Sabtu, 16 Jun 2018

AYAT 56-57


TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
 tafsir surah Maryam Ayat 56 - 57
      SEBAGAI MANA AYAT AYAT SEBELUM NYA ALLAH MENJELASKAN KISAH NABI NABI DAN RASUL NYA SEAWAL KISAH ZAKARIA HINGGA MUSA DAN DALAM AYAT INI ALLAH AZAWAJALLA MENCERITAKAN KEATAS RASUL NYA MUHAMAT YANG MANA HAMBA DAN SEORANG YANG BERNAR BENAR BERKATA KATA BENAR,.., ALLAH MENJELASKAN KISAH NABI IDRIS.,.,

Allah azawajalla berfirman; وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ إِدْريسَ إِنَّهُ كانَ صِدِّيقاً نَبِيًّا َ (56) Dan ingatlah di dalam Kitab dari­hal Idris. Sesungguhnya dia ada­lah seorang yang sangat benar, lagi seorang Nabi. وَ رَفَعْناهُ مَكاناً عَلِيًّا َ (57) Dan telah Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi. Nabi Idris a.s. وَ اذْكُرْ فِي الْكِتابِ إِدْريسَ "Dan ingatlah di dalam Kitab darihal Idris." (pangkal ayat 56). Nama Nabi ldris ini tersebut di dalam al-Quran hanya dua kali. Pertama pada ayat ini, Maryam; 56.

 Kedua pada Surat 21, al-Anbiya', ayat 85; disebut nama beliau sesudah Ismail juga, dan sesudah ldris disebut Al-Kifli. Ketika Rasulullah s.a.w. Mi'raj ke langit beliau menyatakan bertemu Nabi ldris itu pada langit yang keempat. Banyaklah ceritera orang di sekitar diri Nabi yang satu ini meskipun hanya dua kali tersebut dalam al-Quran. Menurut suatu riwayat dari Ibnu Abbas ldris itu adalah seorang tukang jahit (Khayyath). Ibnu Abbas mengatakan pula bahwa setiap beliau menusukkan jarumnya ke kain selalu beliau membaca zikir "Subhanallah" (Amat Sucilah Allah).

Begitulah terus dia bekerja dan berusaha sehari-harian sampai petang. Dipujilah beliau oleh Tuhan di ujung ayat ini: إِنَّهُ كانَ صِدِّيقاً نَبِيًّا "Sesungguhnya dia adalah se­orang yang sangat benar, lagi seorang Nabi." (ujung ayat 56). SHIDDIQ kita artikan sangat benar, atau sangat jujur, tidak banyak bahkan tidak ada belat dan belit. Dan beliau pun adalah Nabi Allah, orang yang dipercayai oleh Allah menyampaikan wahyuNya. Di dalam Tafsir al-Qurthubi disebutkan bahwa Nabi ldris itulah manusia yang mula-muia menulis dengan qalam. Yang mula-mula menjahit dengan jarum. Yang mula-mula mengetahui ilmu bintang dan ilmu hisab. Dia bernama Idris, yang diartikan belajar karena dia banyak sekali belajar Kitab Allah. Ada disebut bahwa kepadanya diturunkan 30 Shuhuf.

Ada yang mengatakan Idris itu ialah Ukhnukh. Nenek dari Nabi Nuh. Nuh anak Lamak anak Matusyalakh anak Ukhnukh! . Dalam silsilah keturunan itu ada disebut bahwa Lamak itu anak dari Matusyalakh dan Matusyalakh anak dari Ukhnukh atau disebut juga Henokh, anak dari Jared, anak dari Mahlael, anak dari Qinan, anak dari Syits, anak dari Adam. Mungkin karena menyangka bahwa Idris ini adalah Ukhnukh, atau disebut juga Henokh, terbiasalah orang menyebut susunan Nama Nabi-nabi sejak Nabi Adam sampai Nabi Muhammad, nama Idris selalu terletak pada nomor dua; Adam, Idris, Nuh, Ibrahim, Ismail, Ishak, Ya'kub, Yusuf, Luth, Syu'aib, dan seterusnya.Tetapi nampaknya menetapkan Idris adalah Ukhnukh (Henokh) hanyalah kemungkinan saja, bukan kepastian. Malah Sayid Jamaluddin al-Qasimi di dalam Tafsinya "Mahasin ut-Ta'wil" berkata: "Idris itu ialah Ilyas yang akan datang sebutannya kelak dalam Surat ash-Shaffat. Di dalam Taurat Ilyas itu disebut Elya." Tetapi Syaikh Thanthawi Jauhari di dalam Tafsir Jawahirnya menafsirkan bahwa yang dimaksud dengan IDRIS ialah Oziris atau Azoris, dan kalimat Idris adalah ucapan nama itu dalam bahasa Arab. Serupa juga dengan Yesoa atau Yesus diucapkan dalam bahasa Arab dengan Isa; Yohannes dalam bahasa Yunani diucapkan dalam bahasa Arab Yahya. Menurut Syaikh Thanthawi, Oziris atau Idris ini seorang Nabi yang diutus Allah kepada bangsa Mesir purba­kala dan membawa ajaran-ajaran dan perobahan yang besar-besar.

Di dalam sejarah-sejarah Kuno Mesir disebutkan bahwa Idris itu meninggal karena di­bunuh oleh saudaranya sendiri karena dengki akan pengaruhnya yang besar. Lalu dipotong-potong badannya untuk dihancurkan. Tetapi sepotong dari badan itu dipelihara oleh isterinya dan dibalsem; pembalseman mayat itulah kelaknya yang menjadi kepandaian yang utama dari orang Mesir purbakala. Syaikh Thanthawi menguraikan panjang lebar, bahwa di zaman purbakala bangsa Mesir itu di antara Kerajaan dengan agama adalah satu, sehingga Idris itu pun merangkap juga raja. Itulah sebab dia didengki oleh saudaranya. Namun setelah dia mati orang Mesir memuliakan sekalian jasanya yang besar-­besar. Kata dongeng mereka, setelah seorang raja besar atau orang besar mati, bersidanglah hakim-hakim 42 orang banyak anggotanya memusyawaratkan dan mempertimbangkan tentang kebaikan atau keburukan raja semasa hidup­nya. Rupanya kebaikan Oziris atau Idris itu lebih banyak dan lebih berat dari­pada keburukannya; maka ditempatkanlah dia pada tempat yang amat tinggi dan agung di alam lain. Dan beratus tahun lamanya sesudah Oziris mati, selalu dipertimbangkan kebaikan dan keburukan penguasa.

Kalau ternyata kebaikan­nyalah yang banyak, dianggaplah bahwa tempatnya di alam lain ialah di tempat yang ditempati oleh Oziris. Sayid Quthub di dalam "Fi Zhilalil Quran"pun memberatkan pendapatnya kepada pendapat Syaikh Thanthawi Jauhari ini, bahwa besar kemungkinan bahwa Idris ialah Oziris yang ternama dalam Sejarah Mesir Purbakala itu. Niscaya di dalam tafsir-tafsir yang lama sejak Thabari, ar-Razi, al-Qurthubi, Ibnu Katsir dan yang sezaman tidak bertemu kemungkinan Oziris itu, dan baru bertemu pada Tafsir Syaikh Thanthawi Jauhari pada sekitar tahun 1928, atau pada Tafsir Sayid Quthub selepas tahun 1955.

Sedang Tafsir AI-Manar Sayid Rasyid Ridha hanya sampai pada Surat Yusuf saja (Juzu' 13). Karena Ilmu hasil penyelidikan kebudayaan dan Peradaban Bangsa Mesir Kuno, yang terkenal dengan nama "Egyptologi" barulah tumbuh sejak permulaan Abad Kesembilan­ belas , sejak para sarjana dapat membuka kunci rahasia Huruf Hyroglefy, huruf bangsa Mesir Kuno itu. Dari hasil penyelidikan yang baru berusia 165 tahun itu­lah didapat ceritera tentang orang besar Mesir yang bernama Oziris itu. Dan ajaran-ajaran Oziris yang didapat dari huruf-huruf Kuno itu bertemu pokok ajaran Tauhid. Cuma setelah lama kemudian sepeninggal dia, setelah pada mulanya hakim-hakim mengakui bahwa jasanya sangat besar, maka beliau di­tempatkan di tempat yang Maha Tinggi di alam lain, maka beliau pulalah yang dipertuhan orang, dipuja dan disembah, sebagai dilakukan orang Kristen kepada Isa Almasih atau orang Budha kepada Bodhisatwa. Maka tersebutlah pada lanjutan ayat: وَ رَفَعْناهُ مَكاناً عَلِيًّا َ "Dan telah Kami angkatkan dia ke tempat yang tinggi." (ayat 57). Sedianya akan sederhana sajalah penafsiran daripada ayat ini. Di ayat 56 sebelumnya, Allah telah memujikan keistimewaan Idris, bahwa dta adalah se­orang yang sangat benar, sangat jujur, artinya seorang yang lurus: sesuai dengan pengangkatan Allah atas dirinya menjadi Nabi. Oleh karena sangat jujur, sangat benar dan sangat lurusnya itu, sudah pastilah Martabatnya di­angkatkan Allah kepada tempat yang tinggi dan agung. Di dalam Surat 58 al-Mujadilah ayat 11 Tuhan bersabda: وَ الَّذينَ أُوتُوا الْعِلْمَ دَرَجاتٍ "Akan diangkatkan oleh Allah orang-orang yang beriman daripada kamu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." Maka tinggilah kedudukan Idris itu karena jujurnya dan lurusnya. Tetapi rupanya tidaklah "mereka itu" merasa puas kalau tempatnya yang diangkatkan tinggi itu tidak ditafsirkan dengan ganjil. Di sini akan kita salinkan beberapa ceritera tentang diangkatkan Nabi Idris ini yang ganjil-ganjil. Adapun yang pokok, yang masuk di akal dan dapat difikirkan ialah sebuah riwayat yang dirawikan oleh Bukhari yang diterimanya dari Syarik bin Abdullah bin Abu Namir, bahwa dia mendengar sahabat Rasulullah s.a.w. Anas bin Malik r.a. berkata, bahwa Nabi s.a.w. menceriterakan tatkala beliau Mi'raj ke langit beliau bertemu Nabi-nabi Allah di tiap-tiap langit dan bertemu Nabi Idris di langit yang keempat. Demikian juga dalam riwayat yang disampaikan oleh Muslim dari Malik bin Sha'sha'ah. Beberapa ahli tafsir menjadikan Hadits-hadits Mi'raj itu akan alasan menguatkan bahwa Nabi Idris itu diangkatkan Tuhan ke tempat yang tinggi. Maka kalau Hadits-hadits itu yang dijadikan alasan, niscaya bukanlah Nabi Idris saja yang diangkatkan martabatnya. Sudahlah selayaknya sekalian Nabi di­angkatkan kemuliaannya, sehingga Nabi kita s.a.w. berjumpa dengan setengah mereka pada langit ketujuh tingkatnya itu; ada yang di langit pertama, kedua, ketiga, keempat dan seterusnya sampai yang ketujuh. Tetapi ceritera tentang ldris tidaklah dicukupkan orang sehingga itu saja. Beberapa ceritera akan kita salinkan dalam tafsir ini tentang din Nabi Idris itu: 1. Disalinkan oleh al-Qurthubi di dalam Tafsirnya sebuah riwayat yang dibawakan oleh Ibnu Abbas dan Ka'ab al-Ahbar bahwa Nabi Idris itu diangkat­kan ke langit. Sebabnya maka beliau diangkat ke langit ialah, karena pada suatu hari beliau berjalan kaki menuju suatu maksud maka sangatlah lelahnya dalam perjalanan itu karena dari teriknya Matahari. Lalu berkatalah dia: "Ya Tuhanku! Berjalan baru satu hari aku telah sangat lelah, bagaimanalah halnya yang memikul bumi ini 5 tahun! Ringankanlah kiranya bagi yang memikul bumi ini akan beratnya." Yang dia maksud ialah malaikat yang ditugaskan Allah memikul falak Matahari ini. Dan Idris menyambung doanya pula: "Ya Allah ringankanlah keberatannya dan kurangi kiranya panasnya." Tatkala hari mulai pagi terasalah oleh malaikat yang memikul Matahari itu bahwa yang dipikulnya lebih ringan dari biasa dan cahayanya tidak begitu panas lagi menimpa dirinya, yang sebelum ini belum pernah dialaminya. Lalu berdatang sembahlah malaikat itu kepada Tuhan: "Ya Tuhan! Engkau ciptakan daku untuk memikul Matahari. Sekarang apa yang telah terjadi makanya dia jadi lebih ringan?" Maka bersabdalah Tuhan: "Hambaku yang bernama Idris memohon kepadaKu agar Matahari itu diringankan dan panasnya dikurangi, lalu Aku kabulkan!'' Maka berkata malaikat itu: "Ya Tuhan, pertemukan kiranya aku dengan dia, clan jadikan kiranya di antara kami berdua persahabatan yang kekal!" Permohonan malaikat itu dikabulkan Tuhan, sehingga datanglah malaikat itu menemui Nabi Idris. Lalu Idris berkata kepadanya: "Aku mendengar berita bahwa persahabatan engkau dengan Malaikat Maut sangat karib pula. Maukah engkau memintakan kepa.da Malaikat Maut itu agar dia suka melambatkan ajalku, supaya bertambah-tambah aku bersyukur kepada Allah dan bertambah-­tambah pula aku beribadat?" Malaikat itu menjawab: "Tidak Allah menta'khirkan ajal seseorang bila­mana ajal itu telah datang." Lalu Idris berkata: "Aku tahu hal itu, tetapi ingin juga aku berkenalan dengan Malaikat Maut itu untuk menyenangkan hatiku." Maka dibawalah Idris oleh malaikat pemikul Matahari itu di dalam sayap­nya lalu digunggungnya terbang ke langit, dan diletakkannya di dekat tempat Matahari terbit. Setelah itu dia pun pergi menemui Malaikat Maut, seraya berkata: "Hai Malaikat Maut! Saya ada mempunyai seorang sahabat dari Anak Adam, dia meminta tolong kepadaku agar aku menyampaikan permohonan­nya kepada engkau, supaya ajalnya diperlambatkan." Malaikat Maut menjawab: "Kewajibanku tidaklah sampai begitu jauh. Tetapi kalau engkau ingin rnengetahui, aku dapat memberitahukan kepada engkau bila dia akan mati, supaya engkau sampaikan berita itu kepadanya." Malaikat pemikul Matahari menjawab: "Baiklah!" Maka mulailah Malaikat Maut memeriksa daftarnya. Setelah diperiksanya lalu Malaikat Maut berkata: "Telah saya selidiki dengan teliti, nampaknya kawanmu itu tidak akan mati selama-lamanya." "Mengapa begitu," tanya Malaikat pemikul Matahari. "Saya dapati dia akan mati di tempat Matahari terbit." Dengan herannya Malaikat pemikul Matahari berkata: "Seketika saya datang kepada engkau ini, dia saya tinggalkan di dekat tempat Matahari terbit." Malaikat Maut menjawab: "Segeralah engkau kembali ke sana. Sesampai engkau di sana nanti akan engkau dapati dia telah mati, maka demi Allah, tidak ada lagi sisa dari ajal Idris." Setelah Malaikat pemikul Matahari melihatinya ke sana, didapati memang dia telah mati." Sekian ceritera dari Ka'ab al-Ahbar. 2. Ceritera dari as-Suddi lain lagi Dia berkata: "Pada suatu hari Idris itu tidur nyenyak. Tiba-tiba dia terbangun karena sangat teriknya panas Matahari, lalu dia bangun sangat kepayahan lantaran panas. Lalu dia berdoa: "Ya Allah, ringankanlah kiranya bagi Malaikat yang memikul Matahari ini akan beratnya dan kurangi kiranya panasnya, karena telah sama rasanya dengan gejala api neraka." Tiba-tiba setelah hari pagi Malaikat pemikul Matahari itu pun telah di­dudukkan Tuhan di atas kursi daripada nur, dikelilingi oleh 70.000 malaikat sebelah kanannya dan 70,000 pula sebelah kirinya; semua berkhidmat kepada­nya, melaksanakan apa yang diperintahkannya. Maka berkatalah Malaikat pemikul Matahari itu: "Ya Tuhanku, dari sebab apa semuanya ini"?" Tuhan bersabda: "Seorang Anak Adam bernama Idris mendoakan untuk­mu!" (Lalu as-Suddi berceritera pula menurut jalan cerita pada Hadis Ka'ab al-Ahbar di atas tadi. Yaitu sampai malaikat itu datang menjumpai Idris). Lalu berkatalah Malaikat pemikul Matahari itu: "Adakah sesuatu hajatmu yang akan dapat aku tolong"?" ldris menjawab: "Memang ada! Aku ingin sekali hendak melihat bagaimana rupanya dalam syurga itu." Permintaan Idris itu dikabulkannya. Lalu ldris dibawanya terbang dalam sayapnya. Sesampai mereka pada langit tingkat keempat, tiba-tiba berselobok­lah mereka dengan Malaikat Maut sedang memandang-mandang ke langit, ke kanan dan ke kiri. Melihat dia datang, Malaikat Matahari mengucapkan salam kepadanya. Dan kepada Idris dia berkata: "Hai Idris! Ini Malaikat Maut datang, ucapkan pulalah salam kepadanya." Mendengar perkataan Malaikat pemikul Matahari itu berkatalah Malaikat Maut: "Subhanallah! Dengan maksud apa dia engkau bawa terbang kemari?" Maka berkatalah Malaikat Maut: "Heran ! , Allah memerintahkan kepadaku pergi menjemput nyawa Idris itu di langit keempat. Lalu aku bertanya kepada Tuhan: "Ya Tuhanku! Mengapa pula Idris itu akan sampai ke langit keempat? Tiba-tiba dia sudah berada di sini bersama engkau!" Maka diambillah rohnya oleh Malaikat Maut di langit keempat itu, lalu diangkat ke syurga, dan dikuburkan jasmaninya oleh malaikat-malaikat pada langit yang keempat itu. Itulah artinya ayat Allah: "Dan Kami angkatkan dia ke tempat yang amat tinggi." Sekian pula ceritera as-Suddi. 3. Menurut riwayat Wahab bin Munabbih pula: "Idris itu sangat shalih. Setiap hari amal ibadatnya yang shalih itu dilaporkan ke langit sebagaimana laporan amal-amal makhluk yang lain juga. Oleh karena banyak amal yang di laporkan, maka sangat kagumlah sekalian malaikat yang ada di langit atas orang yang bernama Idris ini. Siapa benarkah orangnya. Sampai Malaikat Maut sendiri sangat ingin hendak berkenalan dengan dia. Maka pada suatu hari minta izinlah Malaikat Maut itu hendak datang menziarahi Idris, lalu diberi izin oleh Tuhan. Lalu datanglah Malaikat Maut menziarahinya dengan merupakan dirinya sebagai seorang Anak Adam saja. Waktu tetamunya itu datang, beliau sedang puasa. Seketika datang waktu berbuka Idris mengajak tetamunya itu bersama makan, tetapi tetamu itu tidak mau. Sudah sampai tiga hari berturut-turut. Idris puasa, tetamu diajak makan dan ketiga harinya dia tidak mau. Maka heranlah Idris, lalu dia bertanya: "Siapa sebenarnya engkau ini? Katakanlah!° Malaikat Maut menjawab: "Saya ini adalah Malaikat Maut! Saya telah minta izin kepada Tuhanku hendak menziarahi engkau dan telah diberi izin." Idris berkata: "Saya ada keinginan kepada engkau, sudilah engkau mengabulkannya." "Apakah itu?" Tanya Malaikat Maut. Idris menjawab: "Cabutlah nyawaku!" Maka datanglah wahyu Tuhan kepada Malaikat Maut mengabulkan per­mohonan Idris itu, nyawanya pun dicabut. Tetapi hanya sesaat seketika saja, nyawa itu pun dikembalikan ke dalam dirinya, sehingga dia hidup kembali. Lalu Malaikat Maut bertanya: "Apakah faedah nyawamu dicabut lalu dikembalikan pula?" Jawab Idris: "Supaya aku rasakan kesukaran maut itu, supaya aku lebih bersedia lagi menunggunya." Sesaat kemudian Idris berkata pula: "Ada pula permintaanku yang lain sekarang!" "Apa yang engkau minta?" Tanya Malaikat Maut. Jawab Idris: "Angkat aku ke langit, supaya aku dapat melihat syurga dan neraka." Maka diberi izinlah Malaikat Maut,oleh Allah membawa ldris terbang ke langit. Mulanya dibawalah beliau melihat neraka. Setelah dilihatnya bagaimana hebatnya, pingsanlah Idris. Setelah dia siuman dari pingsannya, dia berkata: "Segera bawa aku melihat syurga!" Permintaannya itu-pun dikabulkan. Dia dibawa oleh Malaikat Maut melihat syurga. Sampai masuk ke dalamnya. Setelah lama menunggu di dalam, Malaikat Maut berkata: "Keluarlah lekas, supaya aku hantarkan engkau kembali ke tempatmu." ldris menjawab: "Aku tidak mau keluar lagi dari sini!" Lalu dia berpegang teguh pada satu pohon kayu. Setelah terjadi soal-jawab yang demikian di antara Malaikat Maut dengan Idris, diutus Allahlah seorang malaikat akan menjadi perantara dan pendamai. Lalu Malaikat itu bertanya: "Mengapa engkau tidak mau keluar?" ldris men­jawab: "Karena Allah telah bersabda: كُلُّ نَفْسٍ ذائِقَةُ الْمَوْتِ "Tiap-tiap nyawa akan merasakan maut." (Surat 3, ali Imran, 185 ,Surat 21, 35. Surat 29, 57). "Dan saya telah merasakannya." Dan Allah pun bersabda: وَ إِنْ مِنْكُمْ إِلاَّ وارِدُها "Tidak seorang pun di antara kamu melainkan akan melaluinya." (Surat 19, Maryam ayat 71). "Dan saya telah melalui neraka itu." Dan Tuhan pun bersabda pula: ٌ وَما هُمْ مِنْها بِمُخْرَجينَ "Dan tidaklah mereka dari dalamnya akan dikeluarkan lagi." (Surat 15, 48). "Sekarang saya telah masuk ke dalam syurga ini, mengapa saya akan dikeluarkan lagi?" Berkata Wahab bin Munabbih selanjutnya: "Maka bersabdalah Allah Subhanahu wa Ta'ala: "Dengan izinKu dia masuk ke dalam syurga, maka dengan izinKu pula baru dia boleh dikeluarkan." Maka hiduplah dia di sana sekarang ini. Kata Wahab bin Munabbih seterusnya: "Idris itu kadang-kadang ber­keliling-keliling dalam syurga, dan kadang-kadang dia beribadat kepada Allah bersama-sama dengan beribu malaikat di langit." Sekian ceritera Wahab bin Munabbih.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN