Selasa, 27 November 2018

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

AYAT 36-38

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK,.,.
SURAH MUHAMAD 36-38

37. in yas-alkumuuhaa fayuhfikum tabkhaluu wayukhrij adhghaanakum 38. haa antum haaulaa-i tud’awna litunfiquu fii sabiili allaahi faminkum man yabkhalu waman yabkhal fa-innamaa yabkhalu ‘an nafsihi waallaahu alghaniyyu wa-antumu alfuqaraau wa-in tatawallaw yastabdil qawman ghayrakum tsumma laa yakuunuu amtsaalakum
 بسملهرهمنرحم
{إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ (36) إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ (37) هَا أَنْتُمْ هَؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ وَاللَّهُ الْغَنِيُّ وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ وَإِنْ تَتَوَلَّوْا يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ (38) }

Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau. Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. Jika Dia meminta harta kepadamu, lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya), niscaya kamu akan kikir dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah Yang Mahakaya, sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(nya); dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini).


Allah Swt. berfirman, menceritakan hinanya perkara duniawi dan ketiada hargaannya. Untuk itu Dia berfirman: {إِنَّمَا الْحَيَاةُ الدُّنْيَا لَعِبٌ وَلَهْوٌ} Sesungguhnya kehidupan dunia hanyalah permainan dan senda gurau, (Muhammad: 36) Yakni hasilnya hanyalah itu terkecuali sebagian darinya yang digunakan karena Allah Swt. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman berikutnya: {وَإِنْ تُؤْمِنُوا وَتَتَّقُوا يُؤْتِكُمْ أُجُورَكُمْ وَلا يَسْأَلْكُمْ أَمْوَالَكُمْ} Dan jika kamu beriman serta bertakwa, Allah akan memberikan pahala kepadamu dan Dia tidak akan meminta harta-hartamu. (Muhammad: 36)


Dia Mahakaya daripada kalian, Dia tidak akan meminta sesuatu apa pun dari kalian. Dan sesungguhnya Dia memfardukan zakat harta benda hanyalah untuk menyantuni dan membantu saudara-saudara kalian, yang justru manfaatnya akan kembali kepada kalian sendiri, juga pahalanya diraih oleh kalian sendiri. Firman Allah Swt.: {إِنْ يَسْأَلْكُمُوهَا فَيُحْفِكُمْ تَبْخَلُوا} Jika Dia meminta harta kepadamu, lalu mendesak kamu (supaya memberikan semuanya), niscaya kamu akan kikir. (Muhammad-37)

Yaitu jika Dia mendesak kalian untuk mengeluarkan harta, niscaya kalian kikir, tidak mau mengeluarkannya. {وَيُخْرِجْ أَضْغَانَكُمْ} dan Dia akan menampakkan kedengkianmu. (Muhammad: 37) Qatadah mengatakan sehubungan dengan makna ayat ini, bahwa Allah Swt. telah mengetahui bahwa dengan mengeluarkan harta, maka terbacalah apa yang tersimpan di dalam dada. Benarlah apa yang dikatakan oleh Qatadah karena sesungguhnya harta itu adalah sesuatu yang dicintai, dan tidaklah dibelanjakan melainkan untuk keperluan yang lebih disukai oleh pemiliknya dari harta itu.


 Firman Allah Swt.: {هَاأَنْتُمْ هَؤُلاءِ تُدْعَوْنَ لِتُنْفِقُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَمِنْكُمْ مَنْ يَبْخَلُ} Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada orang yang kikir. (Muhammad: 38) Maksudnya, tidak mau memenuhi ajakan tersebut. {وَمَنْ يَبْخَلْ فَإِنَّمَا يَبْخَلُ عَنْ نَفْسِهِ} dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. (Muhammad: 38) Yakni sesungguhnya akibat dari kekikirannya itu akan menimpa dirinya sendiri, dan sesungguhnya yang dikurangi itu hanyalah pahalanya sendiri. {وَاللَّهُ الْغَنِيُّ} Dan Allah-lah Yang Mahakaya. (Muhammad: 38) Yaitu tidak membutuhkan selain-Nya, sedangkan segala sesuatu berhajat kepada-Nya selama-lamanya. Karena itulah dalam firman berikutnya disebutkan: {وَأَنْتُمُ الْفُقَرَاءُ} sedangkan kamulah orang-orang yang membutuhkan(nya). (Muhammad: 38) Maksudnya, secara fitrah membutuhkan-Nya; sifat Mahakaya bagi Allah Swt. adalah sifat yang lazim bagi-Nya, dan sifat fakir bagi makhluk adalah sifat yang lazim bagi mereka yang tidak dapat terpisahkan darinya. Firman Allah Swt.: {وَإِنْ تَتَوَلَّوْا} dan jika kamu berpaling. (Muhammad: 38)

 Yakni dari ketaatan kepada-Nya dan mengikuti syariat-Nya. {يَسْتَبْدِلْ قَوْمًا غَيْرَكُمْ ثُمَّ لَا يَكُونُوا أَمْثَالَكُمْ} niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (Muhammad: 38) Bahkan mereka adalah orang-orang yang tunduk patuh kepada-Nya dan taat kepada perintah-perintah-Nya. Ibnu Abu Hatim dan Ibnu Jarir mengatakan, telah menceritakan kepada kami Yunus ibnu Abdul Ala, telah menceritakan kepada kami Ibnu Wahb, telah menceritakan kepadaku Muslim ibnu Khalid, dari Al-Ala ibnu Abdur Rahman, dari ayahnya, dari Abu Hurairah r.a. yang menceritakan bahwa Rasulullah Saw. membaca ayat berikut, yaitu firman-Nya: dan jika kamu berpaling, niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain, dan mereka tidak akan seperti kamu (ini). (Muhammad: 38)

Mereka bertanya, "Wahai Rasulullah, siapakah yang dimaksud dengan mereka yang jika kami berpaling maka akan menjadi pengganti kami dan mereka tidak akan seperti kami sikapnya?" Abu Hurairah r.a. melanjutkan kisahnya, bahwa lalu Rasulullah Saw. menepukkan tangannya ke pundak Salman Al-Farisi r.a. seraya bersabda: "هَذَا وَقَوْمُهُ، وَلَوْ كَانَ الدِّينُ عِنْدَ الثُّرَيَّا لَتَنَاوَلَهُ رِجَالٌ مِنَ الْفُرْسِ" Orang ini dan kaumnya. Seandainya agama berada di bintang surayya, niscaya akan diraih oleh orang-orang dari Persia. Muslim ibnu Khalid Az-Zunji meriwayatkan hadis ini secara munfarid, tetapi banyak perawi lain yang meriwayatkan hadis ini darinya. Dan ada sebagian imam ahli hadis yang mempermasalahkan dia; hanya Allah-lah Yang Maha Mengetahui. آخر تفسير سورة القتال

Isnin, 26 November 2018

AYAT 32-35

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK.
SURAH MUHAMAD 32-35.
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM,.
32. inna alladziina kafaruu washadduu ‘an sabiili allaahi wasyaaqquu alrrasuula min ba’di maa tabayyana lahumu alhudaa lan yadhuruu allaaha syay-an wasayuhbithu a’maalahum 33. yaa ayyuhaa alladziina aamanuu athii’uu allaaha wa-athii’uu alrrasuula walaa tubthiluu a’maalakum 34. inna alladziina kafaruu washadduu ‘an sabiili allaahi tsumma maatuu wahum kuffaarun falan yaghfira allaahu lahum 35. falaa tahinuu watad’uu ilaa alssalmi wa-antumu al-a’lawna waallaahu ma’akum walan yatirakum a’maalakum

  بسملهرهمنرهم،.
{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ وَشَاقُّوا الرَّسُولَ مِنْ بَعْدِ مَا تَبَيَّنَ لَهُمُ الْهُدَى لَنْ يَضُرُّوا اللَّهَ شَيْئًا وَسَيُحْبِطُ أَعْمَالَهُمْ (32) يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَأَطِيعُوا الرَّسُولَ وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ (33) إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ (34) فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ وَاللَّهُ مَعَكُمْ وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ (35) }

Sesungguhnya orang-orang kafir dan menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah serta memusuhi rasul setelah petunjuk itu jelas bagi mereka, mereka tidak dapat memberi mudarat kepada Allah sedikit pun. Dan Allah akan menghapuskan (pahala) amal-amal mereka. Hai orang-orang yang beriman. taatlah 'kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalangi (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. Janganlah kamu lemah dan minta damai, padahal kamulah yang di atas dan Allah (pun) beserta kamu dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu.

Allah Swt. menceritakan perihal orang-orang yang kafir dan menghalang-halangi manusia dari jalan Allah, menentang rasul dan memusuhinya, serta murtad dari iman sesudah jelas baginyajalan petunjuk, bahkan sikap mereka itu sama sekali tidak merugikan Allah barang sedikit pun. Dan bahwa sesungguhnya kerugian yang diakibatkannya adalah menimpa pelakunya sendiri dan dia akan merasa sangat kecewa kelak di hari kemudian. Dan Allah akan menghapuskan pahala amal-amalnya, karena itu Allah tidak memberinya pahala barang sedikit pun dari amal yang telah dilakukannya karena sesudahnya ia murtad. Tiada suatu amal kebaikannya pun yang dibalasi-Nya, bahkan
Dia menggugurkan dan menghapuskannya sama sekali. Kebalikannya ialah sama dengan amal-amal kebaikan, ia dapat menghapuskan amal-amal keburukan. Imam Ahmad ibnu Nasr Al-Marwazi di dalam Kitabus Salah mengatakan, telah menceritakan kepada kami Abu Qudamah, telah menceritakan kepada kami Waki', telah menceritakan kepada kami Abu Ja'far Ar-Razi, dari Ar-Rabi’ ibnu Anas, dari Abul Aliyah yang menceritakan bahwa dahulu sahabat Rasulullah Saw. beranggapan bahwa tiada suatu dosa pun yang membahayakan selama pelakunya meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah.
Sebagaimana tiada amal kebaikan pun yang bermanfaat bila pelakunya mempersekutukan Allah. Hingga turun ayat berikut,

     yaitu firman Allah Swt.: taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33) Akhirnya mereka merasa takut bila perbuatan dosa menghapuskan amal kebaikan mereka (yakni mereka tidak beranggapan seperti semula lagi). Kemudian diriwayatkan melalui jalur Abdullah ibnul Mubarak, bahwa telah menceritakan kepadaku Bakr ibnu Ma'ruf, dari Muqatil ibnu Hayyan, dari Nafi', dari Ibnu Umar r.a. yang telah mengatakan, "Kami sahabat Rasulullah Saw. beranggapan bahwa tiada suatu pun dari amal kebaikan melainkan diterima," hingga turunlah firman-Nya: taatlah kepada Allah dan taatlah kepada rasul dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33)

Maka kami (para sahabat) bertanya, "Apa sajakah yang dapat menghapuskan amal kebaikan kami?" Dan kami beranggapan bahwa yang menghapuskan amal kebaikan itu adalah dosa-dosa besar yang menjerumuskan pelakunya ke dalam neraka dan perbuatan-perbuatan fahisyah (yang keji), hingga turunlah firman Allah Swt.: Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48),

        hingga akhir ayat. Setelah ayat ini diturunkan, maka kami tidak mempunyai dugaan seperti itu lagi dan kami merasa khawatir terhadap orang yang mengerjakan dosa-dosa besar dan mengerjakan perbuatan fahisyah; dan kami berharap semoga yang lainnya tidak terjerumus ke dalamnya.

          Setelah itu Allah memerintahkan kepada hamba-hamba-Nya yang beriman agar taat kepada-Nya dan taat kepada rasul-Nya, karena hal ini akan membawa mereka kepada kebahagiaan di dunia dan akhirat. Dan Allah melarang mereka melakukan perbuatan yang menyebabkan murtad, karena murtad dapat menghapuskan semua amal kebaikan yang telah dikerjakan. Karena itulah disebutkan oleh firman-Nya: {وَلا تُبْطِلُوا أَعْمَالَكُمْ} dan janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 33)

Yakni dengan melakukan perbuatan murtad.
 Karena itulah pada firman berikutnya disebutkan:

{إِنَّ الَّذِينَ كَفَرُوا وَصَدُّوا عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ثُمَّ مَاتُوا وَهُمْ كُفَّارٌ فَلَنْ يَغْفِرَ اللَّهُ لَهُمْ}

Sesungguhnya orang-orang yang kafir dan menghalang, (manusia) dari jalan Allah, kemudian mereka mati dalam keadaan kafir, maka sekali-kali Allah tidak akan memberi ampun kepada mereka. (Muhammad: 34)

Sama dengan firman-Nya: {إِنَّ اللَّهَ لَا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ} الْآيَةَ. Sesungguhnya Allah tidak mengampuni dosa syirik dan Dia mengampuni segala dosa yang selain dari (syirik) itu bagi siapa yang dikehendaki-Nya. (An-Nisa: 48) Kemudian dalam firman selanjutnya disebutkan Khitab Allah Swt. Kepada hamba-hamba-Nya yang beriman: {فَلا تَهِنُوا} Janganlah kamu lemah.

(Muhammad: 35) Yaitu bersikap lemah dalam menghadapi musuh-musuhmu. {وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ} dan minta damai. (Muhammad: 35)

Yakni memilih gencatan senjata, perdamaian, di antara kamu dan orang-orang kafir yang memusuhimu, padahal kalian kuat, bilangan personel kalian banyak dan senjata kalian lebih lengkap. Untuk itulah maka disebutkan dalam firman-Nya:
 {فَلا تَهِنُوا وَتَدْعُوا إِلَى السَّلْمِ وَأَنْتُمُ الأعْلَوْنَ}

Janganlah kamu lemah dan minta damai, padahal kamulah yang di atas. (Muhammad: 35)

Yaitu di saat posisi kalian menang di atas musuh kalian. Adapun jika keadaan orang-orang kafir memiliki kekuatan yang lebih besar dan lebih banyak ketimbang kekuatan dan pasukan kaum muslim, sedangkan iman kaum muslim memandang bahwa mengadakan gencatan senjata sangat bermanfaat bagi pihak kaum muslim, maka ia boleh mengadakan gencatan senjata dengan musuh dan menghentikan perang. Seperti yang pernah dilakukan Rasulullah Saw. ketika orang-orang kafir Quraisy melarangnya memasuki Mekah. Dan mereka mengajak Rasulullah Saw. untuk berdamai dan menghentikan peperangan di antara mereka dengan Rasulullah Saw. selama sepuluh tahun. Maka Rasulullah Saw. menyetujuinya.

 Firman Allah Swt.: {وَاللَّهُ مَعَكُمْ} dan Allah (pun) beserta kamu. (Muhammad: 35) Ini mengandung berita gembira yang besar, bahwa pasukan kaum muslim akan beroleh pertolongan dari Allah dan mendapat kemenangan atas musuh-musuhnya. {وَلَنْ يَتِرَكُمْ أَعْمَالَكُمْ} dan Dia sekali-kali tidak akan mengurangi (pahala) amal-amalmu. (Muhammad: 35) Yakni tidak akan menghapuskan dan tidak akan menggugurkan amal kebaikan kalian, bahkan Dia akan memenuhi pahalanya tanpa menguranginya barang sedikit pun.

Ahad, 25 November 2018

AYAT 29-31

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK'
SURAH MUHAMAD AYAT 29-31

BIS-MILLAAHIR-RAHMAN-NIRRAHIM,.
29. am hasiba alladziina fii quluubihim maradhun an lan yukhrija allaahu adhghaanahum 30. walaw nasyaau la-araynaakahum fala’araftahum bisiimaahum walata’rifannahum fii lahni alqawli waallaahu ya’lamu a’maalakum 31. walanabluwannakum hattaa na’lama almujaahidiina minkum waalshshaabiriina wanabluwa akhbaarakum
بسملهرهمنرحم
{أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ (29) وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ أَعْمَالَكُمْ (30) وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ (31) }

 Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka dan Allah mengetahui perbuatan-perbuatan kamu. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu.


Firman Allah Swt.: {أَمْ حَسِبَ الَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ أَنْ لَنْ يُخْرِجَ اللَّهُ أَضْغَانَهُمْ} Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahwa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? (Muhammad: 29) Yakni apakah orang-orang munafik itu mengira bahwa Allah tidak akan membuka kedok mereka di mata hamba-hamba-Nya yang mukmin. Tidak, bahkan Dia akan membuka perihal mereka dan menampakkannya hingga orang-orang yang mempunyai pandangan hati dapat melihatnya dengan jelas. Allah Swt. telah menurunkan di dalam surat At-Taubah perihal mereka, yang dijelaskan di dalamnya hal-hal yang membuat mereka malu dan sepak terjang mereka yang menunjukkan kemunafikan mereka. Karena itulah maka surat tersebut dinamakan juga dengan surat Fadihah. Adgan adalah bentuk jamak dari dagn, yaitu kedengkian yang tersembunyi di dalam hati terhadap Islam dan para pemeluknya yang berjuang menegakkan syiarnya.


Firman Allah Swt.: {وَلَوْ نَشَاءُ لأرَيْنَاكَهُمْ فَلَعَرَفْتَهُمْ بِسِيمَاهُمْ} Dan kalau Kami menghendaki, niscaya Kami tunjukkan mereka kepadamu sehingga kamu benar-benar dapat mengenal mereka dengan tanda-tandanya. (Muhammad: 30) Allah Swt. berfirman bahwa seandainya Kami menghendaki, hai Muhammad, tentulah Kami tampakkan kepadamu pribadi-pribadi mereka sehingga kamu mengenal mereka dengan terang. Akan tetapi, Allah Swt. tidak melakukan hal tersebut terhadap semua orang munafik, sebagai kebijaksanaan dari-Nya dan agar semua urusan pada lahiriahnya tampak berjalan dengan lancar, sedangkan mengenai rahasianya dikembalikan kepada Tuhan yang mengetahuinya. {وَلَتَعْرِفَنَّهُمْ فِي لَحْنِ الْقَوْلِ} Dan kamu benar-benar akan mengenal mereka dari kiasan-kiasan perkataan mereka. (Muhammad: 30) Yakni melalui pembicaraan mereka yang menunjukkan tujuan mereka dan dapat dimengerti oleh lawan bicaranya, dari golongan manakah ia termasuk. Yaitu ke arah manakah maksud dari perkataannya, hal inilah yang dimaksud dengan istilah lahnul qaul dalam ayat ini. Sebagaimana yang telah dikatakan oleh Amirul Mu’minin Usman ibnu Affan r.a., "Tidaklah seseorang merahasiakan sesuatu dalam hatinya, melainkan Allah akan menampakkannya melalui roman mukanya dan lisannya yang terpeleset." Di dalam sebuah hadis disebutkan: "مَا أسر أحد سريرة إلا كساه الله جِلْبَابَهَا، إِنْ خَيْرًا فَخَيْرٌ، وَإِنْ شَرًّا فَشَرٌّ" Tidaklah seseorang menyembunyikan suatu rahasia, melainkan Allah akan memakaikan kepadanya kain jilbab (yang menunjuk­kan ke arah) nya. Jika hal itu baik, maka baik pula pakaiannya; dan jika hal itu buruk, maka buruk pula pakaiannya. Kami telah menyebutkan keterangan yang menunjukkan kemunafikan seseorang, juga telah membicarakan perihal kemunafikan dalam perbuatan dan akidah. Semuanya itu dapat dijumpai dalam Syarah Imam Bukhari, sehingga tidak perlu dikemukakan di sini.

 Di dalam hadis telah disebutkan segolongan orang munafik dengan sebutan yang jelas dan tertentu.

قَالَ الْإِمَامُ أَحْمَدُ: حَدَّثَنَا وَكِيعٌ، حَدَّثَنَا سُفْيَانُ، عَنْ سَلَمَةَ، عَنْ عِيَاضِ بْنِ عِيَاضٍ، عَنْ أَبِيهِ، عَنْ أَبِي مَسْعُودٍ عُقْبَةَ بْنِ عَمْرٍو، رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، قَالَ: خَطَبَنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ خُطْبَةً فَحَمِدَ اللَّهَ وَأَثْنَى عَلَيْهِ ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ مِنْكُمْ مُنَافِقِينَ، فَمَنْ سَمَّيْتُ فَلْيَقُمْ". ثُمَّ قَالَ: "قُمْ يَا فُلَانُ، قُمْ يَا فُلَانُ، قُمْ يَا فُلَانُ". حَتَّى سَمَّى سِتَّةً وَثَلَاثِينَ رَجُلًا ثُمَّ قَالَ: "إِنَّ فِيكُمْ -أَوْ: مِنْكُمْ -فَاتَّقُوا اللَّهَ". قَالَ: فَمَرَّ عُمَرُ بِرَجُلٍ مِمَّنْ سَمَّى مُقَنَّعٌ قَدْ كَانَ يَعْرِفُهُ، فَقَالَ: مَا لَكَ؟ فَحَدَّثَهُ بِمَا قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ، فَقَالَ: بُعْدًا لَكَ سَائِرَ الْيَوْمِ

Imam Ahmad mengatakan, telah menceritakan kepada kami Waki', telah meiiceritakan kepada kami Sufyan, dari Salamah ibnu Iyad, dari ayahnya, dari Abu Mas'ud alias Uqbah ibnu Amr r.a. yang mengatakan bahwa Rasulullah Saw. berkhotbah kepada kami. Beliau memulainya dengan membaca hamdalah dan pujian kepada Allah Swt., kemudian bersabda: Sesungguhnya di antara kalian terdapat orang-orang munafik. Maka barang siapa yang aku sebutkan namanya, hendaklah ia berdiri. Kemudian beliau Saw. berkata, ' Hai Fulan, berdirilah!, Hai Fulan, berdirilah!, Hai Fulan, berdirilah!" hingga beliau menyebutkan sebanyak tiga puluh enam orang laki-laki. Kemudian beliau Saw. bersabda, "Sesungguhnya di antara kalian -atau sebagian dari kalian- terdapat orang-orang munafik, maka bertakwalah kalian kepada Allah.” Maka Umar r.a. bersua dengan seseorang yang telah disebutkan namanya itu dalam keadaan mengenakan penutup pada wajahnya, yang sebelumnya Umar telah mengenalnya. Malik melanjutkan, bahwa lalu diceritakan kepada Umar apa yang pernah dikatakan oleh Rasulullah Saw. Maka Umar berkata, "Semoga engkau dijauhkan dari rahmat Allah selama sisa usiamu." Firman Allah Swt.: {وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ}

Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu. (Muhammad: 31) Yakni sesungguhnya Kami akan menguji kamu dengan perintah-perintah dan larangan-larangan. {حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ} agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ikhwalmu. (Muhammad: 31) Hal ini bukan berarti ada keraguan pada pengetahuan Allah terhadap apa yang akan terjadi. Makna yang dimaksud ialah agar Kami menyatakan kejadiannya. Karena itulah Ibnu Abbas r.a. mengatakan sehubungan dengan hal yang seperti ini, bahwa makna na'lamu ialah nara, yakni agar Kami melihat dengan kenyataan tentang kejadiannya, walaupun pada hakikatnya Allah telah mengetahui apa yang akan terjadi, tetapi masih belum terlahirkan atau ternyatakan.

Khamis, 22 November 2018

AYAT 25-29

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK'
SURAH MUHAMAD 25-29,.
BIS-MILLAHIR-RAHMAN-NIR-RAHIM.,
25. inna alladziina irtadduu ‘alaa adbaarihim min ba’di maa tabayyana lahumu alhudaa alsysyaythaanu sawwala lahum wa-amlaa lahum Ayat 25: Sekarang kita masih lagi bercakap tentang golongan munafik yang duduk bersama dalam majlis Nabi tapi masih tidak dapat hidayah. Ini adalah kerana hati mereka telah ditutup, maka mereka akan membuat kesalahan-kesalahan dalam agama.

 إِنَّ الَّذينَ ارتَدّوا عَلىٰ أَدبارِهِم مِن بَعدِ ما تَبَيَّنَ لَهُمُ الهُدَى ۙ الشَّيطانُ سَوَّلَ لَهُم وَأَملىٰ لَهُم

(MELAYU) Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang (kepada kekafiran) sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, syaitan telah menjadikan mereka mudah (berbuat dosa) dan memanjangkan angan-angan mereka. إِنَّ الَّذينَ ارتَدّوا عَلىٰ أَدبارِهِم Sesungguhnya orang-orang yang kembali ke belakang Sekali lagi Allah gunakan kalimah نبر (belakang) dalam ayat ini. Kali ini ia membawa maksud pusing ke belakang. Ia memberitahu kita, selepas mereka terima hidayah, mereka patah balik kepada keadaan asal mereka iaitu murtad. Mereka digelar sebagai golongan murtad kerana mereka menolak ayat-ayat Quran kerana kalau tolak satu sahaja dari ayat Qur’an sudah bermaksud menolak agama dan telah menjadi murtad. مِن بَعدِ ما تَبَيَّنَ لَهُمُ الهُدَى sesudah petunjuk itu jelas bagi mereka, Mereka berpatah balik ke belakang sedangkan sudah dijelaskan hal wahyu dan agama kepada mereka. Apabila mereka tolak ayat Qur’an maka Allah jadikan syaitan sebagai qarin yang duduk dengan mereka dan mengarahkan mereka untuk buat kerosakan. Ianya salah mereka yang telah menyebabkan syaitan dibenarkan masuk. Berkemungkinan mereka buat syirik yang menyebabkan syaitan dapat peluang untuk duduk dengan mereka. Kerana syaitan tidak mampu nak masuk kepada orang yang mengamalkan tauhid. Macam baca bismillah sahaja maka syaitan tidak boleh masuk. Maka kalau abaikan sunnah maka akan beri peluang untuk syaitan masuk. الشَّيطانُ سَوَّلَ لَهُم syaitan telah menjadikan mereka mudah Mereka mudah untuk mengerjakan dosa kerana syaitan yang taswil (memudahkan) untuk mereka. Syaitan mudahkah benda buruk untuk mereka. Apabila mereka lakukan dosa dan perkara buruk itu, mereka tak rasa bersalah pun.

Mereka rasa ianya perkara yang kecil sahaja, perkara mudah sahaja. Mereka nampak apa yang mereka lakukan itu adalah perkara baik sahaja. Kerana syaitan telah mengelabui mata dan hati mereka. Syaitan bisikkan: “tak salah apa yang kamu buatkan itu.” Mereka itu jenis orang yang tidak rasa nak jadi baik, tak rasa nak kenal Qur’an pun. Apabila mereka dikenakan dengan penyakit taswil, pada mereka boleh buat banyak perkara yang mereka suka kerana ianya tidak penting mana. Maka kerana itu, senang sahaja mereka tolak ayat-ayat Qur’an kerana mereka tidak mementingkan Qur’an. وَأَملىٰ لَهُم dan memanjangkan angan-angan mereka. Syaitan juga akan memanjangkan angan-angan mereka. Mereka akan berfikir dan berangan tentang macam-macam yang mereka nak buat dengan kehidupan mereka yang singkat itu. Mereka nak makan sana, nak kerja sini, angan-angan. Sepatutnya mereka memikirkan janji-janji Allah yang ada dalam Qur’an – memikirkan tentang syurga dengan keindahannya dan bagaimana hendak ke sana. Tapi mereka ini diangankan dengan keindahan dalam kehidupan dunia sahaja. Mereka itu sibuk dengan dunia sahaja – buat itu dan ini sampai melupakan persediaan untuk ke akhirat. Syaitan lah yang memanjangkan angan-angan mereka itu. Atau ia bermaksud syaitan itu mengarahkan mereka untuk menangguhkan buat kebaikan kerana walaupun sudah tahu bahawa itu adalah perkara yang baik tetapi mereka tinggalkan juga kerana melengah-lengahkan. Boleh buat tapi tak buat-buat juga. Ini dinamakan taswif dalam hadis. Kerana itu ramai dari kalangan manusia yang nak belajar tafsir, tapi tangguh dulu sampai mereka tidak sibuk. Padahal bila masanya kita tidak sibuk?

 Ayat 26: Amat bahaya kalau masih nak ikut resam tok nenek. Iaitu orang munafik itu setengah nak ikut Nabi dan setengah nak ikut kata orang lain.26. dzaalika bi-annahum qaaluu lilladziina karihuu maa nazzala allaahu sanuthii’ukum fii ba’dhi al-amri waallaahu ya’lamu israarahum ذٰلِكَ بِأَنَّهُم قالوا لِلَّذينَ كَرِهوا ما نَزَّلَ اللهُ سَنُطيعُكُم في بَعضِ الأَمرِ ۖ وَاللهُ يَعلَمُ إِسرارَهُم

(MELAYU) Yang demikian itu kerana sesungguhnya mereka (orang-orang munafik) itu berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah (orang-orang Yahudi): “Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan”, sedang Allah mengetahui rahasia mereka. ذٰلِكَ بِأَنَّهُم قالوا لِلَّذينَ كَرِهوا ما نَزَّلَ اللهُ Yang demikian itu kerana sesungguhnya mereka berkata kepada orang-orang yang benci kepada apa yang diturunkan Allah: Mereka yang dimaksudkan adalah golongan munafik. Dan yang diturunkan oleh Allah itu adalah Qur’an. Golongan munafik telah hantar maklumat kepada puak Quraish yang memang dah benci dengan Qur’an. سَنُطيعُكُم في بَعضِ الأَمرِ “Kami akan mematuhi kamu dalam beberapa urusan”, Golongan munafik sudah buat janji dengan puak Quraish. Maknanya mereka tikam Nabi dan orang mukmin dari belakang kerana puak Quraish itu adalah musuh kepada umat Islam. Golongan munafik itu beritahu yang mereka sebenarnya berpihak kepada Quraish itu. Mereka kata mereka akan tolong puak Quraish yang akan berperang dengan muslim itu. Maknanya mereka nak ikut Quraish. Kerana Quraish itu ketua Arab pada mereka. Dan memang dalam Baqarah disebut tentang mereka yang jumpa musuh Islam. Dan apabila ditegur tentang perbuatan mereka itu, mereka kata mereka buat islah (kebaikan). Ayat yang dimaksudkan adalah Baqarah:11 وَإِذا قيلَ لَهُم لا تُفسِدوا فِي الأَرضِ قالوا إِنَّما نَحنُ مُصلِحونَ Dan bila dikatakan kepada mereka: “Janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi”. Mereka menjawab: “Sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. Ada juga mufasir yang mengatakan bahawa yang dimaksudkan adalah musyrikin Mekah dan juga Yahudi yang berada di Madinah. Golongan munafik itu lebih condong kepada Musyrikin Mekah dan Yahudi Madinah. وَاللهُ يَعلَمُ إِسرارَهُم sedang Allah mengetahui rahsia mereka. Allah ingatkan mereka yang Dia tahu apa yang mereka rahsiakan. Kalimah سرر bermaksud rahsia. Sedangkan kalimah إسرار adalah sesuatu yang cuba dirahsiakan. Allah berithau yang apa yang mereka cuba rahsiakan itu, Allah dah tahu dan Allah bongkarkan dalam ayat ini.

 Ayat 27: Takhwif duniawi. Apakah nasib mereka nanti? 27. fakayfa idzaa tawaffat-humu almalaa-ikatu yadhribuuna wujuuhahum wa-adbaarahum فَكَيفَ إِذا تَوَفَّتهُمُ المَلائِكَةُ يَضرِبونَ وُجوهَهُم وَأَدبارَهُم

(MELAYU) Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? فَكَيفَ إِذا تَوَفَّتهُمُ المَلائِكَةُ Bagaimanakah (keadaan mereka) apabila malaikat mencabut nyawa mereka Apabila sifat mereka lain dari sifat orang mukmin sejati, maka natijah untuk mereka juga berlainan. Natijahnya nanti, mereka akan mati dalam azab. Allah suruh mereka bayangkan bagaimanalah nanti keadaan mereka masa malaikat ambil nyawa mereka. يَضرِبونَ وُجوهَهُم وَأَدبارَهُم seraya memukul-mukul muka mereka dan punggung mereka? Malaikat akan cabut nyawa mereka tapi tidak cabut sahaja, tapi sambul pukul muka mereka dan punggung mereka. Apabila dipukul muka mereka, maka akan naik belakang badan mereka dan malaikat pukul belakang pula. Bila pukul belakang maka naik muka, maka muka pula dipukul. Kejadian ini berulang-ulang kali. Maka kematian mereka amat menyeksakan.

 Ayat 28: 28. dzaalika bi-annahumu ittaba’uu maa askhatha allaaha wakarihuu ridhwaanahu fa-ahbatha a’maalahum ذٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعوا ما أَسخَطَ اللهَ وَكَرِهوا رِضوانَهُ فَأَحبَطَ أَعمالَهُم

(MELAYU) Yang demikian itu adalah kerana sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah dan kerana mereka membenci keridhaan-Nya, sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. ذٰلِكَ بِأَنَّهُمُ اتَّبَعوا ما أَسخَطَ اللهَ Yang demikian itu adalah kerana sesungguhnya mereka mengikuti apa yang menimbulkan kemurkaan Allah Mereka jadi begitu kerana mereka ikut buat apa yang memarahkan Allah. Allah dah ajar cara yang Allah suka tapi mereka tak ikut juga dan nak buat cara sendiri. Maka terimalah azab itu. وَكَرِهوا رِضوانَهُ dan kerana mereka membenci keridhaan-Nya, Bukan itu sahaja, malah mereka benci idea dengan perkara yang diredha oleh Allah. Mereka tidak suka nak buat perkara yang mereka meredhakan Allah sedangkan kita sepatutnya mencari redha Allah. Sebagai contoh, Allah redha kepada mereka yang infak harta mereka pada jalan Allah, tapi mereka tidak mahu nak buat kerana mereka tidak mementingkan untuk mendapatkan redha Allah. Mereka dah rasa cukup dengan apa yang mereka ada. Mereka tidak ada rasa suka pun untuk mencari redha Allah. فَأَحبَطَ أَعمالَهُم sebab itu Allah menghapus (pahala) amal-amal mereka. Maka akan musnahkan amal baik mereka. Bayangkan mereka itu solat di belakang Nabi tapi pahala mereka tidak dikira. Bayangkan berapa banyak pahala yang mereka patut dapat – solat belakang Nabi, menyebarkan Islam sebagai puak yang awal, beriman dengan Nabi sendiri dan macam-macam lagi kelebihan sebagai golongan awal muslim. Tapi itu semua tidak ada harga pada mereka. Pahala mereka semuanya hilang begitu sahaja. Mereka amat rugi kerana segala pahala dan usaha baik mereka dimusnahkan semua sekali. Padahal mereka sepatutnya untung sungguh kerana solat kita kalau dibandingkan dengan solat di belakang Rasulullah tentu tidak sama. Mereka tidak dikira sebagai beramal kerana tikam belakang orang Islam.

 Ayat 29: Zajrun. Teguran di atas sifat-sifat munafik. 29. am hasiba alladziina fii quluubihim maradhun an lan yukhrija allaahu adhghaanahum أَم حَسِبَ الَّذينَ في قُلوبِهِم مَرَضٌ أَن لَن يُخرِجَ اللهُ أَضغانَهُم

 (MELAYU) Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira bahawa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? أَم حَسِبَ الَّذينَ في قُلوبِهِم مَرَضٌ Atau apakah orang-orang yang ada penyakit dalam hatinya mengira, Mereka sebenarnya tidak suka kepada Nabi Muhammad SAW. Mereka tidak suka dengan perubahan kuasa yang berlaku di Madinah kerana mereka sangka mereka yang patut berkuasa dan bukannya Nabi Muhammad. Tapi mereka simpan perasaan tidak suka itu di dalam hati mereka sahaja, kerana kalau mereka keluarkan, nanti mereka tidak boleh jadi orang Islam lagi dan waktu itu yang berkuasa adalah orang Islam. Oleh kerana itulah mereka kena bermuka-muka dan tunjuk seolah-olah mereka orang mukmin. Allah tegur mereka: mereka sangka Allah tidak tahukah apa yang ada dalam hati mereka? أَن لَن يُخرِجَ اللهُ أَضغانَهُم bahawa Allah tidak akan menampakkan kedengkian mereka? Adakah mereka sangka yang Allah akan simpan sahaja sifat dengki mereka kepada agama Islam itu? Memang perasaan mereka itu duduknya di dalam hati tetapi Allah keluarkan dengan memberi alamat zahir: samada dari kata-kata mereka atau tindak tanduk mereka yang semua orang boleh lihat. Memang mereka duduk bersama dengan orang mukmin dan zahirnya tak nampak beza pun antara keduanya. Mereka nampak sama sahaja sampai Nabi pun tak boleh kenal mereka dengan mudah. Tapi mereka itu masih boleh dikenali, cuma kena tengok lama-lama, baru boleh perasan. Dalam Surah Taubah juga Allah telah menjelaskan sifat-sifat mereka supaya mereka boleh dikenali. Kalimah أضغان adalah bentuk jamak dari ضغن, yaitu kedengkian yang tersembunyi di dalam hati terhadap Islam, Rasullah dan para pengikut baginda yang berjuang menegakkan syiarnya. Begitulah dengan orang zaman sekarang yang ada perasaan dendam kepada ajaran Sunnah. Kerana itu mereka akan buat berbagai-bagai helah untuk menjatuhkan ajaran sunnah di negara ini.

Rabu, 21 November 2018

AYAT23-24

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK;
 SURAH MUHAMAD 23-24

 بسملهرهمنرحم
أُوْلَئِكَ الَّذِينَ لَعَنَهُمُ اللَّهُ فَأَصَمَّهُمْ وَأَعْمَى أَبْصَارَهُمْ أَفَلَا يَتَدَبَّرُونَ الْقُرْآنَ أَمْ عَلَى قُلُوبٍ أَقْفَالُهَا “

BISMILLAHIRAHMANNIRRAHIM.
23. ulaa-ika alladziina la’anahumu allaahu fa-ashammahum wa-a’maa abshaarahum 24. afalaa yatadabbaruuna alqur-aana am ‘alaa quluubin aqfaaluhaa

   DENGAN NAMA ALLAH YANG MAHA PEMURAH LAGI MAHA PENYAYANG;
Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al Qur’an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), buatlah satu surat (saja) yang semisal al-Qur’an itu dan ajaklah penolong penolongmu selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. Maka jika kamu tidak dapat membuat(nya) dan pasti kamu tidak akan dapat membuat(nya), peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang yang kafir.” (QS. 2:23-24)

 Selanjutnya Allah menetapkan kenabian setelah Dia menetapkan bahwasannya tiada Ilah yang hak selain Allah, maka Dia pun berfirman yang ditujukan kepada orang-orang kafir: wa in kuntum fii raibim mimmaa nazzalnaa ‘alaa ‘abdinaa (“Dan jika kamu (tetap) dalam keraguan tentang al-Qur’an yang kami wahyukan kepada hamba Kami.”) Yang dimaksud adalah Muhammad saw. Artinya, buatlah satu surat yang serupa dengan surat dari kitab yang dibawa oleh Muhammad, jika kalian mengaku bahwa wahyu itu diturunkan dari selain Allah, lalu bandingkanlah surat itu dengan apa yang telah dibawa oleh Muhammad. Dan untuk melakukan itu mintalah bantuan kepada siapa saja yang kalian kehendaki selain Allah maka sesungguhnya kalian tidak akan pernah berhasil melakukannya.

 Ibnu Abbas mengatakan, “syuHadaa-akum” berarti para penolong. Sedangkan as-Suddi menceritakan dari Abu Malik, ” syuHadaa-akum ” berarti kaum lain yang mau membantu kalian untuk melakukan hal tersebut. Dan mohonlah bantuan kepada sembahan-sembahan kalian yang engkau anggap dapat memberikan pertolongan. Dan Mujahid mengatakan, berarti beberapa orang ahli bahasa yang dapat membantu hal itu. Dan mereka ini telah ditantang oleh Allah untuk melakukan hal tersebut pada surat yang lain dalam al-Qur’an: “Katakanlah datangkanlah sebuah kitab dari sisi Allah yang kitab itu lebih (dapat) memberi petunjuk daripada keduanya (Taurat dan al-Qur’an), niscaya aku akan mengikutinya, jika kamu sungguh orang-orang yang benar. ” (QS. Al-Qashash: 49). Demikian juga firman-Nya yang terdapat dalam surat al-Israa’: “Katakanlah: `Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan al-Qur’an ini, niscaya mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya sekalipun sebagian mereka menjadi pembantu bagi sebagian yang lain.”‘ (QS. Al-Israa’: 88).

 Sedangkan dalam surat Hudd difirmankan-Nya: “Tidaklah mungkin al-Qur’an ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (al-Qur’an itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Rabb semesta alam. Atau (patutkah) mereka mengatakan: ‘Muhammad membuat-buatnya.’ Katakanlah: `(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang-orang yang benar. “‘ (QS. Yunus: 37-38). Semua ayat di atas diturunkan di Makkah. Selain itu, Allah juga menantang orang-orang kafir untuk melakukan hal tersebut di Madinah, dengan firman-Nya: “Dan jika kamu tetap dalam keraguan terhadap al-Qur an yang Kami wahyukan kepada hamba Kami (Muhammad), maka buatlah satu surat yang serupa dengannya. ” (QS. Al-Baqarah: 23).

 Yaitu yang serupa dengan al-Qur’an. Demikian itulah yang dikemukakan oleh Mujahid dan Qatadah serta menjadi pilihan Ibnu Jarir, ath-Thabari, az-Zamakhasyari, ar-Razi, dan dinukil dari Umar, Ibnu Masud, Ibnu Abbas, Hasan al-Bashri, dan mayoritas para muhaqqiq. Dan hal itu ditarjih (dinilai kuat) dengan beberapa pandangan, yang terbaik di antaranya adalah bahwa Allah swt menantang mereka secara keseluruhan, baik dalam keadaan sendiri-sendiri maupun kelompok, orang-orang yang buta huruf maupun yang ahli kitab. Yang demikian itu merupakan tantangan yang paling tegas dan sempurna daripada sekedar menantang satu per satu dari mereka yang tidak dapat menulis dan belum mendalami ilmu sedikit pun. Juga dengan menggunakan dalil dari firman-Nya, “Sepuluh surat-surat yang dibuat-buat yang menyamainya.” (QS. Huud: 13).

 Juga firman-Nya, serupa dengan-nya.”Niscaya mereka tidak dapat membuat yang semisal dengannya.” (QS. Al-Israa’: 88). Oleh karena itu Allah berfirman, wa il lam taf’aluu wa lan taf’aluu; (“Jika kamu tidak dapat membuatnya dan tidak akan pernah dapat melakukannya. “Kata “lan” untuk memberikan ketegasan pada masa yang akan datang. Artinya, sekali-kali kalian tidak akan pernah dapat melakukannya. Dan ini merupakan mukjizat lain, di mana Dia memberikan sebuah berita yang pasti dengan berani tanpa rasa takut maupun kasihan, bahwa al-Qur’an ini tidak akan pernah dapat ditandingi. Kenyataannya dari sejak dulu sampai sekarang, dan sampai kapanpun tidak ada yang dapat menyamai, dan tidak mungkin bagi seseorang dapat melakukan hal itu. Yang demikian itu karena al-Qur’an merupakan firman Allah, Rabb Pencipta segala sesuatu. Bagaimana mungkin firman Allah sang Pencipta akan sama dengan ucapan makhluk ciptaan-Nya. Orang yang mencermati dan memperhatikan al-Qur’an dengan seksama, niscaya ia kan menemukan berbagai keunggulan al-Qur’an -yang sulit untuk ditandingi dalam seni sastra baik yang tersurat maupun yang tersirat,- dari sisi lafazh dan juga sisi makna. Allah swt. berfirman: Alif laam raa . Inilah suatu kitab yang ayat-ayatnya disusun dengan rapi serta dijelaskan secara terperinci, yang diturunkan dari sisi Allah yang Mahabijaksana lagi Mahatahu. ” (QS. Huud: 1).

 Artinya, Dia telah menyusun kata-kata di dalam al-Qur’an secara rapi dan indah dan menerangkan maknanya secara rinci. Dengan demikian, seluruh kata dan maknanya dikemukakan secara fasih, tidak ada yang dapat menyamai dan menandinginya. Di dalamnya Allah memberitakan berbagai berita ghaib yang telah lalu dan terjadi sesuai dengan apa yang diberitakan tersebut, dan Dia juga menyuruh berbuat kebaikan dan melarang berbuat kejahatan, sebagaimana firman Allah Tabaraka wa Ta’ala, “Telah sempurna kalimat Rabbmu (al-Qur’an), sebagai kalimat yang benar dan adil.” (QS. Al-An’aam: 115). Artinya, benar dalam berita yang disampaikan al-Qur’an dan adil dalam hukum-hukum yang dimuatnya. Dengan demikian, semua kandungannya itu adalah benar, adil, dan petunjuk, yang tidak ada sedikit pun darinya kecerobohan, kebohongan, dan juga dibuat-buat, seperti yang terdapat dalam syair-syair Arab dan syair-syair selain mereka yang diwarnai dengan berbagai kecerobohan dan kebohongan, yang tidak akan indah kecuali dengan hal-hal seperti itu. Sebagaimana diungkapkan dalam syair: “Sungguh kata yang paling indah adalah yang paling dusta.” Sedangkan al-Qur’an, seluruh kandungannya benar-benar fasih, berada di puncak keindahan bahasa bagi orang-orang yang memahami hal tersebut secara rinci dan global dari kalangan mereka yang memahami ucapan dan ungkapan bangsa Arab.

 Sesungguhnya jika anda mencermati dan merenungkan berita-berita yang disajikan al-Qur’an, niscaya anda akan mendapatkannya benar-benar berada di puncak keindahan, baik penyajian secara panjang lebar maupun singkat, diulang-ulang atau tidak. Setiap kali melakukan pengulangan, maka semakin tinggi dan mempesona keindahannya. Tidak basi dengan banyaknya pengulangan dan tidak membuat para ulama menjadi bosan. Ancaman yang dikemukakan-Nya akan menjadikan gunung-gunung yang tegak berdiri itu berguncang karenanya. Lalu bagaimana dengan hati yang benar-benar memahami hal tersebut. Dan jika Dia berjanji, Dia mengemukakannya dengan ungkapan yang dapat membuka hati dan pendengaran serta merasa rindu ke darussalam (tempat yang penuh kedamaian, surga) dan berdekatan dengan Arsy ar-Rahman (singgasana Allah), sebagaimana firman-Nya dalam targhib-Nya berikut ini: “Seorangpun tidak mengetahui apa yang disembunyikan untuk mereka yaitu (bermacam-macam nikmat) yang menyedapkan pandangan mata sebagai balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” (QS. As-Sajdah: 17).

 Dia juga berfirman: “Dan di dalam surga itu terdapat segala apa yang diinginkan oleh hati dan sedap (dipandang) mata dan kamu kekal di dalamnya.” (QS. Az-Zukhruf: 71).
“Maka apakah kamu merasa aman (dari hukuman Allah) yang menjungkir balikkan sebagian daratan bersamamu.”(QS. Al-Isra’: 68) “
Apakah kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan menjungkir-balikkan bumi bersama kamu, sehingga dengan tiba-tiba bumi itu bergoncang. Atau apakab kamu merasa aman terhadap Allah yang di langit bahwa Dia akan mengirimkan badai yang berbatu. Maka kelak kamu akan mengetahui bagaimana (akibat mendustakan) peringatan-Ku.” (QS. Al-Mulk: 16-17).
 Dan dalam teguran-Nya Dia berfirman: “Maka masing-masing (dari mereka itu) Kami siksa disebabkan dosanya.” (QS. Al-Ankabut: 40).
 Sedangkan dalam nasihat-Nya, Dia mengatakan: “Maka bagaimana pendapatmu jika Kami berikan kepada mereka kenikmatan hidup bertahun-tahun, kemudian datang kepada mereka adzab yang telah diancamkan kepada mereka. Niscaya tidak berguna bagi mereka apa yang selalu mereka nikmati. ” (QS. Asy-Syuura: 205-207).

 Dan masih banyak lagi bentuk kefasihan, balaghah, dan keindahan. Jika ayat-ayat al-Qur’an berkenaan dengan hukum, perintah, dan larangan, maka mencakup perintah-Nya mengerjakan segala yang makruf, baik, bermanfaat, dan yang dicintai dan melarang dari segala yang buruk, hina, dan tercela. Sebagaimana dikemukakan Ibnu Masud dan ulama salaf lainnya, ia mengatakan, “Jika engkau mendengar Allah berfirman di dalam al-Qur’an, “Wahai orang-orang yang beriman,”maka siapkanlah pendengaranmu dengan baik, karena ia mengandung kebaikan yang diperintahkan-Nya atau kejahatan yang dilarang-Nya.” Oleh karena itu, Allah Tabaraka wa Ta’ala berfirman: “Yang menyuruh mereka mengerjakan kebaikan dan mencegah mereka dari kemungkaran serta menghalalkan bagi mereka yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk serta membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka “. (QS. Al-A’raaf: 157).

 Dan jika ayat-ayat al-Qur’an menyifati hari kebangkitan serta peristiwa-peristiwa yang mengerikan pada waktu itu, juga menyifati surga dan neraka serta apa yang dijanjikan Allah swt. baik bagi para wali yang berupa kenikmatan dan kelezatan, dan ancaman-Nya bagi para musuh-musuh-Nya, berupa siksa dan adzab yang sangat pedih, maka ayat-ayat tersebut memberikan kabar gembira, atau memberikan peringatan dan juga menjauhi berbagai macam kemungkaran. Selain itu, ayat-ayat tersebut juga mengajak berzuhud di dunia dan menanamkan kecintaan pada kehidupan akhirat. Juga memberikan petunjuk ke jalan Allah yang lurus dan syari’at-Nya yang benar. Ayat-ayat itu juga membersihkan berbagai gangguan syaitan terkutuk dari hati manusia. Oleh karena itu, diriwayatkan dalam kitab Shahih al Bukhari dan Muslim hadits dari Abu Hurairah: “Tidak ada seorang pun dari para Nabi melainkan telah diberikan beberapa mu’jizat yang mana manusia mempercayai/mengimani kepada yang serupa dengannya.

Sedangkan (mu’jizat) yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah. Dan aku berharap menjadi nabi yang paling banyak pengikutnya pada hari kiamat kelak”. Demikian menurut lafazh dari Imam Muslim. Sabda beliau, “Sedangkan yang diberikan kepadaku adalah wahyu yang diwahyukan oleh Allah.” Maksudnya, bahwa yang dikhususkan kepada beliau di antara para nabi yang lainnya adalah al-Qur’an, yang tidak mungkin ada umat manusia yang mampu menandinginya, berbeda dengan kitab-kitab lainnya yang diturunkan Allah, karena bukan mukjizat menurut banyak ulama. Wallahu a’lam. Firman-Nya: fattaqun naaral latii waquuduHan naasu wal hijaaratu u-‘iddat lil kaafiriina (“Maka peliharalah dirimu dari api neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang disediakan bagi orang-orang kafir.”) “alwaquud” yaitu apa yang dicampakkan ke dalam neraka untuk menyalakan apinya seperti kayu bakar dan yang lainnya. Hal yang sama juga difirmankan-Nya: “Adapun orang-orang yang menyimpang dari kebenaran, maka mereka menjadi kayu bakar bagi neraka jahanam.” (al-Jin: 15) Maksud kata “waquud” pada ayat di atas adalah batu api [belerang] yang besar dan berwarna hitam, sangat keras dan berbau busuk, yaitu sebuah batu yang paling panas jika membara. Semoga Allah melindungi kita darinya.

        Sedangkan firman-Nya: u-‘iddat lil kaafiriin; yang lebih jelas adalah dhamir (kata ganti) pada kata “u-‘iddat” bahan bakarnya berasal dari manusia dan batu, bisa pula kembali kepada batu. Sebagaimana dikatakan Ibnu Mas’ud. Dan tidak ada pertentangan makna antara kedua pendapat di atas, karena keduanya saling berkaitan. berarti disediakan dan dipersiapkan, bagi orang-orang yang kafir kepada Allah dan Rasul-Nya. u-‘iddat lil kaafiriin; menurut Ibnu Ishak, dari Muhammad, dari Ikrimah atau Sa’id bin Jubair, dari Ibnu Abbas, yakni bagi orang yang berada dalam kekufuran seperti yang kalian lakukan. Banyak Imam Ahli Sunnah yang menjadikan ayat ini sebaai dalil bahwa neraka itu sudah ada sekarang ini, berdasarkan Firman-Nya: u-‘iddat; artinya disediakan dan disiapkan.

      Banyak juga hadits-hadits yang menunjukkan hal ini, antara lain: “Api neraka pernah minta izin kepada Rabb-nya. la berujar: `Ya Rabb-ku, sebagian kami memakan sebagian lainnya.” Lalu Rabb-nya memberikan izin kepadanya dengan dua jiwa. Satu jiwa pada musim dingin dan satu jiwa lagi pada musim panas”. Diriwayatkan oleh lima perawi (Ahmad, Abu Dawud, an-Nasa’i, at-Tirmidzi, dan Ibnu Majah). Ibnu Mas’ud juga pernah memberitahukan sebuah hadits, Kami pernah mendengar suara sesuatu yang jatuh, lalu kami pun bertanya: “Apa itu?” Maka Rasulullah bersabda: “Itu adalah batu yang dilontarkan dari tepi Neraka Jahanam sejak tujuh puluh tahun lalu dan sekarang telah sampai di dasarnya.” (HR. Muslim) Demikian juga hadits shalat gerhana, malam Isra’, dan hadits-hadits mutawatir lainnya yang berkenaan dengan makna ini. Namun golongan Mu’tazilah karena kebodohan mereka dalam hal ini telah berbeda paham, dan al-Qadhi Mundzir bin Said al-Baluthi, seorang hakim Andalus, juga berpaham sama seperti mereka. Mereka itulah orang-orang yang dilaknati Allah dan ditulikan-Nya telinga mereka dan dibutakan-Nya penglihatan mereka. Yakni dijauhkan dari rahmat-Nya dan didekatkan dengan kemurkaan-Nya. Dari mendengarkan yang hak. Dari melihat petunjuk. Allah Subhaanahu wa Ta'aala menjadikan mereka tidak dapat mendengar sesuatu yang bermanfaat bagi mereka. Mereka memang bisa mendengar, tetapi mendengarnya bukan untuk tunduk dan menerima, bahkan hanya menegakkan hujjah Allah atas mereka. Mereka punya mata, akan tetapi mereka tidak dapat melihat ibrah (pelajaran) dan ayat-ayat dengan matanya itu serta tidak melihat bukti dan keterangan.

Selasa, 20 November 2018

AYAT 21-22

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK'
SURAH MUHAMAD AYAT 21-22

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM''
 22. fahal ‘asaytum in tawallaytum an tufsiduu fii al-ardhi watuqaththhi’uu arhaamakum
 23. ulaa-ika alladziina la’anahumu allaahu fa-ashammahum wa-a’maa abshaarahum

{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا (21) وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا (22) }


      Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. Dan yang demikian itu tidak menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan.

        Ayat yang mulia ini merupakan dalil pokok yang paling besar, yang menganjurkan kepada kita agar meniru Rasulullah Saw. dalam semua ucapan, perbuatan, dan sepak terjangnya. Karena itulah Allah Swt. memerintahkan kepada kaum mukmin agar meniru sikap Nabi Saw. dalam Perang Ahzab, yaitu dalam hal kesabaran, keteguhan hati, kesiagaan, dan perjuangannya, serta tetap menanti jalan keluar dari Allah Swt. Semoga salawat dan salam-Nya terlimpahkan kepada beliau sampai hari kiamat. Melalui ayat ini Allah Swt. berfirman kepada orang-orang yang merasa khawatir, gelisah, dan guncang dalam menghadapi urusan mereka dalam Perang Ahzab:

{لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِي رَسُولِ اللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ}
           Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu. (Al-Ahzab: 21) Yakni mengapa kalian tidak meniru dan mengikuti jejak sifat-sifatnya? Dalam firman selanjutnya disebutkan:

{لِمَنْ كَانَ يَرْجُو اللَّهَ وَالْيَوْمَ الآخِرَ وَذَكَرَ اللَّهَ كَثِيرًا}
               (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Al-Ahzab: 21) Selanjutnya Allah Swt. menyebutkan perihal hamba-hamba-Nya yang beriman yang membenarkan janji Allah kepada mereka, yang pada akhirnya Allah akan menjadikan kesudahan yang baik di dunia dan akhirat bagi mereka.

Untuk itu Allah Swt. berfirman: {وَلَمَّا رَأَى الْمُؤْمِنُونَ الأحْزَابَ قَالُوا هَذَا مَا وَعَدَنَا اللَّهُ وَرَسُولُهُ وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ}

Dan tatkala orang-orang mukmin melihat golongan-golongan yang bersekutu itu, mereka berkata, "Inilah yang dijanjikan Allah dan Rasul-Nya kepada kita.” Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 22) Menurut Ibnu Abbas dan Qatadah, ayat inilah yang dimaksudkan oleh Allah Swt. dalam surat Al-Baqarah melalui firman-Nya:
       {أَمْ حَسِبْتُمْ أَنْ تَدْخُلُوا الْجَنَّةَ وَلَمَّا يَأْتِكُمْ مَثَلُ الَّذِينَ خَلَوْا مِنْ قَبْلِكُمْ مَسَّتْهُمُ الْبَأْسَاءُ وَالضَّرَّاءُ وَزُلْزِلُوا حَتَّى يَقُولَ الرَّسُولُ وَالَّذِينَ آمَنُوا مَعَهُ مَتَى نَصْرُ اللَّهِ أَلا إِنَّ نَصْرَ اللَّهِ قَرِيبٌ}

       Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, "Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Al-Baqarah: 214) Inilah yang dijanjikan oleh Allah dan Rasul-Nya kepada kita, yakni cobaan dan ujian yang berakhir dengan kemenangan yang dekat. Karena itu, dalam firman berikutnya disebutkan: {وَصَدَقَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ} Dan benarlah Allah dan Rasul-Nya. (Al-Ahzab: 22) ***********

         Adapun firman Allah Swt.: {وَمَا زَادَهُمْ إِلا إِيمَانًا وَتَسْلِيمًا} Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka kecuali iman dan ketundukan. (Al-Ahzab: 22) Hal ini menunjukkan bertambahnya iman dan kekuatan mereka bila dibandingkan dengan orang lain dan keadaannya, sebagaimana yang dikatakan oleh sebagian besar para imam yang mengatakan bahwa iman itu dapat bertambah dan berkurang. Hal ini telah kami tetapkan di dalam permulaan Syarah Imam Bukhari. Makna firman Allah Swt.: Dan yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka. (Al-Ahzab: 22) Yakni kesempitan, keadaan gawat, dan situasi yang demikian itu tidaklah menambah kepada mereka. kecuali iman dan ketundukan. (Al-Ahzab: 22)
            Maksudnya, iman kepada Allah, tunduk kepada perintah-perintah-Nya, serta taat kepada Rasul-Nya. Taat dan mengucapkan perkataan yang baik (adalah lebih baik bagi mereka). Apabila telah tetap perintah perang (mereka tidak menyukainya). Tetapi jikalau mereka benar (imannya) terhadap Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka. Yakni yang patut bagi mereka adalah melaksanakan perintah pada saat itu dan mengerahkan kemampuan mereka untuknya serta tidak meminta disyariatkan hal yang masih berat bagi mereka dan agar mereka bergembira atas perlindungan Allah dan maaf-Nya. Dengan memohon pertolongan kepada-Nya dan mengerahkan kemampuan untuk menaati-Nya. Daripada keadaan mereka pertama tadi. Hal itu dikarenakan beberapa sebab, di antaranya:

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN