TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
JILIK-4-Tafsir Al-Qur’an Surah Al-Kahfi
(Gua) Surah Makkiyyah;
surah ke 18: 110 ayat (Ayat:107-108)
orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul-Nya disediakan Surga Firdaus untuk mereka sebagai tempat kesudahan(Ayat:109) jika lautan itu dijadikan tinta untuk berbagai Ketetapan Tuhanku, tentulah samudra itu telah habis,namun kalimat allah tetap tak akan habis (Ayat:110) Pertemuan dengan Tuhannya, maka hendaklah orang tersebut memperbuat kebajikan, serta janganlah orang tersebut mempersekutukan sesuatu pun dalam beribadah kepada Tuhannya. Sebagai mana firman allah azawajalla;:
(بسم الله, "Dengan nama Allah") إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ كَانَتْ لَهُمْ جَنَّاتُ الْفِرْدَوْسِ نُزُلًا*خَالِدِينَ فِيهَا لَا يَبْغُونَ عَنْهَا حِوَلًا*قُلْ لَوْ كَانَ الْبَحْرُ مِدَادًا لِكَلِمَاتِ رَبِّي لَنَفِدَ الْبَحْرُ قَبْلَ أَنْ تَنْفَدَ كَلِمَاتُ رَبِّي وَلَوْ جِئْنَا بِمِثْلِهِ مَدَدًا*قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ يُوحَىٰ إِلَيَّ أَنَّمَا إِلَٰهُكُمْ إِلَٰهٌ وَاحِدٌ ۖ فَمَنْ كَانَ يَرْجُو لِقَاءَ رَبِّهِ فَلْيَعْمَلْ عَمَلًا صَالِحًا وَلَا يُشْرِكْ بِعِبَادَةِ رَبِّهِ أَحَدًا ';
Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, bagi mereka adalah surga Firdaus menjadi tempat tinggal,mereka kekal di dalamnya, mereka tidak ingin berpindah dari padanya.Katakanlah: Sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". 107. Inna allatheena amanoo waAAamiloo alssalihati kanat lahum jannatualfirdawsi nuzulan'108. Khalideena feeha la yabghoona AAanha hiwalan'109. Qul law kana albahru midadan likalimatirabbee lanafida albahru qabla an tanfada kalimatu rabbee walawji/na bimithlihi madadan'110. Qul innama ana basharun mithlukum yooha ilayya annamailahukum ilahun wahidun faman kana yarjoo liqaarabbihi falyaAAmal AAamalan salihan wala yushrik biAAibadatirabbihi ahadan Allah menceritakan tentang hamba-hamba-Nya yang berbahagia, yaitu orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya serta membenarkan apa yang dibawa oleh para Rasul-Nya, bahwa mereka akan mendapatkan surga Firdaus.
Mujahid berkata: “Al-Firdaus berarti kebun menurut bahasa Romawi.” Sedangkan Ka’ab, as-Suddi dan adh-Dhahhak mengatakan: “Yaitu kebun yang di dalamnya terdapat pohon anggur.” Dan dalam kitab ash-Shahihain disebutkan, Rasulullah bersabda: “Jika kalian memohon surga kepada Allah, maka mintalah kepada-Nya surge Firdaus, karena ia merupakan surga yang paling tinggi sekaligus surga paling pertengahan, dan darinya terpancar sungai-sungai surga.” (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Firman-Nya: nuzulan; artinya tempat tinggal. Firman-Nya: khaalidiina fiiHaa (“Mereka kekal di dalamnya,”) yakni, akan tinggal di sana untuk selamanya dan tidak akan disingkirkan darinya, untuk selamanya. Laa yabghuuna ‘anHaa hiwalan (“Mereka tidak ingin berpindah darinya.”) Maksudnya, mereka tidak akan memilih yang lain selain darinya dan tidak akan mencintai yang lainnya. Sebagaimana yang diungkapkan seorang penyair: Hati telah terpikat, aku tidak tertarik pada yang lainnya, dan tidak pula cintaku kepadanya berubah. Dalam firman-Nya: Laa yabghuuna ‘anHaa hiwalan (“Mereka tidak ingin berpindah darinya.”) terdapat petunjuk yang mengisyaratkan keinginan dan kecintaan mereka terhadapnya, padahal ia merasa ragu, bukankah orang yang tetap tinggal disatu tempat itu akan menemukan kejenuhan atau merasa bosan?
Kemudian Dia memberitahukan bahwa dengan keabadian dan kekekalan tersebut mereka tidak akan mempunyai keinginan untuk berpindah dari tempat mereka itu dan tidak pula hendak mencari ganti serta ingin pergi meninggalkannya. Allah berfirman, katakanlah hai Muhammad, seandainya air laut itu dijadikan tinta pena untuk digunakan menulis kalimat-kalimat Allah swt., hukum-hukum-Nya, ayat-ayat yang menunjukkan kekuasaan-Nya, niscaya akan habis air laut itu sebelum penulisan semuanya itu selesai. Meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu Pula.” Yakni, seperti laut yang lain, lalu yang lain lagi, dan seterusnya dan kemudian dipergunakan untuk menulis semuanya itu, niscaya kalimat-kalimat Allah Ta’ala itu tidak akan selesai (habis) ditulis. Sebagaimana yang Dia firmankan berikut ini: “Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Mahaperkasa lagi Mahabijaksana.” (QS. Luqman: 27) Qul (“Katakanlah,”) kepada orang-orang musyrik yang mendustakan ke-Rasulanmu; innamaa ana basyarum mitslukum (“Sesungguhnya aku ini hanya seorang manusia sepertimu.”) Barangsiapa yang menganggap diriku ini seorang pendusta, maka hendaklah ia mendatangkan seperti apa yang telah aku bawa. Sesungguhnya aku tidak mengetahui yang ghaib mengenai hal-hal terdahulu yang aku sampaikan kepada kalian, yakni tentang Ash-haabul Kahfi yang kalian tanyakan kepadaku, juga berita tentang Dzulqarnain yang memang sesuai dengan kenyataan. Hal itu tidak akan demikian, jika Allah Ta’ala tidak memperlihatkannya kepadaku. Sesungguhnya aku beritahukan kepada kalian: annamaa ilaaHukum (“Bahwa sesungguhnya Ilahmu itu,”) yang aku seru kalian untuk menyembah-Nya; ilaaHuw waahidun (“Adalah Ilah Yang Esa,”) yang tiada sekutu bagi-Nya. Fa man kaana yarjuu liqaa-a rabbiHii (“Barangsiapa yang mengharapkan perjumpaan dengan Rabbnya,”) yakni, pahala dan balasan-Nya yang baik; falya’mal ‘amalan shaalihan (“Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih.”) Yakni yang sesuai dengan syari’at Allah. Wa laa yusyriku bi-‘ibaadati rabbiHii ahadan (“Dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”) Itulah perbuatan yang dimaksudkan untuk mencari keridhaan Allah semata, yang tiada sekutu bagi-Nya. Kedua hal tersebut merupakan rukun amal yang maqbul (diterima). Yaitu harus benar-benar tulus karena Allah dan harus sesuai dengan syari’at Rasulullah saw. Ibnu Abi Hatim telah meriwayatkan dari Thawus, ia menceritakan, ada seseorang yang bertanya: “Ya Rasulullah, sesungguhnya aku bersikap dengan beberapa sikap, yang kukehendaki hanyalah keridhaan Allah, aku ingin agar tempatku diperlihatkan.” Maka Rasulullah tidak memberikan jawaban sama sekali sehingga turun ayat ini: Fa man kaana yarjuu liqaa-a rabbiHii falya’mal ‘amalan shaalihaw Wa laa yusyriku bi-‘ibaadati rabbiHii ahadan (“Barangsiapa yang mengharap perjumpaan dengan Rabbnya, maka hendaklah ia mengerjakan amal yang shalih dan janganlah ia menyekutukan seorang pun dalam beribadah kepada Rabbnya.”) Demikianlah yang dikemukakan oleh Mujahid dan beberapa ulama lainnya. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Sa’id bin Abi Fadhalah al-Anshari, yang ia termasuk salah seorang sahabat, ia bercerita, aku pernah mendengar Rasulullah bersabda: “Jika Allah telah mengumpulkan orang-orang yang hidup pertama dan orang-orang yang hidup terakhir pada hari yang tidak ada keraguan terjadinya. Lalu ada seorang (Malaikat) yang berseru: ‘Barangsiapa yang dalam suatu perbuatan yang dilakukannya menyekutukan Allah dengan seseorang, maka hendaklah ia meminta pahalanya kepada selain Allah, karena Allah merupakan Rabb yang tidak memerlukan sekutu.’” (HR. At-Tirmidzi dan Ibnu Majah). Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abu Bakrah, ia bercerita, Rasulullah saw. bersabda: “Barangsiapa yang berbuat sum’ah [ingin didengar] maka Allah akan memperdengarkan dengannya. Dan barangsiapa yang riya’ maka Allah akan menjadikan riya’ dengan dirinya.” Dan penutup ayat dari surah kahfi ayat 110 ini jua mengisahkan setiap yang hidup akanmati yakni bertemu ajal dan setiap jiwa akan bertemu allah kecuali jiwa yang engkar dan enggan menurut perintah,.,. Sebagai mana rasulullah bersabda;Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, مَنْ أَحَبَّ لِقَاءَ اللَّهِ أَحَبَّ اللَّهُ لِقَاءَهُ وَمَنْ كَرِهَ لِقَاءَ اللَّهِ كَرِهَ اللَّهُ لِقَاءَهُ "Siapa suka berjumpa dengan Allah, maka Allah suka berjumpa dengan-Nya. dan siapa yang benci dengan Allah maka Allah benci berjumpa dengannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim) Syaikh Ibnu Al-'Utsaimin rahimahullah berkata, "Seorang mukmin meyakini apa yang Allah janjikan di surga bagi hamba-hamba-Nya yang beriman berupa ganjaran yang besar serta karunia yang luas, maka iapun mencintai hal ini, dan jadilah dunia terasa ringan baginya dan ia tidak perduli kepada dunia karena ia akan berpindah kepada surga yang lebih baik dari dunia. Tatkala itu iapun rindu bertemu dengan Allah, terutama tatkala datang ajal, iapun diberi kabar gembira dengan keridhaan dan rahmat Allah, iapun rindu berjumpa dengan Allah." (Syarah Riyaad Al-Shalihin)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan