TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK ;
SURAH ALI-IMRAN 200AYAT;
AYAT 64,65,67,68;
قُلْ يَاأَهْلَ الْكِتَابِ تَعَالَوْا إِلَى كَلِمَةٍ سَوَاءٍ بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ أَلَّا نَعْبُدَ إِلَّا اللَّهَ وَلَا نُشْرِكَ بِهِ شَيْئًا وَلَا يَتَّخِذَ بَعْضُنَا بَعْضًا أَرْبَابًا مِنْ دُونِ اللَّهِ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَقُولُوا اشْهَدُوا بِأَنَّا مُسْلِمُونَ()يَاأَهْلَ الْكِتَابِ لِمَ تُحَاجُّونَ فِي إِبْرَاهِيمَ وَمَا أُنْزِلَتِ التَّوْرَاةُ وَالْإِنْجِيلُ إِلَّا مِنْ بَعْدِهِ أَفَلَا تَعْقِلُونَ()هَا أَنْتُمْ هَؤُلَاءِ حَاجَجْتُمْ فِيمَا لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ فَلِمَ تُحَاجُّونَ فِيمَا لَيْسَ لَكُمْ بِهِ عِلْمٌ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ() مَا كَانَ إِبْرَاهِيمُ يَهُودِيًّا وَلَا نَصْرَانِيًّا وَلَكِنْ كَانَ حَنِيفًا مُسْلِمًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ()إِنَّ أَوْلَى النَّاسِ بِإِبْرَاهِيمَ لَلَّذِينَ اتَّبَعُوهُ وَهَذَا النَّبِيُّ وَالَّذِينَ ءَامَنُوا وَاللَّهُ وَلِيُّ الْمُؤْمِنِينَ(*)
Ayat 64 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 64 Qul ya_ ahlal kita_bi ta'a_lau ila_ kalimatin sawa_'im bainana_ wa bainakum alla_ na'buda illalla_ha wa la_ nusyrika bihi syai'aw wa la_ yattakhiza ba'duna_ ba'dan arba_bam min du_nilla_h(i), fa in tawallau fa qu_lusyhadu_ bi anna_ muslimu_n(a). 3:65 Ayat 65 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 65 Ya_ ahlal kita_bi lima tuha_jju_na fi ibra_hima wa ma_ unzilatit taura_tu wal injilu illa_ mim ba'dih(i), afala_ ta'qilu_n(a). 3:66 Ayat 66 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 66 Ha_ antum ha_'ula_'i ha_jajtum fima_ lakum bihi 'ilmun falima tuha_jju_na fima_ laisa lakum bihi 'ilm(un), walla_hu ya'lamu wa antum la_ ta'lamu_n(a). 3:67 Ayat 67 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 67 Ma_ ka_na ibra_himu yahu_diyyaw wa la_ nasra_niyyaw wa la_kin ka_na hanifam muslima_(n), wa ma_ ka_na minal musyrikin(a). 3:68 Ayat 68 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 68 Inna aulan na_si bi ibra_hima lallazinattaba'u_hu wa ha_zan nabiyyu wallazina a_manu_, walla_hu waliyyul mu'minin(a)
“
Katakanlah: ‘Hai ahli Kitab, Marilah (berpegang) kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara Kami dan kamu, bahwa tidak kita sembah kecuali Allah dan tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatupun dan tidak (pula) sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai Tuhan selain Allah’. Jika mereka berpaling Maka Katakanlah kepada mereka: ‘Saksikanlah, bahwa Kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)’. (Ali ‘Imraan: 64)“Hai Ahli Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim, padahal Taurat dan Injil tidak diturunkan melainkan sesudah Ibrahim. Apakah kamu tidak berpikir. (QS. 3:65) Beginilah kamu, kamu ini (sewajarnya) bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka kenapa kamu bantah-membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui; Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui. (QS. 3:66) Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan (pula) seorang Nasrani, akan tetapi dia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri (kepada Allah) dan sekali-kali bukanlah dia termasuk golongan orang-orang musyrik”. (QS. 3:67) Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim ialah orang-orang yang mengikutinya dan Nabi ini (Muhammad), serta orang-orang yang beriman (kepada Muhammad), dan Allah adalah Pelindung semua orang-orang yang beriman.” (QS. 3:68)
dari tiga ayat di atas dalam surah ali imran allah melahirkan kisah perselisihan faham antara ahli kitab ketika mana menafsir kan tentang tuhan yakn i allah azawajalla,Seruan ini mencakupi ahlul kitab dari kalangan Yahudi dan Nasrani dan orang-orang yang mengikuti jejak mereka.
Qul yaa aHlal kitaabi ta’aalaw ilaa kalimatin (“Katakanlah: ‘Wahai orang-orang ahlul kitab, marilah kita berpegang pada suatu [ketetapan]’”) maksud dari kata “kalimat” adalah sebuah kalimat yang memberikan sebuah pengertian, demikian pula yang dimaksud dalam ayat ini.
Kemudian Allah menyifatinya dengan firman-Nya: sawaa-im bainanaa wa bainakum (“Yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu.”) yaitu sama dan seimbang antara kami dan kalian. Kemudian hal itu ditafsirkan melalui firman Allah: allaa na’buda illallaaHa wa laa nusyrika biHii syai-an (“Bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah, dan kita tidak menyekutukan Dia dengan suatu apapun.”) artinya tidak menyekutukannya dengan berhala, salib, patung, thaghut, api dan hal lainnya. Tetapi kita memurnikan ibadah itu hanya kepada Allah semata yang tiada sekutu bagi-Nya. Dan inilah misi seluruh Rasul Allah. Dia berfirman yang artinya: “Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Rasul pada tiap-tiap umat [untuk menyerukan]: ‘Beribadahlah kepada Allah saja dan jauhilah thaghut itu.’” (an-Nahl: 36)
Kemudian Dia berfirman: wa laa tattakhidza ba’dlunaa ba’dlan arbaabam min duunillaaHi (“[dan tidak pula] sebagian kita menjadikan sebagian lain sebagai rabb-rabb selain Allah.”) Ibnu Juraij berkata, “Maksudnya sebagian kami tidak mentaati lainnya dalam bermaksiat kepada Allah.” Sedangkan ‘Ikrimah berkata, “Sebagian kami tidak bersujud kepada sebagian yang lain.”
Fa in tawallaw faquulusyHaduu bi annaa muslimuun (“Jika mereka berpaling maka katakanlah: ‘Saksikanlah bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri [kepada Allah].”) maksudnya jika mereka berpaling dari kesamaan dan seruan ini, maka bersaksilah bahwa kalian akan tetap berada pada Islam yang telah disyariatkan oleh Allah swt bagi kalian.
Telah kami sebutkan dalam Syarh al-Bukhari ketika ia meriwayatkan dari jalan az-Zuhri, dari Ibnu ‘Abbas, dari Abu Sufyan dalam kisahnya ketika menghadap sang Kaisar, lalu Kaisar bertanya kepadanya tentang nasab, sifat, dan perangai Rasulullah serta apa yang didakwahkannya. Maka ia pun menceritakan semua secara gamblang dan tuntas, padahal pada saat itu Abu Sufyan masih musyrik dan belum memeluk Islam. Peristiwa itu terjadi setelah perjanjian Hudaibiyah, sebelum pembebasan kota Makkah. Sebagaimana hal tersebut dinyatakan dalam hadits. Demikian pula pada saat ia ditanya, “Apakah ia itu suka berkhianat?” Abu Sufyan menjawab, “Tidak, selama ini kami tidak mengetahui darinya bahwa dia berbuat seperti itu.” Kemudian Abu Sufyan berkata: “Aku tidak dapat menambahkan suatu berita apapun selain dari itu.”
Tujuan diketengahkan kisah ini ialah, bahwa diperlihatkannya surat Rasulullah kepadanya, di mana Abu Sufyan membacanya ternyata isinya:
“Dengan Nama Allah yang Mahapengasih lagi Mahapenyayang. Dari Muhammad Rasulullah untuk Heraclius, pembesar Romawi. Semoga keselamatan dilimpahkan kepada orang yang mengikuti petunjuk, Amma ba’du, Masuklah Islam, maka anda akan selamat. Masuklah Islam, niscaya Allah memberi anda pahala dua kali. Jika anda berpaling, maka anda akan memikul dosa kaum Arisiyyin. “Wahai Ahlul Kitab, marilah berpegang kepada suatu kalimat (ketetapan) yang tidak ada perselisihan antara kami dan kamu, bahwa kita tidak beribadah kecuali kepada Allah dan kita tidak menyekutukan Dia dengan sesuatu pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai rabb-rabb selain Allah. “Jika mereka berpaling, maka katakanlah kepada mareka, `Saksikanlah, bahwa kami adalah orang-orang yang berserah diri (kepada Allah).'”
Muhammad bin Ishaq dan ulama lainnya telah menyebutkan bahwa permulaan surat Ali-‘Imran sampai pada ayat 80-an lebih adalah diturunkan berkaitan dengan utusan Najran. Sedangkan az-Zuhri berkata, “Mereka itu adalah orang yang pertama kali menyerahkan jizyah.”
Allah mengingkari orang-orang Yahudi dan Nasrani yang saling berbantah-bantahan di antara mereka mengenai Ibrahim Khalilullah serta pengakuan setiap kelompok dari mereka bahwa Ibrahim adalah dari golongan mereka, sebagaimana Muhammad bin Ishaq bin Yasar mengatakan dari Ibnu ‘Abbas, ia berkata, “Orang-orang Nasrani Najran dan para pendeta Yahudi berkumpul di tempat Rasulullah, lalu mereka saling bertengkar di hadapan beliau. Para pendeta Yahudi itu berkata, ‘Ibrahim itu tiada lain adalah seorang Yahudi.’ Sedangkan orang-orang Nasrani berkata, ‘Ibrahim itu tidak lain adalah seorang Nasrani.’ Maka Allah menurunkan firman-Nya, yaa aHlal kitaabi lima tuhaajjuuna fii ibraaHiima (“Wahai Ahlul Kitab, mengapa kamu bantah-membantah tentang hal Ibrahim.”)
Maksudnya, hai orang-orang Yahudi, bagaimana mungkin kalian mengakuinya bahwa ia itu seorang Yahudi, padahal zamannya itu sebelum Allah menurunkan Taurat kepada Musa as. Dan
bagaimana mungkin, hai orang-orang Nasrani, kalian mengakuinya bahwa ia itu seorang Nasrani, padahal agama Nasrani itu adalah setelah masanya Ibrahim berlalu.
Oleh karena itu, Allah berfirman: Haa antum Haa-ulaa-i haajajtum fiimaa lakum biHii ‘ilmun falima tuhaajjuuna fiimaa laisa lakum biHii ‘ilmun (“Beginilah kamu, kamu ini [sewajarnya bantah-membantah tentang hal yang kamu ketahui, maka mengapa kamu bantah membantah tentang hal yang tidak kamu ketahui?”)
Hal ini merupakan penolakan terhadap orang-orang yang berbantah-bantahan mengenai suatu hal yang sama sekali tidak mereka ketahui. Karena sesungguhnya orang-orang Yahudi dan Nasrani itu berbantah-bantahan mengenai Ibrahim tanpa didasari pengetahuan. Sekiranya mereka memperdebatkan mengenai sesuatu yang ada pada mereka yang mereka ketahui, seperti yang berkenaan dengan agama mereka yang telah disyari’atkan bagi mereka sampai pada pengutusan Muhammad, tentu yang demikian itu akan lebih baik bagi mereka. Namun sayangnya mereka memperdebatkan sesuatu yang mereka tidak mengetahui.
Oleh karena itu, Allah mengingkari apa yang mereka lakukan tersebut serta memerintahkan mereka untuk menyerahkan apa yang mereka tidak ketahui itu kepada Allah yang Mahamengetahui semua hal yang ghaib dan yang nyata, yang mengetahui segala sesuatu dengan sebenar-benarnya dan sejelas-jelasnya. Untuk itu Dia berfirman: wallaaHu ya’lamu wa antum laa ta’lamuun (“Allah mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.”)
Setelah itu Dia berfirman: Maa kaana ibraaHiimu yaHuudiyyaw wa laa nashraaniyyaw walaakin kaana haniifam musliman (“Ibrahim bukan seorang Yahudi dan bukan [pula] seorang Nasrani, akan tetapi ia adalah seorang yang lurus lagi berserah diri [kepada Allah].”) Hanifan artinya berpaling dari kemusyrikan, menuju kepada iman. Wa maa kaana minal musyrikiin (“dan bukanlah sekali-sekali ia termasuk golongan orang orang musyrik.”) Ayat ini seperti (semakna) dengan ayat yang telah berlalu pada surat al-Baqarah: wa qaaluu kuunuu Hudan au nashaaraa taHtaduu (“Mereka berkata: ‘Hendaklah kamu menjadi penganut agama Yahudi atau Nasrani, niscaya kamu mendapat petunjuk.’”) (QS. Al-Baqarah: 135)
Selanjutnya Dia berfirman, inna aulan naasi bi-ibraaHiima lalladziinat taba’uuHu wa Haadzan nabiyyuu wal ladziina aamanuu wallaaHu waliyyul mu’miniin (“Sesungguhnya orang yang paling dekat kepada Ibrahim adalah orang orang yang mengikutinya dan Nabi ini [Muhammad], serta orang-orang yang beriman [kepada Muhammad]. Dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.”)
Artinya Allah menyampaikan, bahwa orang yang paling berhaq sebagai pengikut Ibrahim Khalilullah adalah orang-orang yang mengikutinya dalam agamanya, dan Nabi ini [Muhammad saw.] dan orang-orang beriman dari para shahabatnya yaitu kaum Anshar dan Muhajirin serta orang-orang yang mengikuti mereka [para shahabat ini].
Sedangkan firman Allah: wallaaHu waliyyul mu’miniin (“dan Allah adalah pelindung semua orang-orang yang beriman.”) maksudnya pelindung bagi semua orang yang beriman kepada para Rasul-Nya.
Isnin, 26 Februari 2018
Langgan:
Catat Ulasan (Atom)
JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN
JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN
-
JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN
-
TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK, Quran, Surah Maryam, Ayat 85 Yauma nahsyurul mut taqina ilar rahma_ni wafda_ Surah Maryam, Ayat 86...
-
TAFSIR SURAT AL-BAQARAH:259* TAFSIR QURAN DAN HADIS TABBARAK 17.08.25;jumaah . 8pagi,., ----------------------------------------------...
Tiada ulasan:
Catat Ulasan