TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK
SURAH KHAFFI AYAT-1]
Di bawah ini sedikit keterangan tentang keutamaan surah al-Kahfi dan sepuluh ayat pertama dan terakhir, yang juga merupakan pelindung dari fitnah dajjal. Surah Al-Kahf (bahasa Arab:الكهف, al-Kahf, "Gua") disebut juga Ashabul Kahf adalah surah ke-18 dalam Al-Qur'an. Surah ini terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surah-surah Makkiyah. Dinamai Al-Kahf dan Ashabul Kahf yang artinya Penghuni-Penghuni Gua. Kedua nama ini diambil dari cerita yang terdapat dalam surah ini pada ayat 9 sampai dengan 26, tentang beberapa orang pemuda (The Seven Sleepers) yang tidur dalam gua bertahun-tahun lamanya. Selain cerita tersebut, terdapat pula beberapa cerita dalam surat ini, yang kesemuanya mengandung pelajaran-pelajaran yang berguna untuk kehidupan manusia. Terdapat beberapa hadits Rasulullah SAW yang menyatakan keutamaan membaca surah ini. Dalam surat ini terdapat titik tengah Al-Qur'an yang membelah isi Al-Qur'an menjadi dua bagian. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abu Ishaq, ia menceritakan, aku pernah mendengar al-Barra’ bercerita, ada seseorang yang membaca surah al-Kahfi, sedang di dalam rumah terdapat binatang, tiba-tiba binatang itu pergi melarikan diri, lalu ia melihat dan ternyata awan atau mendung telah meliputi dirinya. Kemudian ia menceritakan hal itu kepada Nabi saw. maka beliau bersabda: “Bacalah surah al-Kahfi, karena sesungguhnya ia merupakan ketenangan yang turun bersama dengan al-Qur’an, atau turun untuk al-Qur’an.” Demikian hadits yang diriwayatkan oleh al-bukhari dan Muslim dalam ash-Shahihain. Dan orang laki-laki yang membaca ayat tersebut adalah Usaid bin al-hudhair. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abud Darda’, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang hafal sepuluh ayat pertama surah al-Kahfi, maka ia akan dilindungi dari [fitnah] Danjjal.” Diriwayatkan oleh Muslim, Abu Dawud, an-Nasa-i, dan at-Tirmidzi. At-Tirmidzi berkata: “Hasan shahih.” Imam Ahmad juga meriwayatkan dari Abud Darda’, dari Nabi saw. beliau bersabda: “Barangsiapa yang membaca sepuluh ayat terakhir dari surah al-Kahfi, maka ia akan dilindungi dari fitnah Dajjal.” (HR Muslim dan an-Nasa-i) BISMILLAH-NIR-RAHMAN-NIR-RAHIM' الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي أَنْزَلَ عَلَىٰ عَبْدِهِ الْكِتَابَ وَلَمْ يَجْعَلْ لَهُ عِوَجًا ۜ18* /Al-Kahf-1: Alhamdu lillahi allathee anzala AAala AAabdihi alkitaba walam yajAAal lahu AAiwajan Segala puji bagi Allah yang telah menurunkan kepada hamba-Nya Al Kitab (Al-Quran) dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya; (1) [[18 ~ AL-KAHF (GUA) Pendahuluan: Makkiyyah, 110 ayat ~ Surat al-Kahf termasuk kelompok surat Makkiyyah, kecuali ayat ke-38 dan duapuluh ayat lainnya mulai ayat ke-83 sampai dengan ayat ke-101 yang termasuk dalam kelompok surat-surat Madaniyyah. Surat al-Kahf diawali dengan pujian pada Allah, sebagai ungkapan rasa syukur atas diturunkannya al-Qur'ân al-Karîm yang berfungsi, antara lain, sebagai pemberi peringatan dan penyampai berita suka cita. Di antara ayat-ayat surat al-Kahf ada yang berisikan ancaman bagi orang-orang yang beranggapan bahwa Allah mempunyai anak. Disebutkan pula dalam surat ini besarnya perhatian dan harapan Rasulullah saw. akan keimanan orang-orang yang telah diserunya untuk mengikuti jalan Allah. Selanjutnya, surat ini juga menuturkan kisah Ashhâb al-Kahf (pemuda-pemuda beriman penghuni gua) yang bersembunyi di dalamnya dalam keadaan tertidur selama 309 tahun. Mereka itu adalah sekelompok penganut agama Nasrani yang melarikan diri karena penindasan penguasa Romawi. Untuk membuktikan kekuasaan-Nya menghidupkan kembali orang-orang yang sudah mati kelak di hari kiamat, Allah membangunkan mereka setelah lelap dalam tidur sekian lamanya itu. Dalam surat ini Allah juga memerintahkan Rasulullah saw. agar membaca al-Qur'ân, memberi peringatan kepada manusia dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. Selain itu, juga disebutkan penjelasan ihwal masing-masing penghuni surga dan neraka. Pada bagian lain surat ini, Allah menerangkan sebuah perumpamaan berupa dua orang laki-laki yang saling berbeda perangainya. Yang satu kafir, berharta dan merasa bangga dengan kekayaan dan anak keturunannya, sementara yang lain hanya cukup membanggakan dirinya karena bertuhankan Allah. Ayat-ayat berikutnya berisi penjelasan bahwa perwalian yang benar hanyalah kepada Allah, kesenangan-kesenangan hidup duniawi yang fana, keadaan setelah hari kebangkitan yang tidak mengenal bentuk kehidupan lain kecuali kebahagiaan di surga atau penderitaan di neraka, berikut kisah Mûsâ dengan seorang hamba saleh yang mendapatkan karunia ilmu dari Allah Swt. Dalam kisah ini, Allah bermaksud menjelaskan betapa tidak tahunya manusia akan kekuasaan Allah-bahkan Nabi Muhammad saw. yang termasuk dalam golongan Ulû al'Azm (nabi-nabi yang mempunyai azam kuat) sekalipun--jika Allah tidak menurunkan ilmu-Nya pada mereka. Disusul kemudian dengan kisah Dzû al-Qarnain yang telah berhasil mencapai kawasan paling jauh di belahan bumi timur dan telah mampu membangun bendungan besar. Sebelum ditutup, masih ada ayat-ayat lain yang menguraikan ihwal hari kiamat, hari pemberian pahala bagi orang-orang beriman dan penjelasan pengetahuan dan kalimat-kalimat Allah yang tidak akan pernah habis. Dan akhirnya, surat ini ditutup dengan penjelasan mengenai jalan yang seharusnya diikuti oleh manusia untuk mendapat rida Allah.]] Segala puji yang baik hanyalah hak Allah yang telah menurunkan al-Qur'ân kepada hamba-Nya, Muhammad. Allah tidak menjadikan al-Qur'ân sebagai kitab suci yang mengandung hal-hal yang menyimpang dari kebenaran. Akan tetapi al-Qur'ân itu berisikan kebenaran yang tidak perlu diragukan. Pada awal penafsiran telah disebutkan bahwa Allah swt. memuji diri-Nya sendiri yang suci pada pembukaan dan penutupan berbagai urusan. Sesungguhnya Dia memang Mahaterpuji dalam setiap keadaan. Segala puji hanya bagi-Nya dari awal dan akhir segala sesuatu. Oleh karena itu, Dia memuji diri-Nya sendiri atas diturunkan-Nya kitab-Nya yang mulia kepada Rasul-Nya yang mulia, Muhammad saw. Yang demikian itu merupakan nikmat yang sangat besar yang diturunkan Allah Ta’ala kepada penduduk bumi, karena dengannya mereka dikeluarkan dari kegelapan menuju sinar terang benderang, dimana dia menjadikannya sebagai kitab yang lurus tiada kebengkokan di dalamnya serta tidak terdapat penyimpangan, tetapi justru memberi petunjuk ke jalan yang lurus lagi sangat jelas, terang dan nyata, yang memberikan peringatan kepada orang-orang kafir sekaligus memberikan kabar gembira kepada orang-orang yang beriman. Oleh karena itu Allah berfirman: wa lam yaj’allaHuu ‘iwajan (“dan Dia tidak mengadakan kebengkokan di dalamnya.”) maksudnya Allah swt. tidak membuat kebengkokan, penyimpangan, dan kemiringan, tetapi Dia justru membuatnya tegak lurus. Rasulullah saw. sendiri merasa sedih karena berhentinya pengiriman wahyu kepada beliau, dan beliau juga sangat terpukul dengan ucapan penduduk Makkah. Kemudian Jibril datang kepada beliau dari Allah swt. dengan membawa surah al-Kahfi yang di dalamnya terdapat celaan kepada beliau atas kesedihannya terhadap mereka, juga memuat jawaban terhadap apa yang mereka pertanyakan mengenai para pemuda dan seorang yang berkeliling, serta firman-Nya: wa yas-aluunaka ‘anir ruuhi qulir ruuhu min amri rabbii wa maa uutiitum minal ‘ilmi illaa qaliilan (“Mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah: ‘Ruh itu termasuk urusan Rabbku, dan tidaklah kamu diberi pengetahuan [tentangnya] melainkan hanya sedikit.’”)(Al-Israa’: 85)
Tiada ulasan:
Catat Ulasan