Jumaat, 16 Mac 2018

ayat 104,105,106,107,108,109

TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK;
SURAH ALI-IMRAN 200AYAT JUZ 4;

 Bis-mil-laa-hir-rahman-nir-rahim; Ayat 104 Waltakum minkum ummatuy yad'u_na ilal khairi wa ya'muru_na bil ma'ru_fi wa yanhauna 'anil munkar(i), wa ula_'ika humul muflihu_n(a). 3:105 Ayat 105 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 105 Wa la_ taku_nu_ kallazina tafarraqu_ wakhtalafu_ mim ba'di ma_ ja_'ahumul bayyina_t(u), wa ula_'ika lahum 'aza_bun 'azim(un). 3:106 Ayat 106 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 106 Yauma tabyaddu wuju_huw wa taswaddu wuju_h(un), fa ammal lazinaswaddat wuju_huhum, akafartum ba'da ima_nikum fa zu_qul 'aza_ba bima_ kuntum takfuru_n(a).

3:107 Ayat 107 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 107 Wa ammal lazinabyaddat wuju_huhum fa fi rahmatilla_h(i), hum fiha_ kha_lidu_n(a). 3:108 Ayat 108 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 108 Tilka a_ya_tulla_hi natlu_ha_'alaika bil haqq(i), wa malla_hu yuridu zulmal lil'a_lamin(a). 3:109 Ayat 109 Quran, Surah Al-i'Imran, Ayat 109 Wa lilla_hi ma_ fis sama_wa_ti wa ma_ fil ard(i), wa ilalla_hi turja'ul umu_r(u).

 وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ (104) وَلا تَكُونُوا كَالَّذِينَ تَفَرَّقُوا وَاخْتَلَفُوا مِنْ بَعْدِ مَا جاءَهُمُ الْبَيِّناتُ وَأُولئِكَ لَهُمْ عَذابٌ عَظِيمٌ (105) يَوْمَ تَبْيَضُّ وُجُوهٌ وَتَسْوَدُّ وُجُوهٌ فَأَمَّا الَّذِينَ اسْوَدَّتْ وُجُوهُهُمْ أَكَفَرْتُمْ بَعْدَ إِيمانِكُمْ فَذُوقُوا الْعَذابَ بِما كُنْتُمْ تَكْفُرُونَ (106) وَأَمَّا الَّذِينَ ابْيَضَّتْ وُجُوهُهُمْ فَفِي رَحْمَتِ اللَّهِ هُمْ فِيها خالِدُونَ (107) تِلْكَ آياتُ اللَّهِ نَتْلُوها عَلَيْكَ بِالْحَقِّ وَمَا اللَّهُ يُرِيدُ ظُلْماً لِلْعالَمِينَ (108) وَلِلَّهِ مَا فِي السَّماواتِ وَما فِي الْأَرْضِ وَإِلَى اللَّهِ تُرْجَعُ الْأُمُورُ (109

 Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung. (QS. 3:104). Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka. Mereka itulah orang-orang yang mendapat siksa yang berat, (QS. 3:105). Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan): “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu”. (QS. 3:106). Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (Surga); mereka kekal didalamnya. (QS. 3:107). Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu dengan benar; dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya. (QS. 3:108). Kepunyaan Allah-lah segala yang ada di langit dan di bumi; dan kepada Allah-lah dikembalikan segala urusan. (QS. 3:109).

 Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda: Kebajikan (al khair) adalah segala sesuatu yang mendekatkan manusia kepada Allah dan menjauhkannya dari kemurkaan-Nya. Ma'ruf: segala perintah Allah atau yang dianggap baik oleh syara' dan akal, sedangkan munkar adalah segala yang dilarang Allah atau yang dianggap buruk oleh syara' dan akal. Ayat ini merupakan petunjuk dari Allah kepada kaum mukmin, yakni hendaknya di antara mereka ada segolongan orang yang mau berdakwah dan mengajak manusia ke dalam agama-Nya. Termasuk ke dalamnya adalah para ulama yang mengajarkan agama, para penasehat yang mengajak orang-orang non muslim ke dalam Islam, orang yang mengajak orang-orang yang menyimpang agar dapat beristiqamah, orang-orang yang berjihad fi sabilillah, dewan hisbah (lembaga amr ma'ruf dan nahi munkar) yang ditunjuk pemerintah untuk memperhatikan keadaan manusia dan mengajak manusia mengikuti syara' seperti mengajak mereka mendirikan shalat lima waktu, berzakat, berpuasa, berhaji bagi yang mampu dan mengajak kepada syari'at Islam lainnya, demikian juga memperhatikan pasar, bagaimana timbangan dan takaran yang mereka gunakan apakah terjadi pengurangan atau tidak, serta melarang mereka melakukan kecurangan dalam bermu'amalah. Semua ini hukumnya fardhu kifayah. Bahkan tidak hanya itu, segala sarana yang menjadikan sempurna amr ma'ruf dan nahi munkar, sama diperintahkan, misalnya menyediakan perlengkapan jihad untuk dapat mengalahkan musuh, mempelajari ilmu agar dapat mengajak manusia kepada kebajikan, menuliskan buku-buku yang berisikan ajaran Islam, membangun madrasah untuk mengajarkan agama, membantu pihak berwenang (dewan hisbah) mewujudkan syari'at, dsb. Mereka inilah orang-orang yang beruntung, yakni memperoleh apa yang mereka inginkan dan selamat dari hal yang mereka khawatirkan. Pada ayat selanjutnya, Allah Subhaanahu wa Ta'aala melarang mereka bertasyabbuh (menyerupai) Ahli Kitab yang berpecah belah dalam beragama, terlebih perpecahan mereka terjadi setelah datang keterangan yang jelas. Allah swt. berfirman: wal takum minkum ummatuy yad’uuna ilal khairi wa ya’muruuna bil ma’ruufi wa yanHauna ‘anil munkari wa ulaa-ika Humul muflihuun (“Dan hendaklah di antara kamu ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran. Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”) Adh-Dhahhak berkata: “Mereka itu adalah khusus para Sahabat, khusus para Mujahidin dan ulama.” Abu Ja’far al-Sair berkata, Rasulullah pernah membaca ayat: wal takum minkum ummatuy yad’uuna ilal khairi (“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan.”) Lalu beliau bersabda: “Kebajikan itu adalah mengikuti al-Qur’an dan Sunnahku.” (HR. Ibnu Mar-dawaih). Maksud ayat ini, hendaklah ada segolongan dari umat yang siap memegang peran ini, meskipun hal itu merupakan kewajiban bagi setiap individu umat sesuai dengan kapasitasnya, sebagaimana ditegaskan dalam kitab Shahih Muslim, dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah bersabda: “Barangsiapa melihat kemunkaran, maka hendaklah ia merubah dengan tangannya, jika tidak mampu, maka hendaklah ia merubah dengan lisannya dan jika tidak mampu juga, maka hendaklah ia merubah dengan hatinya dan yang demikian itu merupakan selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) Dalam riwayat lain disebutkan: “Dan setelah ketiganya (tangan, lisan, dan hati) itu, maka tidak ada lagi iman meskipun hanya sebesar biji sawi.” Imam Ahmad meriwayatkan dari Hudzaifah bin al-Yaman, bahwa Nabi pernah bersabda: “Demi Allah yang jiwaku berada di tangan-Nya, hendaklah kalian menyuruh kepada yang ma’ruf dan mencegah kemunkaran, atau Allah akan menyegerakan penurunan adzab untuk kalian dari sisi-Nya, lalu kalian berdo’a memohon kepada-Nya dan Dia tidak mengabulkannya untuk kalian.” (HR. At-Tirmidzidan Ibnu Majah. At-Tirmidzi berkata, hadits ini hasan). Dalam masalah ini terdapat banyak hadits dan ayat al-Qur’an, sebagai-mana yang akan kami kemukakan penafsirannya dalam masing-masing ayat. Selanjutnya Allah berfirman: wa laa takuunuu kal ladziina tafarraquu wakhtalafuu mim ba’di maa jaa-a Humul bayyinaaat (“Dan janganlah kamu menyerupai orang-orang yang bercerai-berai dan berselisih sesudah datang keterangan yang jelas kepada mereka.”) Allah melarang umat ini menjadi seperti umat-umat yang terdahulu dalam perpecahan dan perselisihan mereka serta keengganan mereka menegakkan amar ma’ruf nahi munkar, padahal hujjah sudah jelas bagi mereka. Dan firman-Nya, yauma tab-yadl-dlu wujuuHuw wa taswaddu wujuuH (“Pada hari yang pada waktu itu ada wajah yang putih berseri, dan ada pula wajah yang hitam muram.”) Yakni pada hari Kiamat kelak, ketika wajah Ahlussunnah wal Jama’ah putih berseri, sedangkan wajah ahlul bid’ah wal furqah (ahli bid’ah dan perpecahan) hitam muram. Demikian dikatakan oleh Ibnu ‘Abbas.` Firman-Nya, fa ammal ladziins waddat wujuuHuHum akafartum ba’da iimaanikum (“Adapun orang-orang yang hitam muram wajahnya [kepada mereka dikatakan]: ‘Mengapa kamu kafir sesudah kamu beriman?’”) al-Hasan al-Bashri berkata: “Mereka itu adalah orang-orang munafik.” “Karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu.” Gambaran itu mencakup seluruh orang-orang kafir. Dan firman-Nya, wa ammal ladziinabyadl-dlat wujuuHuHum fa fii rahmatillaaHi Hum fiiHaa khaaliduun (“Adapun orang-orang yang putih berseri wajahnya, maka mereka berada dalam rahmat Allah [Surga], mereka kekal di dalamnya.”) Rahmat Allah yaitu Surga, mereka akan tetap tinggal di sana selamanya dan tidak ingin beranjak darinya sejenak pun. Setelah itu Allah berfirman, tilka aayaatullaaHi nat-luuHaa ‘alaika (“Itulah ayat-ayat Allah, Kami bacakan ayat-ayat itu kepadamu.”) Maksudnya, inilah ayat-ayat, hujjah-hujjah dan penjelasan Allah yang Kami bacakan kepadamu, hai Muhammad, bil haqqi (“Dengan benar.”) Yakni, Kami menyingkapkan hakekat persoalannya di dunia dan di akhirat. Wa mallaaHu yuriidu dhulmal lil ‘aalamiin (“Dan tiadalah Allah berkehendak untuk menganiaya hamba-hamba-Nya.”) Maksud-nya, Allah tidak berbuat zhalim terhadap mereka, bahkan Dia bertindak bijaksana dan adil yang tidak menyimpang, karena Dia berkuasa atas segala sesuatu, yang Mahamengetahui atas segala sesuatu, sehingga dengan demikian itu Dia tidak perlu berbuat zhalim terhadap hamba-hamba-Nya. Oleh karena Dia berfirman: wa lillaaHi maa fis samaawaati wa maa fil ardli (“Kepunyaan Allah segala itu, yang ada di langit dan di bumi.”) Semuanya itu adalah kepunyaan-Nya dan menjadi hamba-Nya. Wa lillaaHi turja’ul ‘umuur (“Dan kepada Allah dikembalikan segala urusan.”) Artinya, Dialah pengambil keputusan yang mengendalikan apa yang ada di dunia dan di akhirat.

Tiada ulasan:

Catat Ulasan

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN

JILIK KE 2 TAFSIR QURAN DAN HADIS TABARUK AKAN BERPINDAH PADA EKAUN G.MAIL YANG BAHARU,.,.INSYAALLAH PADA TAHUN 2019,.,.,AMIIIN