Ahad, 17 Jun 2018

AYAT 54-56


TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
 JILIK-4-SURAH KAHFI AYAT
54-56' Dari ayat 54-55-56 '
terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎ 1. Al-Quran memberikan berbagai perumpamaan dan contoh dari orang-orang terdahulu sebagai petunjuk dan pelajaran bagi manusia masa kini.Tugas para nabi adalah memberikan petunjuk ke arah kebenaran, bukan memaksa orang lain supaya beriman. Sebagai mana firman allah azawajalla; Bismillah-hirrahman-nir-rahim'' -54. Walaqad sarrafna fee hatha alqur-ani lilnnasi min kulli mathalin wakana al-insanuakthara shay-in jadalan/55. Wama manaAAa alnnasaan yu/minoo ith jaahumu alhuda wayastaghfiroo rabbahum illaan ta/tiyahum sunnatu al-awwaleena aw ya/tiyahumu alAAathabu qubulan,56. Wama nursilu almursaleena illa mubashshireena wamunthireenawayujadilu allatheena kafaroo bialbatili liyudhidoo bihi alhaqqa waittakhathoo ayatee wamaonthiroo huzuwan

 ;وَلَقَدْ صَرَّفْنَا فِي هَذَا الْقُرْآَنِ لِلنَّاسِ مِنْ كُلِّ مَثَلٍ وَكَانَ الْإِنْسَانُ أَكْثَرَ شَيْءٍ جَدَلًا (54) وَمَا مَنَعَ النَّاسَ أَنْ يُؤْمِنُوا إِذْ جَاءَهُمُ الْهُدَى وَيَسْتَغْفِرُوا رَبَّهُمْ إِلَّا أَنْ تَأْتِيَهُمْ سُنَّةُ الْأَوَّلِينَ أَوْ يَأْتِيَهُمُ الْعَذَابُ قُبُلًا (55)وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلَّا مُبَشِّرِينَ وَمُنْذِرِينَ وَيُجَادِلُ الَّذِينَ كَفَرُوا بِالْبَاطِلِ لِيُدْحِضُوا بِهِ الْحَقَّ وَاتَّخَذُوا آَيَاتِي وَمَا أُنْذِرُوا هُزُوًا (56)

 Dengan nama allah yang maha pemurah lagi maha pengasih;'Dan sesungguhnya Kami telah menjelaskan bermacam-macam perumpamaan (untuk menjelaskan kebenaran) bagi manusia. Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak membantah. (18: 54)Dan tidak ada sesuatupun yang menghalangi manusia dari beriman, ketika petunjuk telah datang kepada mereka, dan memohon ampun kepada Rabbnya, kecuali (keinginan menanti) datangnya hukum (Allah yang telah berlaku pada) umat-umat yang dahulu atau datangnya azab atas mereka dengan nyata. (18: 55)Dan tidaklah Kami mengutus rasul-rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan; tetapi orang-orang yang kafir membantah dengan yang batil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang hak, dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan. (18: 56) Imam Ahmad meriwayatkan bahwa `Ali bin Abi Thalib memberitahukan bahwa Rasulullah pernah mengetuk pintu rumahnya pada malam hari yang ketika itu ia bersama Fathimah binti Rasulullah seraya berkata: “Tidakkah kalian berdua mengerjakan shalat?” Lalu aku menjawab: “Ya Rasulullah, sesungguhnya jiwa kami berada di tangan Allah, jika Dia berkehendak untuk membangunkan kami, maka kami bangun.” Maka beliau pun kembali pada saat kukatakan hal itu kepadanya, sedang beliau sama sekali tidak melontarkan sepatah kata pun kepadaku. Kemudian ketika beliau membalikkan pungungnya sambil menepuk pahanya, beliau membacakan: wa kaanal insaanu aktsara syai-in jadalan (“Dan manusia adalah makhluk yang paling banyak menibantah.”)

Diriwayatkan oleh al-Bukhari dan Muslim dalam kitab ash-Shahihain. Sayyidina ‘Ali bin Abi Thalib ra. pernah meriwayatkan sebuah hadis berikut ini, ‚Ketika kami mengantar jenazah seorang sahabat di pekuburan Baqi’ al-Gharqad, tiba-tiba Rasulullah Saw. datang kepada kami, kemudian beliau duduk dan kami pun duduk bersama beliau. Pada saat itu, beliau memegang sebuah kayu (tongkat), kemudian beliau menggali tanah dengan kayu tersebut, seraya berkata, ‘Tidak seorang pun di antara kalian yang bernafas, kecuali telah ditetapkan kedudukannya di dalam surga atau neraka, dan telah ditetapkan baginya sebagai orang yang celaka atau sebagai orang yang selamat.’ Mendengar ucapan Nabi tersebut, seorang sahabat mengajukan pertanyaan, ‘Ya Rasulullah, apakah sebaiknya kami menyerah kepada ketetapan takdir yang telah digariskan bagi kami, tanpa beramal sedikit pun?’ Beliau Saw. menjawab, ‘Siapa pun yang telah ditetapkan sebagai seorang yang akan mendapatkan kebahagiaan, maka ia akan beramal menurut amalan orang-orang yang ditetapkan akan mendapatkan kebahagiaan. Dan siapa saja yang ditetapkan sebagai seorang yang akan mendapat kesengsaraan, maka ia akan beramal menurut amalan orang-orang yang akan mendapat kesengsaraan. Oleh karena itu, beramalah kalian masing-masing, karena setiap orang akan diberi kemudahan menurut takdirnya masing-masing. Jika ia telah ditetapkan sebagai orang yang bahagia, maka ia akan memperbanyak amal kebajikan yang akan mengantarnya menuju kebahagiaan.[6] Sebaliknya, jika ia telah ditetapkan sebagai orang yang celaka, maka ia akan memperbanyak amal-amal keburukan yang mengantarnya menuju kesengsaraan.’ Kemudian beliau membacakan firman Allah Swt; Dari Aisyah berkata : Rasulullah saw bersabda :”Enam golongan yang yang aku dan Allah serta para Nabi mengutuknya adalah orang yang melebih-lebihkan kitab Allah, orang yang mendustakan takdir Allah, penguasa yang mengunakan kekuasaanya untuk memuliakan orang yang menghina Allah dan menghinakan orang yang memuliakan Allah, orang yang menghalalkan apa yang diharamkan Allah, orang yang menghalalkan perbuatan jahat yang diharamkan Allah, dan orang yang meninggalkan sunnahku”. Dari ayat tadi terdapat lapan pelajaran yang dapat dipetik:‎ 1. Al-Quran memberikan berbagai perumpamaan dan contoh dari orang-orang terdahulu sebagai petunjuk dan pelajaran bagi manusia masa kini. 2. Jika kesediaan menerima kebenaran dalam diri manusia tidak ada, maka manusia akan selalu membantah kebenaran, meskipun disampaikan dengan perumpamaan dan contoh. 3. Allah Swt memberikan petunjuk kepada manusia dengan mengutus Nabi dan Rasul-Nya serta menurunkan kitab suci ilahi, sehingga hujah telah tuntas bagi manusia, dan tidak ada lagi alasan untuk menentang maupun membantahnya. 4. Bertaubat dari segala dosa menghalangi turunnya azab ilahi. 5. Argumentasi tidak seluruhnya bermanfaat, karena terkadang hukuman lebih efektif. 6. Tugas para nabi adalah memberikan petunjuk ke arah kebenaran, bukan memaksa orang lain supaya beriman. 7. Alat yang dipergunakan orang kafir adalah penghinaan dan bantahan, bukan logika dan argumentasi. 8. Manusia harus mewaspadai seluruh perkataan dan perilakunya supaya jangan sampai melecehkan aturan agama karena hal itu berarti melecehkan ayat ilahi yang merupakan tanda-tanda orang kafir. Melanjutkan pembahasan sebelumnya mengenai akibat pengingkaran orang-orang kafir terhadap aturan Ilahi, di ayat ini Allah Swt menjelaskan berbagai contoh nyata dari sejarah kehidupan orang-orang terdahulu, baik peristiwa getir maupun manis yang mereka rasakan. Al-Quran menjelaskan semua itu supaya kita bisa mengambil pelajaran dan hati kita siap menerima kebenaran.Namun amat disayangkan sebagian manusia tidak bersedia menerima kebenaran, bahkan menentangnya. Alih-alih menyampaikan perkataan yang logis dan argumentatif, mereka justru membantahnya.Orang-orang kafir itu mengira bisa menentramkan hatinya dengan membantah dan mengingkari kebenaran.Ayat ini menyinggung sifat orang-orang Kafir yang menolak untuk beriman. Mereka tidak bersedia menerima kebenaran, meskipun menyaksikan dan memahaminya. Tampaknya yang bisa membuat mereka tunduk terhadap kebenaran adalah datangnya hukum Allah sebagaimana yang menimpa orang-orang terdahulu atau mereka menyaksikan langsung turunnya azab dari langit menimpanya. Tapi keimanan seperti ini tidak berguna sama sekali, karena keimanan seperti itu timbul dari keterpaksaan dan bukan pilihan.Ayat ini sejatinya memberikan kabar gembira sekaligus peringatan. Disebut kabar gembira, karena Allah Swt akan mengampuni dosa manusia, jika bertaubat atas dosa-doanya. Namun sebaliknya, ayat ini menjadi peringatan bagi orang-orang yang membangkang di hadapan kebenaran. Nasib mereka akan binasa seperti orang-orang terdahulu yang menolak beriman kepada Allah Swt. Meski demikian, orang-orang kafir tidak memperhatikan peringatan tersebut.Melanjutkan ayat sebelumnya, ayat ini menghibur Rasulullah dengan mengatakan, Wahai Rasulullah! Jangan sampai orang-orang Kafir membuatmu berduka, karena kewajiban seorang Nabi hanya memberikan kabar gembira dan peringatan.Sebagian orang memanfaatkan kekuasaannya dari pada beriman kepada Allah Swt. Selain itu, mereka berupaya menolak kebenaran dan menggantinya dengan kebatilan. Menyinggung salah satu cara yang dilakukan para pembangkang dalam menolak kebenaran dengan menghina orang mukmin, al-Quran menjelaskan mengenai hari kiamat dan kebangkitan, serta peringatan mengenai azab api neraka. Orang-orang kafir mempersoalkan semua itu dengan mengatakan bahwa siapa yang datang dari alam akhirat dan mengabarkan berita itu untuk menakut-nakuti kalian dengan azab di dunia ini. Allah memberitahu tentang keingkaran orang-orang kafir pada zaman dahulu dan zaman yang baru terjadi, juga kedustaan orang-orang dahulu terhadap kebenaran yang sudah nyata. Tidak ada sesuatu pun yang menghalangi mereka untuk mengikuti yang demikian itu melainkan permintaan mereka untuk dapat menyaksikan secara langsung adzab yang telah dijanjikan bagimereka, sebagaimana yang mereka katakan kepada Nabi mereka: “Maka jatuhkanlah kepada kami gumpalan dari langit, jika kamu termasuk orang-orang yang benar.” (QS. Asy-Syu’araa’:187)Kemudian Dia berfirman: illaa an ta’tiyaHum sunnatul awwaliina (“Kecuali [keinginan menanti] datangnya hukum [Allah yang telah berlaku pada] umat-umat yang dahulu.”) Berupa pencengkeraman adzab kepada mereka dan penimpaan siksaan kepada mereka. Au ya’tiyaHumul ‘adzaabu qubulan (“Atau datangnya adzab atas mereka dengan nyata.”) Maksudnya, mereka melihat adzab secara langsung dan kasatmata serta berhadap-hadapan.Lebih lanjut Allah berfirman: wa maa nursilu mursaliina illaa mubasy-syiriina wa mundziriina (“Dan tidaklah Kami mengutus para Rasul melainkan sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan.”) Yakni, sebelum penimpaan adzab. Mereka menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang yang membenarkan dan beriman kepada mereka, dan memberikan peringatan kepada orang-orang yang mendustakan dan menentang mereka.Setelah itu, Allah Ta’ala menceritakan tentang orang-orang kafir, yang mereka; yujaadiluuna bil baathili liyudhidluu biHii (“Membantah dengan yang bathil agar dengan demikian mereka dapat melenyapkan yang haq.”) Maksudnya, agar mereka dapat melemahkan kebenaran yang dibawa oleh para Rasul, namun hal itu tidak pernah tercapai.Wat takhidzuu aayaatii wa maa undziruu Huzuwan (“Dan mereka menganggap ayat-ayat Kami dan peringatan-peringatan terhadap mereka sebagai olok-olokan.”) Maksudnya, mereka menjadikan berbagai macam hujjah, bukti dan mukjizat yang diberikan kepada para Rasul itu serta berbagai peringatan akan adanya adzab “Huzuwan” (“Sebagai olok-olokan.”) Maksudnya, sebagian mereka mengolok-olok hal tersebut, dan yang demikian itu merupakan kedustaan yang amat sangat.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN