Khamis, 19 Julai 2018

AYAT 245-247

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK''
SURAH BAQARAH 245-247''
BIS'MIL'LAHI'RAHMAN'NIR'RAHIM''
245.Man – zallazii yuqridullaaha Qardan Hasanan fa – yudaa – ‘ifahuu lahuu ‘ad ‘aafan – kasiirah? Wal – laahu yaqbidu wa yab – sutu. Wa ‘ilayhi turja – ‘uun. 246.‘Alam tara ‘ilal – mala ‘imim – Baniii – ‘Israaa – ‘iila mim – ba' – di Muusaa? ‘Iz qaalu li – nabiyyil – lahumud ‘as lanaa Malikan – nuqaatil fii Sabiilil – laah. Qaala hal ‘asaytum ‘in – kutiba ‘alaykumul – qitaalu ‘allaa tuqaatiluu? Qaaluu wa maa lanaaa ‘allaa tuqaatiluu? Qaaluu wa maa lanaaa ‘allaa nuqaatila fii Sabii – lillaahi wa qad ‘ukhrijnaa min diyaarina wa ‘abnaa ‘inaaa? Falammaa kutiba ‘alay himul – qitaalu tawallaw ‘ilaa qaliilam – minhum. Wallaahu ‘Aliimum – biz zaal – imiin. 247.Wa qaala lahum Nabiy – yuhum ‘innallaaha qad ba ‘asa lakum Taaluuta Malikaa Qaaluuu ‘annaa yakuunu lahul – mulku ‘alaynaa wa nahnu ‘a – nahnu ‘a – haqqu bil mulki minhu wa lam yu' ta sa ‘atam minal maal? Qaala ‘innallaa – hasafaahu ‘alaykum wa zaadahuu basta – tan fil – ilmi wal – jism. Wallaahu yu' tii mulkahuu many – yashaaa'. Wallaahu Waasi – ‘un ‘Aliim.

Siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah, pinjaman yang baik (menafkahkan hartanya di jalan Allah), maka Allah akan memperlipat gandakan pembayaran kepadanya dengan lipat ganda yang banyak. Dan Allah menyempitkan dan melapangkan (rezki) dan kepada-Nya-lah kamu dikembalikan.(QS. 2:245) “Apakah kamu tidak memperhatikan pemuka-pemuka Bani Israil sesudah Nabi Musa, yaitu ketika mereka berkata kepada seorang nabi mereka: ‘Angkatlah untuk kami seorang raja supaya kami berperang [di bawah pimpinannya] di jalan Allah.’ Nabi mereka menjawab: ‘Mungkin sekali jika kamu nanti diwajibkan berperang, kamu tidak akan berperang.’ Mereka menjawab: ‘Mengapa kami tidak mau berperang di jalan Allah, padahal sesungguhnya kami telah diusir dari kampung halaman kami dan dari anak-anak kami.’ Maka tatkala perang itu diwajibkan atas mereka, mereka pun berpaling, kecuali beberapa orang saja di antara mereka. Dan Allah Mahamengetahui orang-orang yang dhalim. (QS. Al-Baqarah: 246) Nabi mereka mengatakan kepada me-reka: ‘Sesungguhnya Allah telah mengangkat Thalut menjadi rajamu.’ Mereka menjawab: ‘Bagaimana Thalut memerintah kami, padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan daripada-nya sedang dia pun tidak diberi kekayaan yang banyak.’ Nabi (mereka) berkata: ‘Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi rajamu dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.’ Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Mahamengetahui.” (QS. Al-Baqarah: 247)

 Diriwayatkan oleh Ibnu Hibban, Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Murdawaih dari Ibnu Umar ketika turunnya ayat 261 surah Al-Baqarah yang menerangkan bahwa orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah nafkahnya itu adalah seperti sebutir benih yang menumbuhkan 7 tangkai; pada tiap-tiap tangkai seratus biji, maka Rasulullah saw. memohon,"Ya Tuhanku, tambahlah balasan itu bagi umatku (lebih dari 700 kali)." Setelah Allah swt. mengisahkan tentang umat yang binasa disebabkan karena ketakutan dan kelemahan keyakinan, maka dalam ayat ini Allah menganjurkan supaya umat rela berkorban menafkahkan hartanya di jalan Allah dan nafkah itu dinamakan pinjaman kepada-Nya.
Sebabnya Allah swt. menamakannya pinjaman padahal Allah swt. sendiri Maha Kaya ialah karena Allah swt. mengetahui bahwa dorongan untuk mengeluarkan harta bagi kemaslahatan umat itu sangat lemah pada sebagian besar manusia. Hal ini dapat dirasakan bahwa seorang hartawan kadang-kadang mudah saja mengeluarkan kelebihan hartanya untuk menolong kawan-kawannya, mungkin dengan niat untuk menjaga diri dari kejahatan atau untuk memelihara kedudukan yang tinggi, terutama jika yang ditolong itu kerabatnya sendiri. Akan tetapi jika pengeluaran harta itu untuk mempertahankan agama dan memelihara keluhurannya, dan meninggikan kalimat Allah yang di dalamnya tidak terdapat hal-hal yang menguntungkan bagi dirinya sendiri, maka tidak mudah baginya untuk melepaskan harta yang dicintainya itu, kecuali jika secara terang-terangan atau melalui saluran resmi.
Oleh karena itu ungkapan yang dipergunakan untuk menafkahkan harta benda di jalan Allah itu sangat menarik, yaitu "siapakah yang mau memberi pinjaman kepada Allah suatu pinjaman yang baik". Pinjaman yang baik itu yang sesuai dengan bidang dan kemanfaatannya dan dikeluarkan dengan penuh keikhlasan semata-mata untuk mencapai keridaan Allah swt. Dan Allah menjanjikan akan memberi balasan yang berlipat ganda. Allah memberikan perumpamaan tentang balasan Allah yang berlipat ganda itu, seperti sebutir benih padi yang ditanam dapat menghasilkan tujuh tangkai padi.
Setiap tangkai berisi 100 butir sehingga menghasilkan 700 butir bahkan Allah membalasi itu tanpa batas sesuai dengan yang dimohonkan Rasulullah bagi umatnya dan sesuai dengan keikhlasan orang yang memberikan nafkah. Allah swt. menyempitkan rezeki kepada orang yang tidak mengetahui sunnatullah dalam soal-soal pencarian harta benda dan karena mereka tidak giat membangun di pelbagai bidang yang telah ditunjukkan Allah. Dan Allah melapangkan rezeki kepada manusia yang lain yang pandai menyesuaikan diri dengan sunnatullah dan menggarap berbagai bidang usaha sehingga merasakan hasil manfaatnya.
Bila Allah menjadikan seorang miskin jadi kaya atau sebaliknya, maka yang demikian itu adalah sepenuhnya di tangan kekuasaan Allah. Maka anjuran Allah menafkahkan sebagian harta ke jalan Allah, semata-mata untuk kemanfaatan manusia sendiri dan memberi petunjuk kepadanya supaya mensyukuri nikmat pemberian itu karena dengan mensyukuri itu akan bertambah banyaklah berkahnya. Kemudian Allah menjelaskan bahwa sekalian makhluk akan dikembalikan kepada-Nya pada hari kiamat untuk menerima balasan amalnya masing-masing.Ketika Bani Israil meminta kepada nabi mereka agar mengangkat bagi mereka seorang raja dari kalangan mereka sendiri, maka nabi mereka pun menetapkan Thalut sebagai pemimpin mereka.
Thalut adalah seorang dari bala tentara Bani Israil, dan bukan dari kalangan kerajaan, karena kerajaan berada pada kekuasaan keturunan Yahudza. Sedangkan Thalut bukan dari keturunan Yahudza. Oleh karena itu mereka berkata, annaa yakuunu laHul mulku ‘alainaa (“Bagaimana Thalut memerintah kami.”) Artinya, bagaimana mungkin ia akan menjadi raja yang memerintah kami, wa nahnu ahaqqu bil mulki minHu wa lam yu’ta sa’atam minal maali (“Padahal kami lebih berhak mengendalikan pemerintahan darinya, sedang ia pun tidak diberi kekayaan yang banyak?”)
Maksudnya, dia adalah orang miskin yang tidak punya harta untuk menjalankan pemerintahan. Padahal keharusan bagi mereka ialah taat dan mengucapkan kata-kata yang baik. Kemudian nabi itu memberikan jawaban kepada mereka seraya berkata: innallaaHash thafaaHu ‘alaikum (“Sesungguhnya Allah telah memilihnya menjadi raja kalian.”) Artinya, Dia telah memilih Thalut sebagai pemimpin kalian dari kalangan kalian sendiri, dan Allah Ta’ala lebih mengetahuinya daripada kalian. Nabi bersabda: “Bukan aku yang menentukannya berdasarkan pandanganku sendiri, tetapi Allah Ta’ala yang menyuruhku untuk memilihnya kerena kalian telah meminta hal itu kepadaku.” wazaadaHu basthatan fil ‘ilmi wal jismi (“Dan menganugerahinya ilmu yang luas dan tubuh yang perkasa.”)
Artinya Thalut lebih mengetahui daripada kalian, lebih mulia, lebih perkasa, lebih kuat, dan lebih sabar dalam peperangan, serta lebih sempurna ilmunya dan lebih tegar daripada kalian. Oleh karena itu ia layak menjadi seorang raja karena berpengetahuan, mempunyai bentuk tubuh yang bagus, dan kuat fisik maupun mental. Setelah itu Allah berfirman: wallaaHu yu’tii mulkaHu may yasyaa’u (“Allah memberikan pemerintahan kepada siapa yang Dia kehendaki.”) Maksudnya, Dia-lah yang Mahabijaksana yang mengerjakan apa saja yang Dia kehendaki.
Dia tidak dimintai pertanggungjawaban atas apa yang Dia kerjakan, justru merekalah yang akan dimintai pertanggungjawaban. Hal ini karena ilmu, hikmah, dan kasih sayang-Nya kepada semua makhluk-Nya. Oleh karena itu, Dia berfirman: wallaaHu waasi’un ‘aliim (“Dan Allah Mahaluas pemberian-Nya lagi Mahamengetahui.”) Artinya, Dia Mahaluas karunia-Nya, Dia khususkan rahmat-Nya bagi siapa saja yang Dia kehendaki, dan Mahamengetahui siapa yang berhak memegang pemerintahan dan siapa yang tidak berhak. Menurut Abdur Razzaq, dari Ma'mar, dari Qatadah, nama nabi tersebut adalah Yusya' ibnu Nun.
Ibnu Jarir mengatakan bahwa nabi tersebut bernama Yusya' ibnu Ifrayim ibnu Yusuf ibnu Ya'qub. Akan tetapi, pendapat ini jauh dari kebenaran, mengingat Yusya' baru ada jauh setelah masa Nabi Musa. Sedangkan hal yang dikisahkan di dalam ayat ini terjadi di masa Nabi Daud a.s., seperti yang dijelaskan di dalam kisah mengenainya. Jarak antara masa Nabi Daud dengan Nabi Musa kurang lebih seribu tahun, yakni lebih dahulu Nabi Musa a.s. As-Saddi mengatakan bahwa nabi tersebut bernama Syam'un. Sedangkan menurut Mujahid adalah Syamuel a.s.
Hal yang sama dikatakan pula oleh Muhammad ibnu Ishaq, dari Wahb ibnu Munabbih, bahwa dia adalah Syamuel ibnu Bali ibnu Alqamah ibnu Turkham ibnu Yahd ibnu Bahrad ibnu Alqamah ibnu Majib ibnu Amrisa ibnu Azria ibnu Safiyyah ibnu Alqamah ibnu Abu Yasyif ibnu Qarun ibnu Yashur ibnu Qahis ibnu Lewi ibnu Ya'qub ibnu Ishaq ibnu Ibrahim a.s. Wahb ibnu Munabbih dan lain-lainnya mengatakan, pada mulanya kaum Bani Israil sesudah Nabi Musa a.s. berada dalam jalan yang lurus selama satu kurun waktu. Kemudian mereka membuat-buat hal yang baru dan sebagian di antara mereka ada yang menyembah berhala-berhala.
Di antara mereka masih ada nabi-nabi yang memerintahkan kepada mereka untuk berbuat kebajikan dan melarang mereka berbuat kemungkaran, serta meluruskan mereka sesuai dengan ajaran kitab Taurat. Hingga akhimya mereka melakukan apa yang mereka sukai, lalu Allah menguasakan mereka atas musuh-musuh mereka, dan akhimya banyak di antara mereka yang terbunuh dalam jumlah yang sangat besar, banyak yang ditawan oleh musuh-musuh mereka, serta negeri mereka banyak yang diambil dan dijajah oleh musuh-musuh mereka. Pada mulanya tiada seorang raja pun yang memerangi mereka melainkan mereka dapat mengalahkannya.
Hal tersebut berkat kitab Taurat dan tabut (peti) yang telah ada sejak masa lalu; keduanya diwariskan secara turun-temurun dari para pendahulu mereka sampai kepada Nabi Musa a.s. Tetapi tatkala mereka tenggelam di dalam kesesatannya, maka kedua barang tersebut dapat dirampas dari tangan mereka oleh salah seorang raja di suatu peperangan. Raja tersebut dapat merebut kitab Taurat dan tabut dari tangan mereka, dan tiada yang hafal akan kitab Taurat di kalangan mereka kecuali hanya beberapa gelintir orang saja. Kenabian terputus dari keturunan mereka, tiada yang tertinggal dari kalangan keturunan Lewi yang biasanya menurunkan para nabi selain seorang wanita hamil dari suaminya yang telah terbunuh.
Maka kaum Bani Israil mengambil wanita tersebut dan mengarantinakannya di dalam sebuah rumah dengan harapan semoga Allah memberinya rezeki seorang anak yang kelak akan menjadi seorang nabi bagi mereka. Sedangkan si wanita tersebut terus-menerus berdoa kepada Allah Swt. agar diberi seorang anak lelaki. Allah Swt. memperkenankan doa wanita itu dan lahirlah darinya seorang bayi lelaki yang kemudian diberi nama Samuel, yang artinya Allah memperkenankan doaku. Di antara ulama ada yang mengatakan bahwa bayi itu diberi nama Syam'un (Samson) yang artinya sama.

Anak tersebut tumbuh dewasa di kalangan kaumnya (Bani Israil) dan Allah menganugerahinya dengan pertumbuhah yang baik. Ketika usianya sampai pada usia kenabian, maka Allah mewahyukan kepadanya yang isinya memerintahkan kepadanya agar mengajak dan menyeru kaumnya untuk menauhidkan Allah Swt. Lalu ia menyeru kaum Bani Israil, dan mereka meminta kepadanya agar ia mengangkat seorang raja buat mereka yang akan memimpin mereka dalam memerangi musuh-musuh mereka, karena raja mereka telah binasa. Maka si Nabi berkata kepada mereka, "Apakah kalian benar-benar jika Allah mengangkat seorang raja untuk kalian, bahwa kalian akan berperang dan menunaikan tugas yang dibebankan kepada kalian, yaitu berperang bersamanya?"

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN