TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
tafsir surah Maryam Ayat 50 - 55
SEBAGAI MANA AYAT AYAT SEBELUM NYA ALLAH MENJELASKAN KISAH NABI NABI DAN RASUL NYA SEAWAL KISAH ZAKARIA HINGGA MUSA DAN KINI ALLAH MENYATAKAN KISAH NABI ISMAIL YANG MANA SALAH SEORANG RASUL UTUSAN ALLAH AZAWAJALLA DAN KISAH NYA SEBAGAI MANA KISAH KISAH NABI YANG LAIN DI UBAH DALAM KETERAGAN KITAB KITAB TULISAN YAHUDI DAN NASRANI DENGAN FITNAH DAN DUSTA YANG MELANDA KETURUNAN YAKKUB DAN NABI NABI SEBELUM DATANG NYA NABI MUHAMAT SAW,.., SEBAGAI MANA AYAT AYAT SEBELUM NYA DALAM SURAH MARIAM ALLAH MENYERU AKAN NABI MUHAMAT AGAR MENCERITAKAN KISAH RASUL RASUL TERDAHULU DENGAN KEBENARAN DAN NABI MUHAMAT ITU TIDAK LAH LAIN MELAIANKAN MENYAMPAIKAN KEBENARAN ,
.sebagai mana ayat ayat terdahulu dalam ayat 51 hingga 53 allah menceritakan kisah nabi musa dengan kebenaran dan tiada satu pun dapat di nyatakan melaikan hanya dengan kebenaran nabi muhamat saw,.,. firman allah sawt,.,. Ayat 51-53 Quran, Surah Maryam, Ayat 51 Wadz kur fil kita_bi musa_ in nahu_ ka_na mukhlashaw wa ka_na rasu_lan nabiy ya_Ayat 52 Wa na_daina_hu min ja_nibit thu_ril aimani wa qar rabna_hu najiy ya_Ayat 53-Wa wahabna_ lahu_ mir rahmatina_ akha_hu ha_ru_na nabiy ya_ بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (51).
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ مُوسَىٰ ۚإِنَّهُ كَانَ مُخْلَصًا وَكَانَ رَسُولًا نَبِيًّا Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka), kisah Musa di dalam Al Kitab (Al Qur'an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang dipilih dan seorang rasul dan nabi. (52). وَنَادَيْنَاهُ مِنْ جَانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنِ وَقَرَّبْنَاهُ نَجِيًّا Dan Kami telah memanggilnya dari sebelah kanan gunung Thur dan Kami telah mendekatkannya kepada Kami di waktu dia munajat (kepada Kami). (53). وَوَهَبْنَا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنَا أَخَاهُ هَارُونَ نَبِيًّا Dan Kami telah menganugerahkan kepadanya sebagian rahmat Kami, yaitu saudaranya, Harun menjadi seorang nabi. وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ مُوسى "Dan ingatlah di dalam Kitab darihal Musa." (pangkal ayat 51).
Setelah selesai memperingatkan darihal Ibrahim dan perselisihan pendapatnya dengan ayahnya karena berlainan akidah, dan setelah dibayangkan pula bagaimana keyakinan seorang Rasul Allah sekali-kali tidak merobah rasa hormat dan khidmatnya kepada orang tuanya, maka sekarang Tuhan menyuruh NabiNya pula, Muhammad s.a.w. memperingati pula darihal Nabi Musa a.s. إِنَّهُ كانَ مُخْلَصاً وَ كانَ رَسُولاً نَبِيًّا "Sesungguhnya dia adalah orang pilihan dan adalah dia Rasul, lagi Nabi." (ujung ayat 51). Dia adalah orang pilihan, atau seorang yang mempunyai keistimewaan sendiri, gagah perkasa, pemimpin, menganjur yang tidak mengenal bosan dan gagah berani.
Dikatakan dia orang pilihan, karena memang istimewalah Musa itu di antara Rasul-rasul dan Nabi-nabi. Namanya tersebut di dalam al-Quran sampai lebih dari 300 kaii. Menjadi tinggilah keistimewaan itu sebab dia pun diangkat Tuhan menjadi RasulNya, menjadi utusanNya kepada Bani Israil, disertai jabatan Nabi. Menerima wahyu dari llahi. وَ نادَيْناهُ مِنْ جانِبِ الطُّورِ الْأَيْمَنَِ "Dan telah Kami panggil dia dari pinggir gunung sebelah kanan. " (pangkal ayat 52). Telah diceriterakan di dalam al-Quran pada Surat-surat yang lain bahwa Musa telah dipanggil menghadap Allah ke atas gunung Thursina, di lembah yang bernama Thuwa Yang Suci. Pertama tatkala dia akan pulang kembali ke negeri Mesir dari pembuangan di Madyan, kedua ketika dia telah selamat menyeberangkan Bani Israil melalui Lautan Qulzum dengan membelah laut, dari Mesir. Lalu dia dipanggil buat menyampaikan perintah Tuhan yang bernama Taurat. Dikatakan dalam ayat-ayat itu (al-Qashash; 29, Thaha 10, an-Naml 7, an-Nazi'at 16, al-A'raf 142)
dan lain-lain bahwa beliau melihat api di gunung, lalu beliau naik ke gunung itu. Sampai di sana kedengaranlah olehnya seruan Tuhan kepadanya. Di Surat al-A'raf, pada pertemuan yang kedua kali Musa memohon hendak melihat wajah Tuhan yang sebenarnya, tetapi Tuhan menyatakan kepadanya bahwa dia tidak akan dapat melihat wajah Tuhan, hanya akan melihat bukti adanya Tuhan saja, yaitu dengan hancurnya sebuah gunung. lalu Musa pingsan melihat keajaiban besar itu. Dikatakan di dalam ayat ini bahwa Musa dipanggil di pinggir gunung yang sebelah kanan. Tentu kita pun maklum bahwa gunung tidaklah mempunyai kanan dan kiri. Maka yang dimaksud dengan kanan di sini ialah yang sebelah kanan Musa. Maka dikatakanlah di ujung ayat: وَ قَرَّبْناهُ نَجِيًّا "
Dan Kami dekatkan dia untuk bercakap." (ujung ayat 52). Di dalam Surat 4 an-Nisa' ayat 164 Tuhan menjelaskan: وَ كَلَّمَ اللهُ مُوسى تَكْليما "Dan Allah telah bercakap kepada Musa sebenar-benar bercakap." Maka tidaklah perlu kita bicarakan panjang lebar bagaimana beliau Nabi Musa itu bercakap dengan Allah, atau Allah bercakap dengan dia. Mempunyai huruf-hurufkah percakapan Tuhan itu dan mempunyai suara? Apakah suara dan huruf itu termasuk zat Allah atau sifatNya? Tidaklah layak kita memperkatakan hal itu. sebab akal kita tidaklah akan sampai ke sana. Sedangkan manusia dengan alat-alat moden telah dapat menyampaikan fikiran dari si anu kepada si tulan yang sangat jauh jarak tempatnya dengan tidak memakai huruf dan suara, apatah lagi Allah Yang Maha Kuasa, yang telah menjadikan Adam langsung dari tanah, dan menjadikan tubuh Hawa langsung dari tubuh Adam dan menjadikan Isa tidak dengan perantaraan bapa, dan menghilangkan kemandulan isteri Ibrahim dan isteri Zakariya. Tuhan bersabda bahwa Nabi Musa di waktu itu didekatkan oleh Tuhan kepadaNya, untuk diajak bercakap. Kita pun percaya akan sabda Tuhan itu, dengan tidak mengorek lagi bagaimana pendekatan itu. Karena memang sudah terang bahwa Nabi-nabi dan Rasul itu memangiah orang-orang yang Mushthafa; orang-orang yang terpilih di antara sekalian hamba Tuhan. وَ وَهَبْنا لَهُ مِنْ رَحْمَتِنا أَخاهُ هارُونَ نَبِيًّا َ "Dan Kami kumiakan kepadanya, dan rahmat Kami, saudaranya Harun, seorang Nabi." (ayat 53). Di dalam Surat 20 Thaha, ayat 29 sampai 32 jelaslah bahwa seketika tugas berat itu telah dipikulkan Allah kepada Musa, untuk pergi kepada Fir'aun menyampaikan da'wah llahi, Musa pun telah memohonkan agar dia diberi pembantu. Dan Musa sendiri telah menentukan yang diharapnya jadi pembantu itu, yaitu saudara kandungnya sendiri, abangnya, Harun. Yaitu untuk memperkuat kedudukannya dan supaya bertanggung-jawab. Karena meskipun Musa itu seorang yang gagah berani, ada pula kelemahannya, yaitu tidaklah dia pandai berlemah-lembut pada perkara-perkara yang memerlukan lemah lembut berhadapan dengan seorang Raja yang telah merasa dirinya besar dan agung sama dengan Tuhan. Maka dalam ayat 53 Surat Maryam ini dijelaskan Tuhanlah bahwa pengangkatan Harun menjadi Nabi di samping Musa, ialah karena memperkenankan permohonan Musa; rahmat dari Tuhan kepadanya. Sebagaimana kita terangkan di atas, kisah perjuangan Musa ini telah banyak disebut di dalam al-Quran; baik dalam surat-surat yang diturunkan di Makkah ataupun pada surat-surat yang diturunkan di Madinah. Karena memang perjuangan Nabi-nabi yang terdahulu yang banyak menyerupai perjuangan Muhammad s.a.w. ialah perjuangan Musa. Di dalam tiga ayat Surat Maryam ini
(51-52 dan 53) hanya diterangkan sedikit saja, tetapi dalam sekali apa yang dapat kita ambil dari dalamnya. Yaitu bagaimanapun gagah perkasa Musa, kuat dan teguh badannya, rohani dan jasmani, namun dia sendiri pun merasakan sendiri betapa perlunya ada seorang yang mendampinginya. Dan tabiat lemah-lembut, mengurangi tekanan kekerasan Musa hanya ada pada saudaranya Harun. Dan itu pun dapat kita rasakan seketika Musa sendiri naik darah kepada saudaranya itu. Karena sepeninggal Musa pergi menghadap liahi 40 hari di sebelah kanan gunung Thur di Wadi Thuwa itu, Bani Israil telah dapat disesatkan oleh tipuan Samiri. Harun tidak ada upaya melarang dengan kekerasan, bahkan dia nyaris dibunuh orang. Dan setelah Musa pulang ditariknya janggut Harun dan ubun-ubunnya dengan marah. Harun menyambut dengan lemah-lembutnya: قالَ يَا بْنَ أُمَّ لا تَأْخُذْ بِلِحْيَتي وَلا بِرَأْسي "Hai anak ibuku, janganlah kau tarik janggutku dan kepalaku!" (Thaha: 94).
Karena sambutan Harun yang demikian jatuhlah tangan Musa, dan sebagaimana kebiasaan beliau, beliau pun segera menyesal. Namun demikian, ayat 53 tetap mengagungkan Harun: "Dia adalah Nabi." allah berfirman ; وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ إِسْماعيلَ إِنَّهُ كانَ صادِقَ الْوَعْدِ وَ كانَ رَسُولاً نَبِيًّا (54) Dan ingatlah di dalam Kitab dariha1 Ismail. Sesungguhnya dia adalah benar dalam berjanji dan adalah dia Rasul, lagi Nabi. وَ كانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَ الزَّكاةِ وَ كانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا (55) Dan adalah dia menyuruhkan ahlinya dengan sembahyang dan berzakat. Dan adalah dia itu di sisi Tuhannya, sangat diridhai .Kisah Nabi lsmail a.s.dalam ayat 54-55 ادِقَ الْوَعْدِ وَ كانَ رَسُولاً نَبِيًّا "Dan ingatlah di dalam Kitab dari hal Ismail. " (pangkal ayat 54). Nabi Ismail adalah putera yang tertua dari Nabi Ibrahim. Ibunya Hajar, hamba sahaya yang dihadiahkan oleh Sarah isteri tertua kepada suaminya, dengan harapan karena dengan dia Ibrahim tidak juga beroleh putera. moga-moga dengan gadis muda ini, dapatlah beiiau berputera. Ibu Ismail inilah yang dipindahkan Ibrahim ke "lembah yang tidak bertumbuh-tumbuhan" itu, yang kemudian bernama Makkah, karena sejak ia mengandung berobah hati sembayan (madu)nya Sarah yang telah tua itu kepadanya, sehingga tiap hari berkelahi saja. Pada Fasal 21; ayat 21 dari Kitab Kejadian disebutlah lembah itu dengan nama Paran, atau Faran.
Itulah yang kemudian bernama Makkah. Daripada Ismail itulah turun bangsa Arab yang bernama Musta'ribah. Merekalah yang mendiami lembah itu turun-temurun dan setelah Ibrahim meninggal dunia, Ismail itulah yang ditugaskan Tuhan memimpin anak-cucu dan kaumnya yang telah berkampung sekeliling sumur Zamzam di Makkah itu. Dipujikanlah di dalam ayat ini kelebihan Ismail itu di antara Nabi-nabi: إِسْماعيلَ إِنَّهُ كانَ صادِقَ "Sesungguhnya dia adalah benar dalam berjanji," inilah perangai utama pada satu peribadi yang besar. Ibnu Juraij menafsirkan: "Tidak pernah Ismail berjanji yang tidak diteguhinya dan dipenuhinya; baik janji dengan Tuhan yang berupa nazar atau janji dengan sesama manusia." Ibn Jarir pun menyebutkan dalam tafsirnya bahwa Ismail pernah berjanji dengan seseorang akan bertemu di suatu tempat, lalu dipenuhinya janji itu. Tetapi orang itu lupa. Sehingga ditunggunya orang itu, tidak dia beranjak dari sana, sampai orang itu datang esoknya, karena waktu itu baru orang itu ingat akan janjinya. Didapatinya Ismail berdiri di sana. Lalu orang itu bertanya: "Sejak kemaren engkau menunggu aku di sini?" Beliau jawab: "Ya!" Orang itu menjawab: "Maafkan saya, saya lupa!" Ismail menjawab: "Saya bertekad tidak meninggalkan tempat ini sampai engkau datang." Lalu Tuhan bersabda lagi: وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ "Dan adalah dia Rasul, lagi Nabi " (ujung ayat 54).
Orang yang tidak pernah melalaikan "janji" itulah yang diangkat Allah menjadi RasulNya dan menjadi NabiNya; suatu pengangkatan yang tepat. Selanjutnya Allah memberikan lagi pujian terhadap Ismail karena keahliannya memimpin ahlinya atau pengikutnya: وَ كانَ يَأْمُرُ أَهْلَهُ بِالصَّلاةِ وَ الزَّكاةِ "Dan adalah dia menyuruhkan ahlinya dengan sembahyang dan berzakat." (pangkal ayat 55). Dapatlah difahamkan dari susunan ayat bahwasanya Ismail itu disegani dalam kalangan ahli atau pengikutnya. Karena senantiasanya teguh memenuhi janji orang mesti segan kepadanya. Kalau sudah disegani, timbullah wibawa; kalau wibawa telah tumbuh niscaya perintah atau ajakannya akan dipatuhi. Maka disuruhnyalah ahlinya itu mengerjakan sembahyang menurut syariat llahi yang ada pada masa itu. Dan disuruhnya pula ahlinya itu berzakat. Yaitu mengeluarkan sebahagian daripada hartabenda, untuk zakat, yang berarti pembersihan. Membersihkan diri dari penyakit batil, membersihkan jiwa dari kekotoran rasa benci kepada sesama manusia, terutama karena orang yang berkekurangan, dan membersihkan harta itu sendiri daripada sumber-sumber yang tidak halal. Oleh karena jasanya yang demikian besar, teguhnya memegang disiplin atas dirinya dan pandainya memimpin ahlinya sehingga patuh menuruti perintah, mendapatlah dia pujian tertinggi dari Tuhan: وَ كانَ عِنْدَ رَبِّهِ مَرْضِيًّا " Dan adalah dia itu, di sisi Tuhannya, sangat diridhai." (ujung ayat 55). Artinya. bahwasanya segala amal dan usahanya, teguhnya pada janji, pandainya memimpin ahli dan pengikut, menyebabkan dia mendapat Keridhaan dari Tuhan, Rabbul 'Alamin.
Ada lagi setengah tafsir yang indah tentang teguhnya Ismail memenuhi janji. Dan itu telah tumbuh sejak dia masih budak-budak. Ketika ayahnya menyampaikan kepadanya bahwa beliau bermimpi.menyembelih lehernya, Ismail telah berjanji: "Ayah akan dapati aku termasuk orang yang sabar." Dan janji dengan ayahnya itu dipenuhinya, dikalangkannya lehernya, bersedia disembelih seketika ayahnya telah meletakkan lehernya, ke atas batu. ( lihat Surat 37, ayat 102. Tafsir Juzu 23). Dari ayat ini pun dapat kita mengambil kesan tentang yang dimaksud dengan ahlinya. Boleh dipersempit artinya, yaitu keluarga terdekat, isteri dan anak-anak. Ismail telah dapat memerintahkan anak isterinya sembahyang dan berzakat. Para pemimpin dan Ulama yang akan mewarisi Nabi-nabi (Wartsatul Anbiya') diberi peringatan halus dengan ayat ini, yaitu sebelum memberi peringatan dan da'wah kepada orang lain, lebih utamakanlah dahulu memberi da'wah dan perintah kepada anak isteri, menyuruh sembahyang. Karena banyak muballigh dan pemegang-pemegang Da'wah memberikan peringatan kepada orang luar sedang dalam rumahtangganya sendiri tidak kelihatan pengaruh agama yang hendak ditegakkannya. Dalam ayat ini pun terdapat kelebihan yang nyata Ismail, nenek-moyang bangsa Arab. terutama nenek-moyang Nabi Muhammad daripada Ishak dan Ya'kub puteranya. Pada ayat 49 di atas tadi diterangkan bahwa Ishak dan Ya'kub itu diangkat Allah menjadi Nabi. Tetapi di ayat 55 ini dijelaskan bahwa Ismail adalah Rasul dan Nabi. Sebuah Hadis yang shahih riwayat Muslim, sabda s.a.w. berbunyi: "Sesungguhnya Allah telah memilih dan anak-anak Ibrahim itu akan anaknya yang bemama Ismail." Keterangan Hadits ini pun dapat kita fahamkan. Bukankah Ismail, anak yang tertua itu yang dipilih oleh Allah buat membantu ayahnya Ibrahim mendirikan Baitullah itu? (Surat 2, al-Baqarah, ayat 12, Tafsir Juzu' 1), dan dari salurannya pula Allah memilih untuk menurunkan RasulNya yang terakhir Muhammad s.a.w.? .
Tiada ulasan:
Catat Ulasan