Selasa, 19 Jun 2018

AYAT 49-57

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
SURAH BAQARAH AYAT 49-57
Ayat 49-57:
         Membicarakan secara rinci nikmat-nikmat Allah kepada Bani Israil, dimulai dari kisah Nabi Musa ‘alaihis salam dan selamatnya Beliau dari Fir’au, pemaafan dari Allah ‘Azza wa Jalla terhadap penyembahan Bani Israil kepada patung anak sapi, dihidupkan-Nya mereka setelah disambar halilintar serta diberi-Nya nikmat Al Mann & As Salwa

 وَإِذْ نَجَّيْنَاكُمْ مِنْ آلِ فِرْعَوْنَ يَسُومُونَكُمْ سُوءَ الْعَذَابِ يُذَبِّحُونَ أَبْنَاءَكُمْ وَيَسْتَحْيُونَ نِسَاءَكُمْ وَفِي ذَلِكُمْ بَلاءٌ مِنْ رَبِّكُمْ عَظِيمٌ (٤٩) وَإِذْ فَرَقْنَا بِكُمُ الْبَحْرَ فَأَنْجَيْنَاكُمْ وَأَغْرَقْنَا آلَ فِرْعَوْنَ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (٥٠) وَإِذْ وَاعَدْنَا مُوسَى أَرْبَعِينَ لَيْلَةً ثُمَّ اتَّخَذْتُمُ الْعِجْلَ مِنْ بَعْدِهِ وَأَنْتُمْ ظَالِمُونَ (٥١) ثُمَّ عَفَوْنَا عَنْكُمْ مِنْ بَعْدِ ذَلِكَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٥٢) وَإِذْ آتَيْنَا مُوسَى الْكِتَابَ وَالْفُرْقَانَ لَعَلَّكُمْ تَهْتَدُونَ (٥٣) وَإِذْ قَالَ مُوسَى لِقَوْمِهِ يَا قَوْمِ إِنَّكُمْ ظَلَمْتُمْ أَنْفُسَكُمْ بِاتِّخَاذِكُمُ الْعِجْلَ فَتُوبُوا إِلَى بَارِئِكُمْ فَاقْتُلُوا أَنْفُسَكُمْ ذَلِكُمْ خَيْرٌ لَكُمْ عِنْدَ بَارِئِكُمْ فَتَابَ عَلَيْكُمْ إِنَّهُ هُوَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ (٥٤) وَإِذْ قُلْتُمْ يَا مُوسَى لَنْ نُؤْمِنَ لَكَ حَتَّى نَرَى اللَّهَ جَهْرَةً فَأَخَذَتْكُمُ الصَّاعِقَةُ وَأَنْتُمْ تَنْظُرُونَ (٥٥) ثُمَّ بَعَثْنَاكُمْ مِنْ بَعْدِ مَوْتِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ (٥٦) وَظَلَّلْنَا عَلَيْكُمُ الْغَمَامَ وَأَنْزَلْنَا عَلَيْكُمُ الْمَنَّ وَالسَّلْوَى كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ وَمَا ظَلَمُونَا وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (٥٧ 49.

 Dan (ingatlah nikmat Kami)[1] ketika Kami menyelamatkan kamu dari (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun[2]. Mereka menimpakan siksaan yang sangat berat kepadamu. Mereka menyembelih anak-anak laki-lakimu dan membiarkan hidup anak-anak perempuanmu[3]. Pada yang demikian itu terdapat cobaan[4] yang besar dari Tuhanmu[5]. 50. Dan (ingatlah nikmat Kami), ketika Kami membelah laut untukmu, sehingga kamu dapat Kami selamatkan dan Kami tenggelamkan (Fir'aun dan) pengikut-pengikut Fir'aun sedangkan kamu menyaksikan[6]. 51. Dan (ingatlah), ketika Kami menjanjikan kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam[7], kemudian kamu menjadikan (patung) anak sapi[8] (sebagai sembahan) setelah (kepergian)nya, dan kamu (menjadi) orang yang zalim[9]. 52. Kemudian Kami memaafkan kamu setelah itu, agar kamu bersyukur. 53. Dan (ingatlah nikmat Kami), ketika Kami memberikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan Furqan[10], agar kamu memperoleh petunjuk. 54. Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya, "Wahai kaumku! sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri dengan menjadikan (patung) anak sapi (sebagai sembahan), karena itu bertobatlah kepada Penciptamu dan bunuhlah dirimu[11]. Itu lebih baik bagimu di sisi Penciptamu[12]. Dia pun menerima tobatmu. Sungguh, Dialah Yang Maha Penerima tobat lagi Maha Penyayang." 55. Dan (ingatlah) ketika kamu berkata, "Wahai Musa! Kami tidak akan beriman kepadamu[13] sebelum kami melihat Allah dengan jelas[14], maka halilintar menyambarmu[15], sedang kamu menyaksikan"[16]. 56. Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati[17], supaya kamu bersyukur. 57. Dan Kami menaungi kamu dengan awan, dan Kami menurunkan kepadamu "mann" dan "salwa"[18]. Makanlah (makanan) yang baik-baik dari rezeki yang telah Kami berikan kepadamu. Mereka tidak menzalimi Kami, tetapi justru merekalah yang menzalimi diri sendiri[19].


Di antara ulama ada yang menafsirkan kata "balaa" dengan ihsan atau nikmat, sehingga maksud "wa fii dzaalikum" (pada yang demikian itu) kembalinya bukan kepada siksaan yang ditimpakan Fir'aun, tetapi kepada "penyelamatan Allah kepada mereka dari cengkeraman Fir'aun", yakni diselamatkannya kamu dari cengkeraman Fir'aun adalah nikmat yang besar dari Tuhanmu
Dalam ayat ini al-‘adzab ditafsirkan dengan penyembelihan anak laki-laki. Sedangkan pada surat Ibrahim, disebutkan dengan kata sambung “wa” (dan), sebagaimana pada firman-Nya: “Mereka menyembelih anak-anakmu yang laki-laki dan membiarkan anak-anakmu yang perempuan tetap hidup.” (QS. Ibrahim: 6). Penafsiran mengenai hal ini akan dikemukakan pada awal surat al-Qashash, insya Allah, dengan memohon pertolongan dan bantuan-Nya.


Ibnu Jarir mengatakan, kata yang sering digunakan untuk menyatakan ujian dengan keburukan adalah balautuHu, ab-luuHu, bilaa-an. Yang digunakan untuk ujian dengan kebaikan adalah ib-liiHi, ib-laa-an, wa balaa-an. Zuhair bin Abi Salma pernah bersyair: Allah akan memberikan balasan kebaikan atas apa yang mereka berdua perbuat terhadap kalian. Dan membalas mereka berdua dengan sebaik-baik balasan yang menguji. Di sini dia menggabungkan dua versi bahasa, yang mengandung makna bahwa Allah mengaruniai mereka berdua sebaik-baik nikmat yang Dia ujikan kepada para hamba-Nya. Imam Ahmad meriwayatkan, dari Ibnu Abbas ra, ia menceritakan, Setelah Rasulullah sampai di Madinah, kemudian beliau menyaksikan orang-orang Yahudi mengerjakan puasa pada hari ‘Asyura’, maka beliau pun bersabda: “Hari apa ini yang kalian berpuasa padanya ?” Mereka menjawab, “Ini adalah hari baik. Pada hari ini Allah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa as pun berpuasa padanya.” Rasulullah pun bersabda: “Aku lebih berhak terhadap Musa dari pada kalian.” Kemudian beliau pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkan umatnya berpuasa padanya.” (HR. Al-Bukhari, Muslim, an-Nasa’i dan Ibnu Majah.) &
Ada pendapat yang menyatakan, yaitu bulan Dzulqa’dah penuh ditambah dengan sepuluh hari dari bulan Dzulhijjah. Hal itu terjadi setelah mereka bebas dari kejaran Fir’aun dan selamat dari tenggelam ke dasar laut.
Imam Nasai, Ibnu Jarir, dan Ibnu Abu Hatim meriwayatkan melalui hadis Yazid ibnu Harun, dari Al-Asbag ibnu Zaid Al-Wariq, dari Al-Qasim ibnu Abu Ayyub, dari Sa'id ibnu Jubair, dari Ibnu Abbas r.a. yang mengatakan, "Allah Swt. berfirman bahwa sesungguhnya tobat yang harus dilakukan oleh mereka ialah dengan cara hendaknya setiap orang dari mereka (yang menyembah anak lembu) membunuh orang yang dijumpainya tanpa memandang apakah dia orang tua atau anaknya. Dia harus membunuhnya dengan pedang tanpa mempedulikan siapa yang dibunuhnya di tempat tersebut. Maka Allah menerima tobat mereka yang menyembunyikan dosa-dosanya dari Musa dan Harun, tetapi kemudian ditampakkan oleh Allah Swt., lalu mereka mengakui dosa-dosanya dan mau melakukan apa yang diperintahkan kepada mereka. Allah memberikan ampunan kepada si pembunuh dan si terbunuh."Ali r.a. meriwayatkan hal yang semisal. Qatadah mengatakan bahwa Musa a.s. memerintahkan kepada kaumnya untuk melakukan hal yang sangat berat, lalu mereka bangkit dan saling menyembelih dengan pisau-pisau yang tajam, sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain. Ketika pembalasan Allah telah cukup menimpa mereka, maka barulah pisau-pisau itu terjatuh dari tangan mereka dan berhentilah pembunuhan di kalangan mereka; lalu Allah menerima tobat orang-orang yang masih hidup dari kalangan mereka, dan yang terbunuh dianggap sebagai mati syahid. Al-Hasan Al-Basri mengatakan bahwa mereka tertimpa kabut yang sangat gelap, lalu sebagian dari mereka membunuh sebagian yang lain; setelah itu lenyaplah cuaca gelap yang menyelimuti mereka, kemudian tobat mereka baru diterimaAbu Ja’far meriwayatkan dari Rabi’ bin Anas: “Bahwa mereka itulah tujuh puluh orang yang dipilih oleh Musa as. Mereka berjalan bersama Musa hingga akhirnya mereka mendengar sebuah firman, maka mereka pun berkata, `Kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan nyata.’ Kemudian, lanjut Rabi’ bin Anas, mereka mendengar suara yang menyambar, dan mereka pun mati.” Marwan bin al-Hakam mengatakan dalam pidato yang disampaikannya dari atas mimbar di Makkah: “Petir berarti suara keras dari langit.”Rabi’ bin Anas mengatakan: “Kematian mereka itu merupakan hukuman bagi mereka, lalu dibangkitkan kembali hingga datang ajal hidupnya.” Hal senada juga disampaikan oleh Qatadah.Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Abu Huiaifah, telah menceritakan kepada kami Syiblun, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid sehubungan dengan makna firman-Nya ini, bahwa yang dimaksud dengan awan di sini bukanlah awan yang Allah datangkan dengannya kelak di hari kiamat, melainkan awan yang khusus hanya bagi mereka. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh Ibnu Jarir, dari Al-Muianna ibnu Ibrahim, dari Abu Hudzaifah. Hal yang sama diriwayatkan pula oleh dan lain-lainnya, dari Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid. Seakan-akan dimaksudkan —hanya Allah yang mengetahui bahwa awan tersebut bukanlah seperti awan yang ada pada kita, melainkan jauh lebih indah dan lebih semerbak serta lebih balk peman-dangannya. Sunaid di dalam kitab tafsirnya mengatakan dari Hajjaj ibnu Muhammad, dari Ibnu Juraij, bahwa Ibnu Abbas pernah mengatakan sehubungan dengan tafsir

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN