TFASIR QURAN DAN HADIS TABARUK'
SURAH HUD''
Ayat 109-117
BIS'MIL'LAHI'RAHMAN'NIR'RAHIM.
Menjelaskan beberapa prinsip Islam dan ketetapan Allah dalam kehidupan. Diantaranya: Tidak boleh ragu sedikitpun terhadap kesesatan ibadah orang-orang kafir dan musyrik, karena mereka sebenarnya menyembah tuhan-tuhan hasil rekaan nenek moyang belaka, sebagaimana yang terjadi pada umat nabi Musa sebelumnya. Siksaan terhadap orang-orang kafir ada yang ditangguhkan Allah sampai akhirat. Sebab itu, dalam berdakwah harus istiqamah (tidak boleh berhenti atau menyimpang) kendati semua manusia menolaknya dan tidak boleh berbuat kezaliman atau melampaui batas, kendati terhadap orang kafir dan musyrik. Allah melarang kaum Mukmin meridhai ibadah kaum kafir dan musyrik, bersikap lunak pada mereka dalam masalah-masalah prinsip dan meminta tolong kepada mereka, kecuali dalam masalah yang sangat terbatas dan tidak mempengaruhi nilai Islam. Orang yang melanggar ketetapan Allah tersebut mendapat ancaman masuk neraka dan tidak mendapat pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Menjaga salat fardhu, salat malam, selalu beramal saleh dan sabar terhadap semua konsekuensi dakwah adalah ciri-ciri juru dakwah sejati. Kaum Mukmin pada umumnya dan para da’i khususnya harus hidup sederhana, karena yang hidup berfoya-foya itu hanyalah orang-orang kafir dan zalim. Negeri akan selamat jika nahi mungkar ditegakkan dan masyarakatnya taat pada sistem Allah.
{فَلا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِمَّا يَعْبُدُ هَؤُلاءِ مَا يَعْبُدُونَ إِلا كَمَا يَعْبُدُ آبَاؤُهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمْ نَصِيبَهُمْ غَيْرَ مَنْقُوصٍ (109) وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَاخْتُلِفَ فِيهِ وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (110) وَإِنَّ كُلا لَمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَالَهُمْ إِنَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (111) }
109. falaa taku fii miryatin mimmaa ya’budu haaulaa-i maa ya’buduuna illaa kamaa ya’budu aabaauhum min qablu wa-innaa lamuwaffuuhum nashiibahum ghayra manquushin 110. walaqad aataynaa muusaa alkitaaba faikhtulifa fiihi walawlaa kalimatun sabaqat min rabbika laqudhiya baynahum wa-innahum lafii syakkin minhu muriibun 111. wa-inna kullan lammaa layuwaffiyannahum rabbuka a’maalahum innahu bimaa ya’maluuna khabiirun
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikit pun. Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al-Qur'an. Dan sesunggguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Firman Allah Swt.: {فَلا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِمَّا يَعْبُدُ هَؤُلاءِ} Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. (Hud: 109) Yakni orang-orang musyrik itu; sesungguhnya perbuatan itu adalah batil, bodoh, dan sesat. Mereka hanyalah menyembah apa yang dahulu disembah oleh bapak-bapak mereka. Dengan kata lain, mereka tidak mempunyai sandaran dalam mengerjakan apa yang mereka lakukan itu, melainkan hanyalah mengikuti kebodohan bapak-bapak mereka dahulu. Kelak Allah akan melakukan pembalasan kepada mereka atas hal tersebut dengan balasan yang sempurna. Karena itu, kelak Dia akan mengazab mereka dengan azab yang tidak pernah Dia timpakan kepada seorang pun. Dan jika mereka mempunyai kebaikan-kebaikan, maka Allah telah menunaikan balasannya di dunia sebelum mereka memasuki alam akhirat. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi. (Hud: 109)
Yaitu apa yang telah dijanjikan kepada mereka berupa balasan kebaikan dan balasan keburukan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Sesungguhnya Kami pasti akan menimpakan pembalasan yang setimpal kepada mereka tanpa dikurangi." Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa, lalu umatnya memperselisihkannya. Di antara mereka ada yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada pula yang kafir kepadanya. Maka engkau, hai Muhammad, mempunyai teladan dari kalangan para nabi sebelummu. Karena itu, janganlah sekali-kali kamu marah bila mereka mendustakanmu, janganlah pula hal tersebut menggoyahkanmu. {وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ} Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. (Hud: 110)
Ibnu Jarir mengatakan, "Seandainya tidak ada takdir-Nya yang terdahulu yang memutuskan bahwa Dia menangguhkan azab-Nya sampai kepada waktu yang telah ditentukan, niscaya Allah menetapkan hukuman di antara mereka." Dapat pula diartikan bahwa Allah tidak akan mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya hujah atas orang itu dan rasul telah diutuskan kepadanya, seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.: {وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا} dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15) Dan sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lainnya, yaitu: {وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ} Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan. (Thaha: 129-130) Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa kelak Dia akan menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian dari kalangan semua umat, lalu Dia memberikan balasan kepada mereka sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. Jika amal perbuatannya baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatannya buruk, maka balasannya buruk pula. Untuk itu, Allah Swt. berfirman: {وَإِنَّ كُلا لَمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَالَهُمْ إِنَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Hud: 111)
Yakni Allah Maha Mengetahui semua amal perbuatan mereka yang mulia dan yang rendah serta yang besar dan yang kecil. Sehubungan dengan ayat ini banyak riwayat yang menceritakan qiraatnya, tetapi maknanya kembali kepada apa yang telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya: {وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ} Dan setiap mereka semuanya dikumpulkan lagi kepada Kami. (Yasin: 32)
SURAH HUD''
Ayat 109-117
BIS'MIL'LAHI'RAHMAN'NIR'RAHIM.
Menjelaskan beberapa prinsip Islam dan ketetapan Allah dalam kehidupan. Diantaranya: Tidak boleh ragu sedikitpun terhadap kesesatan ibadah orang-orang kafir dan musyrik, karena mereka sebenarnya menyembah tuhan-tuhan hasil rekaan nenek moyang belaka, sebagaimana yang terjadi pada umat nabi Musa sebelumnya. Siksaan terhadap orang-orang kafir ada yang ditangguhkan Allah sampai akhirat. Sebab itu, dalam berdakwah harus istiqamah (tidak boleh berhenti atau menyimpang) kendati semua manusia menolaknya dan tidak boleh berbuat kezaliman atau melampaui batas, kendati terhadap orang kafir dan musyrik. Allah melarang kaum Mukmin meridhai ibadah kaum kafir dan musyrik, bersikap lunak pada mereka dalam masalah-masalah prinsip dan meminta tolong kepada mereka, kecuali dalam masalah yang sangat terbatas dan tidak mempengaruhi nilai Islam. Orang yang melanggar ketetapan Allah tersebut mendapat ancaman masuk neraka dan tidak mendapat pertolongan Allah di dunia dan akhirat. Menjaga salat fardhu, salat malam, selalu beramal saleh dan sabar terhadap semua konsekuensi dakwah adalah ciri-ciri juru dakwah sejati. Kaum Mukmin pada umumnya dan para da’i khususnya harus hidup sederhana, karena yang hidup berfoya-foya itu hanyalah orang-orang kafir dan zalim. Negeri akan selamat jika nahi mungkar ditegakkan dan masyarakatnya taat pada sistem Allah.
{فَلا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِمَّا يَعْبُدُ هَؤُلاءِ مَا يَعْبُدُونَ إِلا كَمَا يَعْبُدُ آبَاؤُهُمْ مِنْ قَبْلُ وَإِنَّا لَمُوَفُّوهُمْ نَصِيبَهُمْ غَيْرَ مَنْقُوصٍ (109) وَلَقَدْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ فَاخْتُلِفَ فِيهِ وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ وَإِنَّهُمْ لَفِي شَكٍّ مِنْهُ مُرِيبٍ (110) وَإِنَّ كُلا لَمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَالَهُمْ إِنَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ خَبِيرٌ (111) }
109. falaa taku fii miryatin mimmaa ya’budu haaulaa-i maa ya’buduuna illaa kamaa ya’budu aabaauhum min qablu wa-innaa lamuwaffuuhum nashiibahum ghayra manquushin 110. walaqad aataynaa muusaa alkitaaba faikhtulifa fiihi walawlaa kalimatun sabaqat min rabbika laqudhiya baynahum wa-innahum lafii syakkin minhu muriibun 111. wa-inna kullan lammaa layuwaffiyannahum rabbuka a’maalahum innahu bimaa ya’maluuna khabiirun
Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. Mereka tidak menyembah melainkan sebagaimana nenek moyang mereka menyembah dahulu. Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi sedikit pun. Dan sesungguhnya Kami telah memberikan Kitab (Taurat) kepada Musa, lalu diperselisihkan tentang Kitab itu. Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. Dan sesungguhnya mereka (orang-orang kafir Mekah) dalam keraguan yang menggelisahkan terhadap Al-Qur'an. Dan sesunggguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan.
Firman Allah Swt.: {فَلا تَكُ فِي مِرْيَةٍ مِمَّا يَعْبُدُ هَؤُلاءِ} Maka janganlah kamu berada dalam keragu-raguan tentang apa yang disembah oleh mereka. (Hud: 109) Yakni orang-orang musyrik itu; sesungguhnya perbuatan itu adalah batil, bodoh, dan sesat. Mereka hanyalah menyembah apa yang dahulu disembah oleh bapak-bapak mereka. Dengan kata lain, mereka tidak mempunyai sandaran dalam mengerjakan apa yang mereka lakukan itu, melainkan hanyalah mengikuti kebodohan bapak-bapak mereka dahulu. Kelak Allah akan melakukan pembalasan kepada mereka atas hal tersebut dengan balasan yang sempurna. Karena itu, kelak Dia akan mengazab mereka dengan azab yang tidak pernah Dia timpakan kepada seorang pun. Dan jika mereka mempunyai kebaikan-kebaikan, maka Allah telah menunaikan balasannya di dunia sebelum mereka memasuki alam akhirat. Sufyan As-Sauri telah meriwayatkan dari Jabir Al-Ju'fi, dari Mujahid, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: Dan sesungguhnya Kami pasti akan menyempurnakan dengan secukup-cukupnya pembalasan (terhadap) mereka dengan tidak dikurangi. (Hud: 109)
Yaitu apa yang telah dijanjikan kepada mereka berupa balasan kebaikan dan balasan keburukan. Abdur Rahman ibnu Zaid ibnu Aslam mengatakan, "Sesungguhnya Kami pasti akan menimpakan pembalasan yang setimpal kepada mereka tanpa dikurangi." Kemudian Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia telah memberikan Kitab Taurat kepada Musa, lalu umatnya memperselisihkannya. Di antara mereka ada yang beriman kepadanya, dan di antara mereka ada pula yang kafir kepadanya. Maka engkau, hai Muhammad, mempunyai teladan dari kalangan para nabi sebelummu. Karena itu, janganlah sekali-kali kamu marah bila mereka mendustakanmu, janganlah pula hal tersebut menggoyahkanmu. {وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ} Dan seandainya tidak ada ketetapan yang telah terdahulu dari Tuhanmu, niscaya telah ditetapkan hukuman di antara mereka. (Hud: 110)
Ibnu Jarir mengatakan, "Seandainya tidak ada takdir-Nya yang terdahulu yang memutuskan bahwa Dia menangguhkan azab-Nya sampai kepada waktu yang telah ditentukan, niscaya Allah menetapkan hukuman di antara mereka." Dapat pula diartikan bahwa Allah tidak akan mengazab seseorang melainkan sesudah tegaknya hujah atas orang itu dan rasul telah diutuskan kepadanya, seperti yang disebutkan di dalam firman Allah Swt.: {وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا} dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. (Al-Isra: 15) Dan sesungguhnya Allah Swt. telah berfirman dalam ayat yang lainnya, yaitu: {وَلَوْلا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَكَانَ لِزَامًا وَأَجَلٌ مُسَمًّى فَاصْبِرْ عَلَى مَا يَقُولُونَ} Dan sekiranya tidak ada suatu ketetapan dari Allah yang telah terdahulu atau tidak ada ajal yang telah ditentukan, pasti (azab itu) menimpa mereka. Maka sabarlah kamu atas apa yang mereka katakan. (Thaha: 129-130) Kemudian Allah Swt. menceritakan bahwa kelak Dia akan menghimpunkan orang-orang yang terdahulu dan yang kemudian dari kalangan semua umat, lalu Dia memberikan balasan kepada mereka sesuai dengan amal perbuatan masing-masing. Jika amal perbuatannya baik, maka balasannya baik; dan jika amal perbuatannya buruk, maka balasannya buruk pula. Untuk itu, Allah Swt. berfirman: {وَإِنَّ كُلا لَمَّا لَيُوَفِّيَنَّهُمْ رَبُّكَ أَعْمَالَهُمْ إِنَّهُ بِمَا يَعْمَلُونَ خَبِيرٌ} Dan sesungguhnya kepada masing-masing (mereka yang berselisih itu) pasti Tuhanmu akan menyempurnakan dengan cukup (balasan) pekerjaan mereka. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Hud: 111)
Yakni Allah Maha Mengetahui semua amal perbuatan mereka yang mulia dan yang rendah serta yang besar dan yang kecil. Sehubungan dengan ayat ini banyak riwayat yang menceritakan qiraatnya, tetapi maknanya kembali kepada apa yang telah kami sebutkan dalam tafsir firman-Nya: {وَإِنْ كُلٌّ لَمَّا جَمِيعٌ لَدَيْنَا مُحْضَرُونَ} Dan setiap mereka semuanya dikumpulkan lagi kepada Kami. (Yasin: 32)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan