TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
SURAH BAQARAH AYAT 62-71
BIS-MIL-LAHI-RAHMAN-NIR-RAHIM''
62.'Innal- laziina ‘aa – manuu wallaziina haaduu wab – Nasaaraa was – saabi- ‘iina man ‘aamana billaahi wal – Yawmil –‘Aakhiri wa ‘amila saalihan falahum ‘ajruhum ‘inda Rabbihim; wa laa khaw – fun ‘alayhim wa laa hum yahzanuun. 63.Wa ‘iz ‘akhaznaa miisaaqakum wa rafa' – naa fawqakumut – tuur: khuzuu maaa ‘aatay – naakum – bi quwwatinw – waz- kuruu maa fiihim la – ‘allakum tat – taquun. 64.Summa tawal – laytum – mim – ba' – di zaalik: Falaw – laa fad – lul – laahi'alaykum wa rahmatuhuu la – kuntum – minal – khaasi – riin. 65.Walaqad ‘alim – tumul laziina' – tadaw minkum fis – sabbti fa – qulnaa lahum kuunuu qira – datan khaasi – lin! 66.Faja – ‘alnaahaa nakaalal – limaa bayna yadayhaa – wa maa khal – fahaa wa maw – ‘izatal – lil – Muttaqiin. 67.Wa ‘iz qaala Muussa liqawmihiii ‘innallaahaya' – mu – rukun ‘an – tazabahuu BAQARAH. Qaaluuu ‘a- tattakhi- zunaa huzuwaa? Qaala ‘a – ‘uuzu bil- laahi ‘an ‘akuuna minal – jahiliin! 68.Qaalud –‘ulaanaa Rabbaka yubaiyyil – lanaa maa hii! Qaala ‘innahuu yaquulu bikr, ‘awaanum – bayna zaalik: faf – ‘aluu maa tu' – maruun. 69.Qaalud – ‘u lanaa Rabbaka yubayyil – lanaa maa law – nuhaa. Qaala ‘'innahuu yaquulu ‘in – nahaa baqaratun – saf – raaa – ‘u faaqi- ‘ul –lawnuhaa tasurrun- naaziriin. 70.Qaalud – ‘u lanaa Rabbaka Yubayyil – lanaa maa hiya ‘in – nal – baqara tashabaha ‘alay – naa; wa –‘innaaa ‘in – shaaa – ‘al – laahu la – muhtaduun. 71.Qaala ‘innahuu yaquulu ‘in – nahaa baqaratul laa zaluu – lun – tusirul – ‘arda wa laa tasqil – hars; musallamutul laa shiyata fihaa Qaalu – ‘aanaji – tabil – haqq. Faza – bahuuha wa man kaaduu yaf –‘aluun.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62) Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): ‘Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertaqwa.’ (QS. 2:63) Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.” (QS. 2:64)“65. dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. 66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Baqarah: 65-66) “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?”. Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil”. (QS. 2:67) 68. mereka menjawab: ” mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. 69. mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” 70. mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” 71. Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Dari Mujahid, Ibnu Abi Hatim mengatakan: Salman bercerita, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai pemeluk suatu agama, yang aku pernah bersama mereka. lalu aku kabarkan mengenai shalat dan ibadah mereka. maka turunlah firman Allah swt.: “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62)
Mengenai hal ini penulis (Ibnu Katsir) mengatakan: “Ini tidak bertentangan dengan riwayat Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah, hari kemudian,” setelah itu Allah pun menurunkan ayat: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imraan: 85) "Telah meriwayatkan lbnu Abi Hatim daripada Salman, berkata Salman bahwasanya aku telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w dari hal pemeluk-pemeluk agama yang telah pernah aku masuki, lalu aku uraikan kepada beliau bagaimana cara sembahyang mereka masing masing dan cara ibadah mereka masing-masing. Lalu aku minta kepada beliau manakah yang benar. Maka beliau jawablah pertanyaanku itu dengan ayat: Innalladzina amanu wal-ladzina hadu dan seterusnya itu." Ahli-ahli Pikir Islam modern telah sampai kepada kesimpulan bahwasanya Palestina dan Tanah Suci Baitul-Maqdis , tidaklah akan dapat diambil kembali dari rampasan Yahudi (Zionis) itu, sebelum orang Arab khususnya clan orang-orang Islam seluruh dunia umumnya, mengembalikan pangkalan pikirannya kepada Islam. Sebab, baik Yahudi dengan Zionisnya, atau negara-negara Kapitalis dengan Christianismenya, yang membantu dengan moril dan materil berdirinya Negara Islam itu, keduanya bergabung jadi satu melanjutkan Perang Salib secara modern, bukan untuk menantang Arab karena dia Arab, melainkan menantang Arab karena dia Islam. Muhammad Saw. dinamakan kaum mukmin karena banyaknya keimanan mereka dan keyakinan mereka yang sangat kuat, mengingat mereka beriman kepada semua nabi yang terdahulu dan perkara-perkara gaib yang akan datang. Mengenai orang-orang Sabi-in, para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat mereka. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang Sabi-in) adalah suatu kaum antara Majusi, Yahudi, dan Nasrani; pada hakikatnya mereka tidak mempunyai agama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid. Telah diriwayatkan dari Ata dan Sa'id ibnu Jubair hal yang semi-sal dengan pendapat di atas. Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, Abusy Sya'sa (yakni Jabir ibnu Zaid), Ad-Dahhak, dan Ishaq ibnu Rahawaih mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu sekte dari kalangan ahli kitab, mereka mengakui kitab Zabur. Karena itu, Imam Abu Hanifah dan Ishaq mengatakan bahwa tidak mengapa dengan sembelihan mereka dan menikah dengan mereka. Hasyim meriwayatkan dari Mutarrif, "Ketika kami sedang bersama Al-Hakam ibnu Atabah, lalu ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Basrah bercerita kepadanya, dari Al-Hasan yang mengatakan tentang orang-orang Sabi-in, bahwa sesungguhnya mereka itu sama dengan orang-orang Majusi. Kemudian Al-Hakam berkata, 'Bukankah aku pun telah mengatakan hal yang sama kepada kalian?'." Abdur Rahman ibnu Mahdi meriwayatkan dari Mu'awiyah ibnu Abdul Karim, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan menceritakan tentang orang-orang Sabi-in. Dia mengatakan bahwa mereka adalah suatu kaum yang menyembah malaikat. Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Al-Hasan yang menceritakan, "Diberitakan kepada Ziad bahwa orang-orang Sabi-in salat menghadap ke arah kiblat, mereka salat lima waktu. Ziad bermaksud membebaskan mereka dari pungutan jizyah, tetapi sesudah itu dia mendapat berita bahwa mereka menyembah malaikat." Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan, telah sampai berita kepadanya bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang menyembah malaikat, percaya kepada kitab Zabur, dan salat menghadap ke arah kiblat. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang tinggal di sebelah negeri Irak. Mereka kaum yang suka menangis, beriman kepada semua nabi serta puasa selama tiga puluh hari setiap tahunnya, dan mereka salat menghadap negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali. Wahb ibnu Munabbih pernah ditanya mengenai Sabi-in. Ia menjawab bahwa mereka hanya mengenal Allah semata, tidak mempunyai syariat yang diamalkan, tidak pula berbuat kekufuran. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, Thur adalah gunung yang ditumbuhi pepohonan sedangkan yang tidak ditumbuhi pepohonan tidak disebut sebagai Thur. Dalam hadits mengenai fitnah diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Ketika mereka menolak berbuat ketaatan, maka Allah mengangkat gunung di atas kepala mereka supaya mereka mendengar.” Sedangkan as-Suddi mengatakan: “Ketika mereka menolak bersujud, Allah Ta’ala memerintahkan kepada gunung untuk runtuh menimpa mereka, ketika mereka melihat gunung telah menutupi, mereka pun jatuh tersungkur dalam keadaan bersujud. Mereka bersujud pada satu sisi dan melihat pada sisi yang lain. Maka Allah pun merahmati mereka dengan menyingkirkan gunung itu dari mereka. Setelah itu mereka mengatakan: `Demi Allah, tiada satu sujud pun yang lebih disukai Allah melebihi sujud yang dengannya Dia menyingkirkan adzab dari mereka, dan demikianlah mereka bersujud.’ Itulah makna firman Allah Ta’ala: “Dan Kami angkat gunung [Thursina] di atas kalian.” Ibnu Katsir mengatakan, yang dimaksud dengan al-mau’izhah adalah peringatan keras. Jadi makna ayat ini adalah Kami jadikan siksaan dan hukuman sebagai balasan atas pelanggaran mereka terhadap larangan-larangan Allah dan perbuatan mereka membuat berbagai tipu muslihat. Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang bertakwa menjauhi tindakan seperti itu agar hal yang sama tidak menimpa mereka. Sebagaimana diriwayatkan Abu Abdillah bin Baththah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian melakukan apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi, dengan cara menghalalkan apa yang diharamkan Allah melalui tipu-muslihat yang amat rendah.” (Isnad hadits ini jayyid (baik)). Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, seandainya mereka menyembelih sapi yang paling buruk sekalipun, maka cukuplah bagi mereka, tetapi ternyata mereka mempersulit diri, sehingga Allah pun mempersulit mereka. Riwayat ini berisnad shahih. Juga diriwayatkan oleh perawi lainnya dari Ibnu Abbas. Hal senada juga dikemukakkan oleh Ubaidah, as-Suddi, Mujahid, Ikrimah, Abu al-Aliyah, dan ulama lainnya. “Musa menjawab, Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu ialah sapi yang tidak tua dan tidak muda. “Artinya, sapi itu tidak tua dan tidak juga muda yang belum dikawini oleh sapi jantan, sebagaimana dikatakan oleh Abu al-Aliyah, as-Suddi, juga Ibnu Abbas. Hal itu didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim. Dari Nabi, beliau bersabda: “Seorang perempuan tidak boleh menjelaskan sifat perempuan lain kepada suaminya hingga seolah-olah suaminya melihatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
SURAH BAQARAH AYAT 62-71
BIS-MIL-LAHI-RAHMAN-NIR-RAHIM''
62.'Innal- laziina ‘aa – manuu wallaziina haaduu wab – Nasaaraa was – saabi- ‘iina man ‘aamana billaahi wal – Yawmil –‘Aakhiri wa ‘amila saalihan falahum ‘ajruhum ‘inda Rabbihim; wa laa khaw – fun ‘alayhim wa laa hum yahzanuun. 63.Wa ‘iz ‘akhaznaa miisaaqakum wa rafa' – naa fawqakumut – tuur: khuzuu maaa ‘aatay – naakum – bi quwwatinw – waz- kuruu maa fiihim la – ‘allakum tat – taquun. 64.Summa tawal – laytum – mim – ba' – di zaalik: Falaw – laa fad – lul – laahi'alaykum wa rahmatuhuu la – kuntum – minal – khaasi – riin. 65.Walaqad ‘alim – tumul laziina' – tadaw minkum fis – sabbti fa – qulnaa lahum kuunuu qira – datan khaasi – lin! 66.Faja – ‘alnaahaa nakaalal – limaa bayna yadayhaa – wa maa khal – fahaa wa maw – ‘izatal – lil – Muttaqiin. 67.Wa ‘iz qaala Muussa liqawmihiii ‘innallaahaya' – mu – rukun ‘an – tazabahuu BAQARAH. Qaaluuu ‘a- tattakhi- zunaa huzuwaa? Qaala ‘a – ‘uuzu bil- laahi ‘an ‘akuuna minal – jahiliin! 68.Qaalud –‘ulaanaa Rabbaka yubaiyyil – lanaa maa hii! Qaala ‘innahuu yaquulu bikr, ‘awaanum – bayna zaalik: faf – ‘aluu maa tu' – maruun. 69.Qaalud – ‘u lanaa Rabbaka yubayyil – lanaa maa law – nuhaa. Qaala ‘'innahuu yaquulu ‘in – nahaa baqaratun – saf – raaa – ‘u faaqi- ‘ul –lawnuhaa tasurrun- naaziriin. 70.Qaalud – ‘u lanaa Rabbaka Yubayyil – lanaa maa hiya ‘in – nal – baqara tashabaha ‘alay – naa; wa –‘innaaa ‘in – shaaa – ‘al – laahu la – muhtaduun. 71.Qaala ‘innahuu yaquulu ‘in – nahaa baqaratul laa zaluu – lun – tusirul – ‘arda wa laa tasqil – hars; musallamutul laa shiyata fihaa Qaalu – ‘aanaji – tabil – haqq. Faza – bahuuha wa man kaaduu yaf –‘aluun.
“Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62) Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkat gunung (Thursina) di atasmu (seraya kami berfirman): ‘Peganglah dengan teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertaqwa.’ (QS. 2:63) Kemudian kamu berpaling setelah (adanya perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.” (QS. 2:64)“65. dan Sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: “Jadilah kamu kera yang hina”. 66. Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang dimasa itu, dan bagi mereka yang datang Kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang yang bertakwa.” (al-Baqarah: 65-66) “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: “Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina”. Mereka berkata: “Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?”. Musa menjawab: “Aku berlindung kepada Allah sekiranya menjadi seorang dari orang-orang yang jahil”. (QS. 2:67) 68. mereka menjawab: ” mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami, agar Dia menerangkan kepada kami; sapi betina Apakah itu.” Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; Maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu”. 69. mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami apa warnanya”. Musa menjawab: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya.” 70. mereka berkata: “Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk Kami agar Dia menerangkan kepada Kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena Sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi Kami dan Sesungguhnya Kami insya Allah akan mendapat petunjuk (untuk memperoleh sapi itu).” 71. Musa berkata: “Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya.” mereka berkata: “Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya”. kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.”
Dari Mujahid, Ibnu Abi Hatim mengatakan: Salman bercerita, aku pernah bertanya kepada Rasulullah saw. mengenai pemeluk suatu agama, yang aku pernah bersama mereka. lalu aku kabarkan mengenai shalat dan ibadah mereka. maka turunlah firman Allah swt.: “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Rabb mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS. Al-Baqarah: 62)
Mengenai hal ini penulis (Ibnu Katsir) mengatakan: “Ini tidak bertentangan dengan riwayat Ali bin Abi Thalib dari Ibnu Abbas mengenai firman-Nya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar- benar beriman kepada Allah, hari kemudian,” setelah itu Allah pun menurunkan ayat: “Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, Maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan Dia di akhirat Termasuk orang-orang yang rugi.” (Ali Imraan: 85) "Telah meriwayatkan lbnu Abi Hatim daripada Salman, berkata Salman bahwasanya aku telah bertanya kepada Rasulullah s.a.w dari hal pemeluk-pemeluk agama yang telah pernah aku masuki, lalu aku uraikan kepada beliau bagaimana cara sembahyang mereka masing masing dan cara ibadah mereka masing-masing. Lalu aku minta kepada beliau manakah yang benar. Maka beliau jawablah pertanyaanku itu dengan ayat: Innalladzina amanu wal-ladzina hadu dan seterusnya itu." Ahli-ahli Pikir Islam modern telah sampai kepada kesimpulan bahwasanya Palestina dan Tanah Suci Baitul-Maqdis , tidaklah akan dapat diambil kembali dari rampasan Yahudi (Zionis) itu, sebelum orang Arab khususnya clan orang-orang Islam seluruh dunia umumnya, mengembalikan pangkalan pikirannya kepada Islam. Sebab, baik Yahudi dengan Zionisnya, atau negara-negara Kapitalis dengan Christianismenya, yang membantu dengan moril dan materil berdirinya Negara Islam itu, keduanya bergabung jadi satu melanjutkan Perang Salib secara modern, bukan untuk menantang Arab karena dia Arab, melainkan menantang Arab karena dia Islam. Muhammad Saw. dinamakan kaum mukmin karena banyaknya keimanan mereka dan keyakinan mereka yang sangat kuat, mengingat mereka beriman kepada semua nabi yang terdahulu dan perkara-perkara gaib yang akan datang. Mengenai orang-orang Sabi-in, para ulama berbeda pendapat mengenai hakikat mereka. Sufyan As-Sauri meriwayatkan dari Lais ibnu Abu Sulaim, dari Mujahid yang mengatakan bahwa mereka (yakni orang-orang Sabi-in) adalah suatu kaum antara Majusi, Yahudi, dan Nasrani; pada hakikatnya mereka tidak mempunyai agama. Hal yang sama telah diriwayatkan pula oleh Ibnu Abu Nujaih, dari Mujahid. Telah diriwayatkan dari Ata dan Sa'id ibnu Jubair hal yang semi-sal dengan pendapat di atas. Abul Aliyah, Ar-Rabi' ibnu Anas, As-Saddi, Abusy Sya'sa (yakni Jabir ibnu Zaid), Ad-Dahhak, dan Ishaq ibnu Rahawaih mengatakan bahwa Sabi-in adalah suatu sekte dari kalangan ahli kitab, mereka mengakui kitab Zabur. Karena itu, Imam Abu Hanifah dan Ishaq mengatakan bahwa tidak mengapa dengan sembelihan mereka dan menikah dengan mereka. Hasyim meriwayatkan dari Mutarrif, "Ketika kami sedang bersama Al-Hakam ibnu Atabah, lalu ada seorang lelaki dari kalangan penduduk Basrah bercerita kepadanya, dari Al-Hasan yang mengatakan tentang orang-orang Sabi-in, bahwa sesungguhnya mereka itu sama dengan orang-orang Majusi. Kemudian Al-Hakam berkata, 'Bukankah aku pun telah mengatakan hal yang sama kepada kalian?'." Abdur Rahman ibnu Mahdi meriwayatkan dari Mu'awiyah ibnu Abdul Karim, bahwa ia pernah mendengar Al-Hasan menceritakan tentang orang-orang Sabi-in. Dia mengatakan bahwa mereka adalah suatu kaum yang menyembah malaikat. Ibnu Jarir meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Muhammad ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Al-Mu'tamir ibnu Sulaiman, dari ayahnya, dari Al-Hasan yang menceritakan, "Diberitakan kepada Ziad bahwa orang-orang Sabi-in salat menghadap ke arah kiblat, mereka salat lima waktu. Ziad bermaksud membebaskan mereka dari pungutan jizyah, tetapi sesudah itu dia mendapat berita bahwa mereka menyembah malaikat." Abu Ja'far Ar-Razi mengatakan, telah sampai berita kepadanya bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang menyembah malaikat, percaya kepada kitab Zabur, dan salat menghadap ke arah kiblat. Hal yang sama dikatakan pula oleh Sa'id ibnu Abu Arubah, dari Qatadah. Ibnu Abu Hatim meriwayatkan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul A’la, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Ibnu Abuz Zanad, dari ayahnya yang mengatakan bahwa orang-orang Sabi-in adalah suatu kaum yang tinggal di sebelah negeri Irak. Mereka kaum yang suka menangis, beriman kepada semua nabi serta puasa selama tiga puluh hari setiap tahunnya, dan mereka salat menghadap negeri Yaman setiap harinya sebanyak lima kali. Wahb ibnu Munabbih pernah ditanya mengenai Sabi-in. Ia menjawab bahwa mereka hanya mengenal Allah semata, tidak mempunyai syariat yang diamalkan, tidak pula berbuat kekufuran. Dalam sebuah riwayat dari Ibnu Abbas, Thur adalah gunung yang ditumbuhi pepohonan sedangkan yang tidak ditumbuhi pepohonan tidak disebut sebagai Thur. Dalam hadits mengenai fitnah diriwayatkan dari Ibnu Abbas: “Ketika mereka menolak berbuat ketaatan, maka Allah mengangkat gunung di atas kepala mereka supaya mereka mendengar.” Sedangkan as-Suddi mengatakan: “Ketika mereka menolak bersujud, Allah Ta’ala memerintahkan kepada gunung untuk runtuh menimpa mereka, ketika mereka melihat gunung telah menutupi, mereka pun jatuh tersungkur dalam keadaan bersujud. Mereka bersujud pada satu sisi dan melihat pada sisi yang lain. Maka Allah pun merahmati mereka dengan menyingkirkan gunung itu dari mereka. Setelah itu mereka mengatakan: `Demi Allah, tiada satu sujud pun yang lebih disukai Allah melebihi sujud yang dengannya Dia menyingkirkan adzab dari mereka, dan demikianlah mereka bersujud.’ Itulah makna firman Allah Ta’ala: “Dan Kami angkat gunung [Thursina] di atas kalian.” Ibnu Katsir mengatakan, yang dimaksud dengan al-mau’izhah adalah peringatan keras. Jadi makna ayat ini adalah Kami jadikan siksaan dan hukuman sebagai balasan atas pelanggaran mereka terhadap larangan-larangan Allah dan perbuatan mereka membuat berbagai tipu muslihat. Oleh karena itu, hendaklah orang-orang yang bertakwa menjauhi tindakan seperti itu agar hal yang sama tidak menimpa mereka. Sebagaimana diriwayatkan Abu Abdillah bin Baththah, dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah bersabda: “Janganlah kalian melakukan apa yang dilakukan oleh kaum Yahudi, dengan cara menghalalkan apa yang diharamkan Allah melalui tipu-muslihat yang amat rendah.” (Isnad hadits ini jayyid (baik)). Ibnu Jarir meriwayatkan dari Ibnu Abbas, seandainya mereka menyembelih sapi yang paling buruk sekalipun, maka cukuplah bagi mereka, tetapi ternyata mereka mempersulit diri, sehingga Allah pun mempersulit mereka. Riwayat ini berisnad shahih. Juga diriwayatkan oleh perawi lainnya dari Ibnu Abbas. Hal senada juga dikemukakkan oleh Ubaidah, as-Suddi, Mujahid, Ikrimah, Abu al-Aliyah, dan ulama lainnya. “Musa menjawab, Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu ialah sapi yang tidak tua dan tidak muda. “Artinya, sapi itu tidak tua dan tidak juga muda yang belum dikawini oleh sapi jantan, sebagaimana dikatakan oleh Abu al-Aliyah, as-Suddi, juga Ibnu Abbas. Hal itu didasarkan pada hadits yang diriwayatkan dalam kitab Shahih al-Bukhari dan Muslim. Dari Nabi, beliau bersabda: “Seorang perempuan tidak boleh menjelaskan sifat perempuan lain kepada suaminya hingga seolah-olah suaminya melihatnya. (HR. Al-Bukhari dan Muslim).
Tiada ulasan:
Catat Ulasan