Sabtu, 16 Jun 2018

AYAT 97-98


TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
Quran, Surah Maryam, Ayat 96

DALAM tiga ayat terakhir ini allah menjelaskan bertapa allah itu maha halus lagi lembut perbuatanya,.,. sebagai mana kata kata seorang penyair yg sedang dlm perjalanan bahawa ia terjerat dalam suara halus dan lembut yg mana ia lah penyakit,.,. sebagai mana allah tanahkan roh nur muhamat dalam jiwa tiap insan yang mana hanya insan insan yang mampu melihat nar yakni api yang membara dalam jiwa nya meronta untuk berkeingginan terhadap sesuatu perkara bentuk baharu,.,.,. tidak sebagai mana nur muhamat yang bersifat lemah lembut kasih sayang tunduk dan patuh akan tuhan yang maha pengasih ,.,.,. allah berfirman ' In nal lazina a_manu_ wa 'amilus sha_liha_ti sayaj'alu lahumur rahma_nu wud da_Surah Maryam, Ayat 97-Fa in nama_ yas sarna_hu bilisa_nika litubasy syira bihil mut taqina wa tundzira bihi qaumal lud da_Surah Maryam, Ayat 98 Wa kam ahlakna_ qablahum min qarn hal tuhis su minhum min ahadin autasma'u lahum rikza_ “Sesungguhnya orang-orang beriman dan beramal shalih, kelak Allah Yang Mahapemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka kasih sayang.

(QS. 19:96) Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (QS. 19:97) Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. Adakah kamu melihat seorang saja dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? (QS. 19:98)” (Maryam: 96-98) Allah mengabarkan bahwa Dia mananamkan kepada hamba-hamba-Nya kaum mukminin yang beramal shalih, yaitu amal-amal yang diridhai Allah; dengan mengikuti syari’at Muhammad saw. Dia akan menanamkan bagi mereka di dalam hati hamba-hamba-Nya yang shalih,

 perasaan cinta dan kasih sayang. Ini suatu perkara yang mesti dan harus. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami ayahku, telah menceritakan kepada kami Abu Daud Al-Hafri, telah menceritakan kepada kami Abdul Aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, dari Sahl ibnu Abu Saleh, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang mengatakan bahwa Nabi Saw. bersabda: Apabila Allah mencintai seorang hamba, maka Allah memanggil Jibril, "Sesungguhnya Aku mencintai si Fulan, maka cintailah dia.” Lalu Jibril berseru ke segenap penduduk langit, setelah itu diturunkanlah baginya kecintaan di bumi. Yang demikian itu adalah makna dari firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96)

 Imam Muslim dan Imam Turmuzi meriwayatkannya melalui Abdullah ibnu Qutaibah, dari Ad-Darawardi dengan sanad yang sama. Imam Turmuzi mengatakan bahwa hadis ini hasan lagi sahih. Ali ibnu Abu Talhah telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kelak Allah Yang Maha Pemurah akan menanamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Bahwa wuddan artinya kasih sayang. Mujahid mengatakan dari Ibnu Abbas, bahwa kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan kasih sayang kepada mereka, yakni manusia di dunia mencintai mereka. Sa!id ibnu Jubair telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas, bahwa mereka mencintai orang-orang mukmin dan orang-orang mukmin mencintai mereka. Hal yang sama telah dikatakan oleh Mujahid, Ad-Dahhak, serta lain-lainnya. Al-Aufi telah meriwayatkan pula dari Ibnu Abbas, bahwa kasih sayang dari orang-orang muslim di dunia dan rezeki yang baik serta lisan yang benar. Qatadah telah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Bahwa demi Allah, yang dimaksud ialah kasih sayang di dalam hati ahli iman. Telah diriwayatkan kepada kami bahwa Haram ibnu Hayyan pernah mengatakan, "Tidak sekali-kali seorang hamba menghadapkan segenap kalbunya kepada Allah, melainkan Allah akan menjadikan kalbu hamba-hamba-Nya yang beriman menyukainya, sehingga Allah memberinya rezeki kasih sayang kepadanya dari mereka." Usman ibnu Affan r.a. pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang hamba pun yang beramal baik atau amal buruk, melainkan Allah memakaikan kepadanya buah dari amal perbuatannya yang melekat pada tubuhnya bagai kain selendang. Ibnu Abu Hatim mengatakan, telah menceritakan kepada kami Ahmad ibnu Sinan, telah menceritakan kepada kami Abdur Rahman ibnu Mahdi, dari Ar-Rabi' ibnu Sabih, dari Al-Hasan Al-Basri rahimahullah yang mengatakan bahwa seorang lelaki berkata, "Demi Allah, aku benar-benar akan beribadah kepada Allah yang kelak membuat diriku menjadi buah bibir orang banyak." Sejak itu tidaklah ia terlihat di waktu salat, melainkan sedang dalam keadaan mengerjakan salat. Dan ia selalu menjadi orang pertama yang masuk ke dalam masjid serta orang terakhir yang ke luar darinya; ia lakukan semuanya itu tanpa rasa sombong. Tujuh bulan telah berlalu, sedangkan ia dalam keadaan demikian; dan bila ia lewat di hadapan kaum, maka kaum mengatakan, "Lihatlah orang yang pamer dengan ibadahnya ini." Kemudian ia sadar, lalu berjanji kepada dirinya sendiri bahwa perbuatannya itu hanyalah membuat dirinya disebut-sebut dengan sebutan yang buruk. Maka ia berjanji bahwa sungguh sejak saat itu ia mengikhlaskan amalnya karena Allah Swt. semata. Setelah membalikkan niatnya itu, ia beramal sebagaimana biasanya tanpa menambah dari apa yang ia amalkan sebelumnya. Kemudian pada suatu hari ia melewati kaum itu, dan ternyata mereka mengatakan, "Semoga Allah merahmati si Fulan sekarang." Kemudian Al-Hasan Al-Basri membaca firman-Nya: Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan beramal saleh, kelak Allah Yang Maha Pemurah akan mananamkan dalam (hati) mereka rasa kasih sayang. (Maryam: 96) Ibnu Jarir meriwayatkan sebuah asar bahwa ayat ini diturunkan berkenaan dengan hijrah yang dilakukan oleh Abdur Rahman ibnu Auf; pendapat yang mengatakan demikian adalah keliru, karena sesungguhnya surat ini seluruhnya adalah Makkiyyah, tidak ada suatu ayat pun dari surat ini diturunkan sesudah hijrah. Bila ada riwayat yang mengatakan demikian, maka sanadnya lemah dan tidak sahih. Hanya Allah-lah yang mengetahui kebenarannya. ***************** Firman Allah Swt.: {فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ} Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu. (Maryam: 97) Hai Muhammad, sesungguhnya Kami mudahkan Al-Qur'an ini dengan bahasa Arab yang jelas, fasih lagi sempurna. {لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ} agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan Al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertakwa. (Maryam: 97) Yakni orang-orang yang taat kepada Allah dan membenarkan Rasul-Nya. {وَتُنْذِرَ بِهِ قَوْمًا لُدًّا} dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. Maryam: 97) Yaitu kaum yang menyimpang dari jalan yang hak dan cenderung kepada kebatilan. Ibnu Abu Nujaih telah meriwayatkan dari Mujahid, bahwa makna kaum yang membangkang ialah kaum yang tidak lurus. As-Sauri telah meriwayatkan dari Ismail (yakni As-Saddi), dari Abu Saleh sehubungan dengan makna firman-Nya: dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yakni kaum yang menyimpang dari jalan yang hak. Ad-Dahhak mengatakan bahwa yang dimaksud dengan al-aladd ialah kaum yang bersikap memusuhi. Al-Qurazi mengatakan bahwa al-aladd artinya pendusta. Al-Hasan Al-Basri mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yaitu kaum yang tuli. Sedangkan menurut lainnya adalah tuli pendengaran hatinya, yakni hatinya menolak perkara yang hak dan tidak mau mendengarkannya. Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Bahwa yang dimaksud adalah orang-orang Quraisy. Al-Aufi telah meriwayatkan dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna firman-Nya: kaum yang membangkang. (Maryam: 97) Yaitu kaum yang pendurhaka. Hal yang sama telah diriwayatkan oleh Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid. Ibnu Zaid mengatakan bahwa al-aladd artinya banyak berbuat aniaya, lalu ia membaca firman-Nya: padahal ia adalah penantang yang paling keras. (Al-Baqarah: 204) ***************** Adapun firman Allah Swt.: {وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ} Dan berapa banyak telah Kami binasakan umat-umat sebelum mereka. (Maryam: 98) yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan rasul-rasul-Nya. {هَلْ تُحِسُّ مِنْهُمْ مِنْ أَحَدٍ أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا} Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar? (Maryam: 98) Yakni apakah kamu melihat seseorang dari mereka. أَوْ تَسْمَعُ لَهُمْ رِكْزًا atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar. (Maryam: 98) Menurut Ibnu Abbas, Abul Aliyah, Ikrimah, Al-Hasan Al-Basri, Sa'id ibnu Jubair, Ad-Dahhak, dan Ibnu Zaid, Rikzan artinya suara. Al-Hasan dan Qatadah mengatakan, bahwa apakah kamu melihat seseorang atau mendengar suara (mereka). Ar-rikzu menurut istilah bahasa artinya suara yang samar-samar, seperti pengertian yang ada dalam bait syair yang mengatakan: فَتَوجست رِكْز الْأَنِيسِ فَرَاعَها ... عَنْ ظَهْر غَيب والأنيسُ سَقَامُها ... Ia merindukan bisikan kekasih yang telah pergi darinya, kini ia dilanda sakit rindu. آخر تفسير "سورة مريم" ولله الحمد والمنة. ويتلوه إن شاء الله تعالى تفسير "سورة طه" والحمد لله. Penjelasan hal tersebut terdapat dalam hadits-hadits shahih dari Rasulullah dalam beberapa segi. Imam Ahmad berkata dari Abu Hurairah bahwa Nabi bersabda: “Sesungguhnya Allah, jika mencintai seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman: `Hai Jibril, sesungguhnya Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia.’ Lalu Jibril pun mencintainya. Kemudian Jibril memanggil seluruh penghuni langit dan berkata: `Sesungguhnya Allah mencintai si fulan, maka cintailah dia,” lalu seluruh penghuni langit pun akan mencintainya. Kemudian, diletakkanlah baginya penerimaan di muka bumi. Sesungguhnya Allah, jika membenci seorang hamba, Dia akan memanggil Jibril dan berfirman: `Hai Jibril, Aku membenci si fulan, maka bencilah dia.’ Lalu Jibril pun membencinya dan memanggil penghuni langit sambil berkata: `Sesungguhnya Allah membenci si fulan, maka bencilah dia,’ lalu penghuni langit pun membencinya. Kemudian, diletakkan baginya kemurkaan di muka bumi.” (HR. Muslim dari Suhail, Ahmad dan al-Bukhari, dari hadits Ibnu Juraij, dari Abu Hurairah, dari Nabi saw) `Ali bin Abi Thalhah berkata dari Ibnu `Abbas tentang firman-Nya: sayaj’alu laHumur rahmaanu wuddan (“Kelak ar-Rahmaan akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang”) ia berkata: “Perasaan cinta.” Mujahid berkata dari Ibnu `Abbas, “Kelak ar-Rahmaan akan menanamkan dalam hati mereka rasa kasih sayang,” ia berkata: “Perasaan cinta di dalam hati manusia di dunia.” Sa’id bin Jubair berkata dari Ibnu `Abbas: “Ia mencintai mereka dan menanamkan rasa cinta kepada mereka, yaitu kepada makhluk-Nya yang beriman.” Demikian yang dikatakan Mujahid, adh-Dhahhak dan selain keduanya. Qatadah berkata: “Dahulu, ‘Ustman bin ‘Affan berkata: ‘Tidak ada seorang hamba pun yang mengamalkan satu kebaikan atau satu keburukan, kecuali Allah memakaikan selendang amalnya itu.’” Firman-Nya: fa innamaa yassarnaaHu (“Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan”) yaitu al-Qur’an; bilisaanika (“Dengan bahasamu”) hai Muhammad, yaitu bahasa Arab yang jelas, fashih dan sempurna. Litubasy-syira biHil muttaqiina (“Agar kamu memberi kabar gembira dengan itu kepada orang-orang yang bertakwa,”) yaitu orang-orang yang menyambut seruan Allah dan membenarkan Para Rasul-Nya,”) Wa tundzira biHii qaumal luddan (“Dan memberi peringatan kepada kaum yang membangkang”) yaitu kaum yang berpaling dari kebenaran dan cenderung ke arah kebathilan. Ulama lain berkata: “Telinga-telinga hati yang tuli.” Al-‘Aufi berkata dari Ibnu `Abbas: qaumal luddan (“Kaum yang membangkang,”) yaitu orang-orang yang durhaka. Demikian riwayat al-Laits bin Abi Sulaim dari Mujahid. Ibnu Zaid berkata: “Al-aladdu adalah orang-orang yang dhalim, dan ia membaca firman-Nya: wa Huwa aladdul khishaam (“Padahal ia adalah penantang yang paling keras.”) (QS. Al-Baqarah: 204) Firman-Nya: wa kam aHlaknaa qablaHum min qarnin (“Dan berapa banyak yang telah Kami binasakan kurun-kurun,”) yaitu umat-umat yang kafir kepada ayat-ayat Allah dan mendustakan Para Rasul-Nya: Hal tuhissu minHum min ahadin aw tasma’u laHum rikzan (“Adakah kamu melihat seorang pun dari mereka atau kamu dengar suara mereka yang samar-samar”) yaitu apakah engkau melihat salah seorang di antara mereka atau mendengar samar-samar dari mereka. Ibnu `Abbas, Abul `Aliyah, `Ikrimah, al-Hasan al-Bashri, Sa’id bin Jubair, adh-Dhahhak dan Ibnu Zaid berkata: “Yaitu mendengar suara.” Al-Hasan dan Qatadah berkata: “Apakah engkau melihat seorang atau mendengar suara?” Ar-rikzu menurut asal bahasa adalah suara yang pelan. Penyair berkata: Watawajjasat rikzul aniisi faraa’aHaa ‘an dhaHri ghaibin wal aniisu saqaamuHaa “Ia mendengar suara halus yang lembut membuatnya terperanjat. Suara dari balik yang tak nampak, dan yang lembut itulah penyakitnya.”

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN