Khamis, 27 September 2018

AYAT 114-117

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH HUD
Ayat 114-117:

Pentingnya menjaga shalat lima waktu, dorongan berbuat kebaikan dan larangan mengadakan kerusakan di bumi.BISMILLAHIRAHMANIRAHIM'
114. wa-aqimi alshshalaata tharafayi alnnahaari wazulafan mina allayli inna alhasanaati yudzhibna alssayyi-aati dzaalika dzikraa lildzdzaakiriina 115. waishbir fa-inna allaaha laa yudhii’u ajra almuhsiniina 116. falawlaa kaana mina alquruuni min qablikum uluu baqiyyatin yanhawna ‘ani alfasaadi fii al-ardhi illaa qaliilan mimman anjaynaa minhum waittaba’a alladziina zhalamuu maa utrifuu fiihi wakaanuu mujrimiina 117. wamaa kaana rabbuka liyuhlika alquraa bizhulmin wa-ahluhaa mushlihuuna

 وَأَقِمِ الصَّلاةَ طَرَفَيِ النَّهَارِ وَزُلَفًا مِنَ اللَّيْلِ إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ ذَلِكَ ذِكْرَى لِلذَّاكِرِينَ (١١٤) وَاصْبِرْ فَإِنَّ اللَّهَ لا يُضِيعُ أَجْرَ الْمُحْسِنِينَ (١١٥) فَلَوْلا كَانَ مِنَ الْقُرُونِ مِنْ قَبْلِكُمْ أُولُو بَقِيَّةٍ يَنْهَوْنَ عَنِ الْفَسَادِ فِي الأرْضِ إِلا قَلِيلا مِمَّنْ أَنْجَيْنَا مِنْهُمْ وَاتَّبَعَ الَّذِينَ ظَلَمُوا مَا أُتْرِفُوا فِيهِ وَكَانُوا مُجْرِمِينَ (١١٦) وَمَا كَانَ رَبُّكَ لِيُهْلِكَ الْقُرَى بِظُلْمٍ وَأَهْلُهَا مُصْلِحُونَ (١١٧

 Terjemah Surat Hud Ayat 114-117 114.
[1] Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang)[2] dan pada bagian permulaan malam[3]. Perbuatan-perbuatan baik itu[4] menghapus kesalahan-kesalahan[5]. Itu[6] peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah)[7]. 115. Dan bersabarlah[8], karena sesungguhnya Allah tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan[9].116.[10] Maka mengapa tidak ada di antara umat-umat sebelum kamu orang yang mempunyai keutamaan yang melarang (berbuat) kerusakan di bumi, kecuali sebagian kecil di antara orang yang telah Kami selamatkan[11]. Dan orang-orang yang zalim[12] hanya mementingkan kenikmatan dan kemewahan, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa[13]. 117. Dan Tuhanmu tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim[14], selama penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan (beriman)[15].

[1] Imam Bukhari dan Muslim meriwayatkan dari Ibnu Mas’ud radhiyallahu ‘anhu, bahwa ada seorang laki-laki yang mencium seorang wanita, lalu laki-laki itu datang kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan menceritakan hal itu, maka turunlah kepada Beliau ayat, “Dan dirikanlah shalat pada kedua ujung siang (pagi dan petang) dan pada bagian permulaan malam. Perbuatan-perbuatan baik itu menghapus kesalahan-kesalahan. Itulah peringatan bagi orang-orang yang selalu mengingat (Allah).” Laki-laki itu berkata, “Apakah ayat ini untukku?” Beliau bersabda, “Untuk orang yang melakukan demikian di kalangan umatku.” Dalam riwayat Muslim dan para pemilik kitab sunan dari Ibnu Mas’ud disebutkan, “Ada seorang laki-laki yang datang kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan berkata, “Wahai Rasulullah, sesungguhnya saya mendapatkan seorang wanita di kebun, lalu aku berbuat segala sesuatu dengannya, hanyasaja aku tidak menjima’inya; aku mencium dan memeluknya. Oleh karena itu, lakukanlah terhadapku apa yang engkau kehendaki…dst.”

 [2] Yakni shalat Subuh, Zhuhur dan ‘Ashar. [3] Yaitu Maghrib dan Isya. Termasuk ke dalamnya shalat malam, karena ia dapat mendekatkan diri kepada Allah Subhaanahu wa Ta’aala berdasarkan lafaz “wa zulafam minal lail.” [4] Seperti shalat yang lima waktu dan shalat-shalat sunat.

 [5] Yakni dosa-dosa kecil, hal ini berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam: « الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ » . “Shalat yang lima waktu, shalat Jum’at yang satu ke shalat Jum’at berikutnya, dan Ramadhan yang satu ke Ramadhan berikutnya mengapuskan dosa-dosa antara keduanya apabila ia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)

 [6] Kata “itu” di sini bisa tertuju kepada perintah-perintah sebelumnya, yaitu tetap istiqmah di atas jalan yang lurus, tidak melampaui batas, tidak cenderung kepada orang-orang zalim, mendirikan shalat dan penjelasan bahwa kebaikan-kebaikan dapat menghapuskan kesalahan-kesalahan.

 [7] Dengannya mereka dapat memahami perintah dan larangan Allah, dan mereka bisa mengerjakan perbuatan-perbuatan baik yang membuahkan kebaikan dan menghindarkan keburukan. Akan tetapi, perbuatan tersebut butuh usaha keras dari dalam diri manusia dan kesabaran, oleh karenanya pada ayat selanjutnya Allah memerintahkan bersabar.

 [8] Yakni terhadap gangguan kaummu atau bersabarlah dalam mendirikan shalat atau secara umum bersabar di atas ketaatan dan bersabar dalam menjauhi kemaksiatan.

 [9] Yaitu mereka yang bersabar di atas ketaatan dan bersabar dalam menjauhi kemaksiatan.

 [10] Setelah sebelumnya Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan tentang kebinasaan umat-umat terdahulu yang mendustakan para rasul, maka Allah Subhaanahu wa Ta’aala menyebutkan bahwa kalau sekiranya di kalangan umat-umat itu ada orang-orang yang utama yang mengajak kepada petunjuk dan melarang perbuatan buruk, tentu mereka akan selamat, akan tetapi sedikit sekali orang yang melakukan. Oleh karena itu, umat akan tetap eksis selama mereka mengikuti petunjuk Allah yang dibawa oleh para rasul, dan jika mereka meninggalkannya, maka mereka akan binasa.

 [11] Mereka melakukan amar ma’ruf dan nahi munkar sehingga mereka selamat.

 [12] Baik dengan melakukan kerusakan di bumi (kemaksiatan) maupun dengan tidak melakukan nahi munkar padahal mampu.

 [13] Oleh karena itu, mereka mesti diberi hukuman dan dibinasakan oleh azab. Dalam ayat ini terdapat dorongan kepada umat ini agar di tengah-tengah mereka ada orang-orang yang utama yang mengadakan perbaikan, yang menegakkan agama Allah, mengajak orang yang tersesat kepada petunjuk, bersabar terhadap gangguan dan menerangkan jalan yang lurus kepada masyarakat yang sebelumnya nampak gelap di hadapan mereka. Orang yang melakukannya kedudukannya dalam agama adalah tinggi dan pelakunya menjadi imam dalam agama ini apabila dia melakukannya ikhlas karena Allah Rabbul ‘alamin.

 [14] Dia tidak berbuat zalim kepada mereka.

 [15] Oleh karena itu, Allah tidak akan membinasakan mereka kecuali apabila mereka berbuat zalim dan telah tegak hujjah kepada mereka. Maksud ayat ini bisa juga bahwa Allah tidak akan membinasakan neger-negeri karena kezaliman mereka yang dahulu apabila mereka telah rujuk dan memperbaiki amal mereka, karena Allah akan memaafkan mereka, dan menghapuskan kezaliman mereka yang telah lalu.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN