TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
Tafsir Surah Al-Baqarah
Ayat 78-79
Bahagian 4(Memakan Hasil Dari Riba Menempah Kecelakaan)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ {وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79) }
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, "Ini dari Allah," (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat ini , “kecelakaan bagi mereka karena apa yang mereka tulis dengan tangan mereka sendiri berupa kedustaan, kebohongan, serta kepalsuan.Kecelakaan juga bagi mereka karena apa yang biasa mereka makan melalui hasil riba.” Kalimah "Fawailul lahum" bahwa azab menimpa mereka yang menulis kedustaan tersebut dengan tangan mereka. Kalimah "Wawailul lahum mimma yaksibun", dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka disebabkan apa yang mereka lakukan Menurut Ibnu Jarir, pendapat yang lebih mirip kepada kebenaran ialah apa yang telah dikemukakan oleh Ad-Dahhak,
dari Ibnu Abbas tadi. Mujahid mengatakan, sesungguhnya orang-orang ummi itu ialah kaum yang disebutkan ciri-cirinya oleh Allah Swt., bahwa mereka tidak sedikit pun memahami kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa, tetapi mereka membuat-buat kedustaan dan kebatilan serta kedustaan dan kepalsuan. Dengan demikian, berarti makna tamanni dalam ayat ini ialah membuat-buat kedustaan dan kepalsuan. Termasuk ke dalam pengertian ini, ada sebuah riwayat yang bersumber dari sahabat Ugman ibnu Affan La. Disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, "Aku tidak pernah bersyair, tidak pernah pula membuat kebatilan, serta aku tidak pernah membuat kedustaan." Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan makna illaa amaa niyya —dibaca dengan tasydid dan takhfif ialah illaa tilawatan— hanyalah bacaan belaka. Berdasarkan pengertian ini, berarti istiSna yang ada bersifat munqati' .
Para pendukung pendapat ini memperkuat pendapatnya berdalil kepada firman Allah Swt. yang mengatakan, "Melainkan apabila ia hendak membaca, maka setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap bacaannya itu," hingga akhir ayat 52 surat Al-Hajj (menurut orang yang mengartikan tamanna dengan makna tala, yakni membaca). Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Hari§, dari Darij, dari Abul Haigam, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., dari Rasulullah Saw. yang pernah bersabda: Wail adalah sebuah lembah di dalam neraka Jahannam, orang kafir dicampakkan ke dalamnya selama empat puluh tahun sebelum mencapai dasarnya. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuii, dari Abdur Rahman ibnu Humaid, dari Al-Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Luhai'ah, dari Darij dengan lafaz yang sama. Imam Turmuii mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Ibnu Luhai'ah. Menurut kami, hadis ini —seperti yang Anda lihat— tidak hanya diketengahkan oleh Ibnu Luhai'ah, dan ternyata musibahnya menimpa orang-orang sesudahnya, mengingat penilaian marfu' hadis ini merupakan hal yang munkar (diingkari) Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Al Mutsana, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdus Salam telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Qusyairi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Jarir, dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Kinanah Al-Adawi, dari Utsman ibnu Affan r.a dari Rasulullah Saw. sehubungan dengan makna firman‑Nya: Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah: 79)
Tafsir Surah Al-Baqarah
Ayat 78-79
Bahagian 4(Memakan Hasil Dari Riba Menempah Kecelakaan)
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ بِسْمِ اللَّـهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيمِ {وَمِنْهُمْ أُمِّيُّونَ لَا يَعْلَمُونَ الْكِتَابَ إِلا أَمَانِيَّ وَإِنْ هُمْ إِلا يَظُنُّونَ (78) فَوَيْلٌ لِلَّذِينَ يَكْتُبُونَ الْكِتَابَ بِأَيْدِيهِمْ ثُمَّ يَقُولُونَ هَذَا مِنْ عِنْدِ اللَّهِ لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلا فَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا كَتَبَتْ أَيْدِيهِمْ وَوَيْلٌ لَهُمْ مِمَّا يَكْسِبُونَ (79) }
Dan di antara mereka ada yang buta huruf, tidak mengetahui Al-Kitab (Taurat), kecuali dongengan bohong belaka dan mereka hanya menduga-duga. Maka kecelakaan yang besarlah bagi orang-orang yang menulis Al-Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu dikatakannya, "Ini dari Allah," (dengan maksud) untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan.
Ad-Dahhak meriwayatkan dari Ibnu Abbas ketika menafsirkan ayat ini , “kecelakaan bagi mereka karena apa yang mereka tulis dengan tangan mereka sendiri berupa kedustaan, kebohongan, serta kepalsuan.Kecelakaan juga bagi mereka karena apa yang biasa mereka makan melalui hasil riba.” Kalimah "Fawailul lahum" bahwa azab menimpa mereka yang menulis kedustaan tersebut dengan tangan mereka. Kalimah "Wawailul lahum mimma yaksibun", dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka disebabkan apa yang mereka lakukan Menurut Ibnu Jarir, pendapat yang lebih mirip kepada kebenaran ialah apa yang telah dikemukakan oleh Ad-Dahhak,
dari Ibnu Abbas tadi. Mujahid mengatakan, sesungguhnya orang-orang ummi itu ialah kaum yang disebutkan ciri-cirinya oleh Allah Swt., bahwa mereka tidak sedikit pun memahami kitab yang telah diturunkan oleh Allah kepada Nabi Musa, tetapi mereka membuat-buat kedustaan dan kebatilan serta kedustaan dan kepalsuan. Dengan demikian, berarti makna tamanni dalam ayat ini ialah membuat-buat kedustaan dan kepalsuan. Termasuk ke dalam pengertian ini, ada sebuah riwayat yang bersumber dari sahabat Ugman ibnu Affan La. Disebutkan bahwa ia pernah mengatakan, "Aku tidak pernah bersyair, tidak pernah pula membuat kebatilan, serta aku tidak pernah membuat kedustaan." Menurut suatu pendapat, yang dimaksud dengan makna illaa amaa niyya —dibaca dengan tasydid dan takhfif ialah illaa tilawatan— hanyalah bacaan belaka. Berdasarkan pengertian ini, berarti istiSna yang ada bersifat munqati' .
Para pendukung pendapat ini memperkuat pendapatnya berdalil kepada firman Allah Swt. yang mengatakan, "Melainkan apabila ia hendak membaca, maka setan pun memasukkan godaan-godaan terhadap bacaannya itu," hingga akhir ayat 52 surat Al-Hajj (menurut orang yang mengartikan tamanna dengan makna tala, yakni membaca). Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A'la, telah menceritakan kepada kami ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Amr ibnul Hari§, dari Darij, dari Abul Haigam, dari Abu Sa'id Al-Khudri r.a., dari Rasulullah Saw. yang pernah bersabda: Wail adalah sebuah lembah di dalam neraka Jahannam, orang kafir dicampakkan ke dalamnya selama empat puluh tahun sebelum mencapai dasarnya. Hadis ini diriwayatkan pula oleh Imam Turmuii, dari Abdur Rahman ibnu Humaid, dari Al-Hasan ibnu Musa, dari Ibnu Luhai'ah, dari Darij dengan lafaz yang sama. Imam Turmuii mengatakan bahwa hadis ini garib, kami tidak mengenalnya kecuali hanya melalui hadis Ibnu Luhai'ah. Menurut kami, hadis ini —seperti yang Anda lihat— tidak hanya diketengahkan oleh Ibnu Luhai'ah, dan ternyata musibahnya menimpa orang-orang sesudahnya, mengingat penilaian marfu' hadis ini merupakan hal yang munkar (diingkari) Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Al Mutsana, telah menceritakan kepada kami Ibrahim ibnu Abdus Salam telah menceritakan kepada kami Saleh Al-Qusyairi, telah menceritakan kepada kami Ali ibnu Jarir, dari Hammad ibnu Salamah, dari Abdul Hamid ibnu Ja'far, dari Kinanah Al-Adawi, dari Utsman ibnu Affan r.a dari Rasulullah Saw. sehubungan dengan makna firman‑Nya: Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka karena apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan besarlah bagi mereka karena apa yang mereka kerjakan. (Al-Baqarah: 79)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan