami menolong Rasul-Rasul Kami dan orang-orang yang beriman.” (QS. Al-Mu’min: 57), dan ayat seterusnya. Dan Allah Ta’ala berfirman: fashbir innal ‘aaqibata lil muttaqiin (“Maka bersabarlah; sesungguhnya kesudahan yang baik adalah bagi orang-orang yang bertakwa.”)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan